Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Metamorfosis KompasTV Menjadi Televisi Berita

30 Januari 2016   05:24 Diperbarui: 30 Januari 2016   07:35 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Suasana live suara Indonesia KompasTV (dokpri)"][/caption]Kamis malam 28/1'15 di JCC Jakarta, suasana nampak meriah dan berbeda. Undangan berdatangan, melewati pintu khusus dan tas berikut bawaan wajib dimasukkan dalam Xray. Wajah-wajah familiar terlihat, penyiar KompasTV bercampur baur dengan undangan. Anchor pria berpakaian jas lengkap seperti saat siaran, sementara penyiar perempuan bergaun malam anggun aneka warna.

Saya cukup bisa mengenali wajah dan nama, penyiar Bayu Sutiono, Timoty Marbun, Cindy Sistyarani, Glory Oyong, Sahil Mulachela dan sederet nama penyiar beken lainnya. Sementara tokoh dari berbagai bidang sempat saya berpapasan, Indrodjoyo Kusumonegoro, Ellyas Pical, Waljinah, Sumitha Tobing, Ignatius Jonan,  Yudhi Crisnandy, Sofyan Djalil, Sarwono Kusumaatmaja, Ganjar Pranowo bahkan RI 2, Wapres Jusuf Kalla berkenan hadir.

Spesial Pak Jusuf Kalla  pernah hadir sebagai Host di acara KompasTV, dengan tajuk unik JK  atau kependekan dari "Jalan Keluar".

Acara  suara Indonesia  dari JCC Senayan, disiarkan secara live di kompasTV tepat pada pukul 19.30. Limabelas menit sebelum siaran langsung, undangan dipersilakan masuk ruangan. Petugas mengechek  tanda warna, yang tertempel di sudut kartu undangan. Kompasianers berkumpul, di panggung kursi untuk undangan berwarna kuning. Posisi ini termasuk dua dari belakang, dengan posisi dibuat agak tinggi namun lumayan jauh dari panggung utama. Pada kursi undangan inilah, dua televisi besar membantu undangan menyaksikan penampilan di panggung utama.

Antar kategori warna undangan, dipisahkan pagar besi dan diberi anak tangga. Lima menit sebelum siaran mulai, kursi bagian tengah banyak yang kosong. Alhasil kompasianers bisa berpindah, satu panggung undangan lebih dekat.

Ruangan mendadak gelap, dalam hitungan detik acara segera dimulai. Seorang perempuan muda di tengah panggung, memimpin menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Menyusul Rapper Panji berkolaborasi dengan Cak Lontong, dibantu tiga orang acappela. Sebagai hiburan pembuka cukup berhasil, menyegarkan suasana JCC mungkin juga penonton di seluruh tanah air.

[caption caption="Kompasianers (foto dari FB Rahab Garendra)"]

[/caption]

[caption caption="Iwan Fals dari wall screen (dokpri)"]

[/caption]Iwan Fals & Band dengan musiknya yang membakar, membangkitkan semangat lewat lagu Bongkar. Aransemen lagu terbilang baru, lebih menggelora dan menghentak. Pada layar besar tampak, sebagian besar undangan hapal lirik lagu terkenal ini.

Emosi penonton pada klimaks tetap terjaga, dengan penampilan Band Kotak.  Suara tantri yang melengking cadas, sangat pas untuk membangkitkan semangat. Band Kotak tampil dengan lagu berjudul "Tendangan dari Langit", pada saat yang sama muncul atlet yang telah menorehkan prestasi di wall screen. Pasangan Alan Budi kusuma dan Susi Susanti yang mengharumkan bangsa di Olympiade, slide ganti berganti menghadirkan wajah yang membawa bangsa di kancah internasional.

Penobatan tokoh dimulai dengan nama Ellyas Pical, Petinju yang sempat berjaya pada era 80-an. Namanya begitu dipuja saat itu, tampak pada siaran TVRI yang diputar ulang. Berkat lelaki kelahiran saparua ini pula, lagu Indonesia bergema di Seoul Korea Selatan.

Namun manusia tak selalu berada di puncak, setelah kekalahan mempertahankan gelar pada 1989. Perlahan namanya meredup, bahkan sempat masuk penjara karena kedapatan transaksi narkoba. Hingga kondisi semakin memprihatinkan, pasca karirnya di dunia tinju merosot ayah dua anak ini menjadi petugas keamanan.

Malam ini dalam suara Indonesia, menobatkan Ellyas Pical mendapat penganugrahan dari KompasTV. Meski hidupnya penuh liku naik dan turun, ternyata sang mama menjadi penguatnya. Usai penganugerahan, Trio Lestari (Glen, Tompi, Sandy Sandoro) membawakan lagu berbahasa Maluku. Sang Juara yang sudah berusia jelang 56 tahun, tampak menahan haru dan kami undangan tak pelak merasakan hal yang sama. Lagu yang saya tak paham utuh artinya, namun bisa menabak berkisah tentang kasih seorang ibu.

Setelah beberapa kali commercial break, hiburan kembali dari artis yang sama dan tampil kembali dengan lagu berbeda.

Penganugerahan selanjutnya disematkan pada Indrojoyo Kusumo, beliau adalah personil warkop DKI. Dua personel lainnya telah berpulang, yaitu Wahyu Sardono atau Dono dan Kasino Hadiwibowo. Kelompok komedi ini sangat terkenal, masa kejayaan terjadi pada era 80-an. film-filmnya sangat laris dan fenomenal, terbilang cukup produktif hingga bermain dalam 34 judul layar lebar. Maka gelar legendaris rasanya tak berlebihan, apabila dianugerahkan pada Warkop DKI.

[caption caption="Dokumen Pribadi"]

[/caption]Saat penganugerahan KompasTV, tampil Nurul Arifin mantan artis (sekarang politisi) memberi kata pengantar bersama Sys NS. Nurul berkilas balik, saat terlibat beberapa judul film dengan Warkop. Kemudian Sys NS yang bersahabat dengan tiga nama personel warkop, sangat tahu perjalanan sebelum group terbentuk. Melalui siaran radio di Prambors, bahkan Dono dan Kasino adalah aktivis di kampusnya Universitas Indonesia.

Penampilan Iwan Fals kembali menggetarkan panggung, dengan lagu yang sama berjudul Bongkar dalam aransemen musik yang beda. Lebih slow dan tenang, tapi greget dari isi lagu masih terasa. Kualitas vokal bang Iwan masih sangat prima. Pada usia yang sudah tidak muda, kharismanya sangat terlihat dan terpancar.

Penobatan tokoh KompasTV selanjutnya, adalah Sumitha Tobing sebagai tokoh di bidang Jurnalistik. Perjalanan karir di dunia kepenyiaran Sumitha cukup panjang. Hampir semua presenter atau wartawan, tak ada yang tak mengenal nama beliau. Ira Koesno mantan presenter liputan 6 SCTV, mengakui peran ibu Ita (panggilan Ira kepada Sumitha T) dalam karirnya. Sementara Tantowi Yahya, cukup mengenal baik dan sampai sekarang membatu di TVRI. Politisi Golkar ini, secara rutin mengisi acara musik Country di TVRI.

Perempuan cerdas yang dimaksud naik panggung, dan mengisahkan tentang beda dunia jurnalistik dulu dan kini. Dulu ada sosok The Godfather, sementara saat ini tidak ada sehingga tugas jurnalistik cenderung lebih berat. Saya benar-benar terkesima, bahasa tubuh dan kalimat yang dirangkai sangat mencerminkan kepribadiannya. Tegas, kritis dan cerdas, rasanya penghargaan yang dianugerahkan KompasTV sudah sangat tepat.

00oo00

Pak Jusuf Kalla yang hadir terlambat, namun waktunya sangat pas. Sebelumnya hadir di tengah panggung, Rosiana Silalahi Pemred KompasTV yang terkenal kritis dan tajam. Rosiana memaparkan, apa yang akan dihadirkan KompasTV ketika akan menjadi TV Berita. Bahwa berita tidak harus membuat kening berkerut, namun KompasTV akan mengemban Tanggung jawab etik. Sekaligus ucapan terimakasih, pada undangan yang hadir dalam kelahiran kembali KompasTV.

KompasTV akan hadir juga melalui smartphone, sehingga berita ada di genggaman tangan pemirsa. Kemudian Rosi menyampaikan informasi penting. acara live di JCC diambil dengan Camera 360 derajad. Sekaligus sebagai acara pertama televisi, diambil dengan camera spesial sehingga pemirsa bisa melihat segala penjuru. Analogi ini menjadi komitmen KompasTV, sebagai landasan merekam kejadian dari segala penjuru.

[caption caption="Wall Screen tempat Kompasianers (dokpri)"]

[/caption]

Menyusul Wapres Jusuf Kalla naik panggung, memberi sambutan sekaligus menandai transformasi KompasTV. Wapres memberi arti bahwa Kompas adalah petunjuk jalan, jadi kalau menjadi televisi berita sudah semestinya (atau kembali ke kithah). Kemudian kilas balik, keterlibatan beliau dalam acara Jalan Keluar. Acara Jalan Keluar tayang dua kali sebulan, berlangsung bahkan sampai tiga tahun.

Akhirnya moment puncak acara tiba, yaitu transformasi kompasTV menjadi TV berita. Jusuf Kalla masih di atas panggung, menyusul Budiantara, Mentri Komunikasi dan Informatika, Liliek Oetama CEO Kompas Gramedia, Bimo Setyawan Dirut KompasTV, Rosiana Silalahi Pemimpin Redaksi KompasTV.  Undangan diminta mengakses ke kompas.tv, tiga dihitung mundur memencet tombol Play. Secara resmi KompasTV lahir kembali, menjadi televisi berita dan menebar inspirasi.

Berlanjut pada penghargaan tokoh keroncong, dengan komitmen dan prestasi yang sudah diakui dunia. Secara spesial Presdien Jokowi, via video menuturkan pengalaman dan kesan bersama Waljinah. Perempuan luar biasa yang rendah hati ini, berbusana serba merah tampil dengan kursi roda. Suaranya yang parau, memohon keroncong terus dipertahankan. Mengingat musik keroncong hanya ada di Indonesia, negara lain tidak ada kalaupun ada teknik permainan musik tidak sama.

"Meski saya sakit, tetap saya waras-waraskan hadir di acara luar biasa ini"ujarnya haru.

Suara emas legenda keroncong terdengar memenuhi ruangan, dengan lagu abadi "Walang kekek". Cengkok khas lagu jawa hadir, berduet dengan generasi muda Sruti Respati. Kemudian lagu keroncong diaransemen baru, gethuk,  Jangkrik Genggong, Ayo Ngguyu. Semua lagu dibawakan penyanyi masa kini, sang legenda tetap berada di atas panggung.

Penampilan lagu Waljinah dengan aneka aransemen, sekaligus sebagai penutup acara kompasTV siaran live Suara Indonesia. (salam)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun