[caption caption="Galeri Indonesia kaya (dokpri)"][/caption]
Jumat (21/1'16) Kompasianers hadir di Galeri Indonesia Kaya, tepatnya  di lantai 8 Grand Indonesia. Acara diselenggarakan KompasTV menggandeng Komik, adalah nonton bareng sekaligus pengumuman pemenang Festival Film Pendek Indonesia 2015 atau FFPI 2015. Pemilihan Galeri Indonesia Kaya sebagai lokasi acara, sangatlah selaras dengan tema "Indonesiaku, kebanggaanku".
Memasuki lokasi acara, saya dikagetkan dengan sapaan selamat datang dengan aneka bahasa daerah, "Selamat Datang", "Sugeng Rawuh", "Sampurasun" dan lainnya.  Video wall berjajar di lorong pendek, menampilkan pasangan berpakaian tradisional yang menyapa pengunjung. Pada ujung lorong terpampang  layar putih, berjajar tokoh-tokoh wayang kulit di depannya.
Masih di lokasi yang sama, video menempel dinding mengajak pengunjung mencoba secara computerise pakaian tokoh wayang. Layar touch screen di beberapa titik, mengajak pengunjung praktek membuat batik. Aneka motif sudah disediakan, tinggal dipadu padan sesuai selera. Hasil kreasi pengunjung, akan diprint dan diemail. Gerai batik berada di sisi ruangan, bahkan langit-langit ruangan mengambil tema senada.
Langkah Kompasianers, diantar menuju Auditorium Galeri Indonesia Kaya. Auditorium inilah yang memakan space dominan, sebagai pusat berkegiatan. Lima undakan setinggi dengkul orang dewasa, sebagai tempat duduk peserta. Tak ubahnya sebuah ruangan teater, panggung berhadapan dengan tribun setengah lingkaran. Persis di belakang panggung, tiga layar menjadi latar.
Undangan memasuki tempat acara, menempati kursi yang nyaman. Lampu dinyalakan remang, layaknya  berada di dalam gedung bioskop. Pembawa acara naik menyapa undangan, sesaat kemudian seluruh yang hadir berdiri menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
[caption caption="Galeri Indonesia kaya (dokpri)"]
Festival Film Pendek Indonesia 2015
"Indonesiaku kebanggaanku", menjadi tema yang diangkat pada gelaran kedua FFPI 2015 KompasTV. Pendaftaran peserta pada 1 oktober sampai 18 desember 2015, karya yang masuk meja dewan juri lebih dari 200 judul film. Para dewan juri bekerja keras, sejak 18 Januari 2016 memilih sepuluh nominasi. Lima judul film pendek untuk kategori pelajar, dan lima judul film pendek lainnya kategori umum. Sebagai bahan penilaian dan pertimbangan, adalah tehnik pengambilan gambar, penyuntingan, ide cerita dan kesesuaian tema.
Angga Dwimas Sasongko salah satu juri hadir dalam malam penganugerahan, mengatakan"Kami memilih karya yang unik sesuai tema nasionalisme, namun nasionalisme tidak lagi digambarkan dengan pengibaran bendera merah putih berlatar belakang pemandangan indah negeri ini. kekuatan nasionailsme adalah kekuatan mengkritisi diri sendiri"
Berikut sepuluh Film Pendek dalam FFPI 2015 ;
Lima film Pendek diputar, untuk kategori Umum;
Ojo sok-sokan
Sebuah obrolan berbahasa jawa dua orang pemuda, di sebuah angkringan pinggir jalan. Satu teman membahas Handphone type baru, sambil minta pertimbangan teman lainnya. karena gadget miliknya sudah rusak, berkeinginan memiliki telepon pintar.
Saat asyik berbincang, seorang gadis masuk di angkringan yang sama duduk bersebelahan. Memesan minuman pada penjual, menikmati makanan yang tersedia. Selang beberapa saat berbunyi nada panggilan, si gadis menerima telpon. Dua pemuda menyimak percakapan gadis, pemuda yang duduk ditengah menarik kesimpulan.
"ini mbak dari jakarta, karena berbahasa Indonesia"bisik pada pemuda di ujung kanan.
Lelaki muda yang berbisik, mendadak berubah sikap. Menyapa perempuan disebelahnya, memakai istilah ibukota dengan kata "Gue dan Lu".
Ending cerita, teman gadis datang menjemput. Kemudian perempuan ini membayar, "Pinten Pak" ujarnya dalam bahasa Jawa halus. Selang beberapa saat pamit, masih dengan bahasa Jawa halus.
[caption caption="Satu Adegan dalam Bubar Jalan (dokpri)"]
Ruwat
Film pendek ini mengambil latar tradisi di daerah Dieng, tentang budaya ruwatan atau membuang sial. Konon anak yang hendak diruwat, memiliki syarat keinginannya harus dituruti. Satu anak berambut gimbal, pengin pergi ke Hong Kong sebelum prosesi adat dilaksanakan.
Ayah dan ibunya tak kehilangan akal, memberi syarat lagi di atas syarat yang diajukan anaknya. Cukup gampang sebenarnya, yaitu menang lomba balap karung. Namun orang tua ini punya stratgei, agar buah hatinya tidak memenangkan perlombaan.
Pertama, dicarikan musuh yang lebih besar namun buktinya anak kesayangan menang. Begitu masuk final, strategi kedua ditempuh. Memasukkan katak dalam karung, agar si anak merasa jijik dan gagal. Yang terjadi sebaliknya, justru karena ada binatang yang ditakuti lari anak kecil ini semakin kencang meski memakai karung.
Kemenangan tentu membuat gelisah, si ayah terpaksa menjual sapi untuk memenuhi keinginan anak pergi ke Hong Kong. Pada saat proses negosiasi deal, hendak dilakukan serah terima uang. Namun pada saat bersamaan, si anak berteriak membatalkan niat ke Hong Kong. Rupanya gara-gara melihat di internet, di Hong Kong terkenal makanan Swi kee alias makanan berbahan kodok.
Nilep
Kisah dua anak  lelaki SD, nilep (mengutil) mainan gigi drakula dari seorang pedagang mainan. Ketika ketahuan dua teman lain, disarankan mengembalikan mainan yang diambil. Berempat menuju rumah sang pedagang, namun nyali penilep ciut. Kawatir akan dihukum pemilik mainan, akibatnya badan kecilnya sakit. Maka inisiatifpun diputuskan, mengembalikan mainan dengan cara lain.
Keesokkan hari tukang pos datang, membawa sebuah paket untuk pedagang mainan. Wajah heran langsung menguasai, sekaligus memendam rasa penasaran. Setelah paket dibuka, ternyata mainan gigi drakula diterima. Sembari secarik surat, berisi permohonan maaf meski tak mengaku nama.
Bubar Jalan
Kisah pemimpin upacara bendera, disebuah sekolah Dasar. Ketika upacara hendak dilangsungkan, si pemimpin mulai tak enak badan. Beberapa kali seperti hendak muntah, bahkan sampai ke kamar kecil. Karena waktunya serba mepet, tak ada pilihan kecuali melaksanakan tugas.
Tentu bukan tugas mudah, menahan rasa sakit sambil dituntut bersikap sempurna di tengah lapangan. Susunan upacara dimulai, mulai dari menyiapkan barisan sampai laporan kepada inspektur upacara. Mata sang pemimpin upacara berkunang kunang, berdirinya beberapa kali hendak tumbang.
Namun sanggup juga bertahan, hingga saat pengibaran bendera merah-putih. Â Penghormatan bendera dimulai, berkumandang lagu Indonesia Raya. Akhirnya sang saka berada di puncak, namun posisi tangan memberi hormat belum juga diturunkan. Akibatnya Inspektur upacara menengok, melihat mata sang pemimpin upacara tertutup.
Beberapa upaya dilakukan, memberi kode dengan mengeluarkan suara "Sssttt". Sekali dua kode tak direspon, setelah suara agak kecang baru terdengar. Karena kaget dan tak ingat tugas, pemimpin upacara langsung memberi aba-aba "Bubar Jalan".
Opor Operan
Tradisi saling bertukar makanan, menjadi adat di sebagian besar kampung di Indonesia. Nah setiap mengirim makanan, biasanya mangkok atau tempat makanan akan diisi saat mengembalikan. Kisah seorang ibu A membagi opor ke ibu B dan Ibu C. Kemudian ibu B punya inisiatif, membagi separuh pada ibu C. Hal sama dilakukan ibu C, membagi separuh opor dari ibu A untuk ibu B.
Terakhir ibu B dan ibu C, tak sengaja bersamaan datang ke rumah ibu A. Dua ibu membawa mangkok, masing-masing berisi separuh Opor hasil masakan ibu A.
Tiga film Pendek berbahasa jawa, yaitu ; Ojo Sok-sokan, Ruwat dan Nilep. Sementara Bubar jalan, menggunakan bahasa Indonesia. film terakhir Opor Operan, menggunakan bahasa sunda.
[caption caption="Pemenang Kategori Umum (dokpri)"]
Pemenangnya ;
Juara I : Bubar Jalan
Berhak mendapatkan hadiah, uang tunai 8 Juta dan kamera GoPro Hero 3 +
Juara II : Ojo Sok-Sokan
Berhak mendapat hadiah, uang tunai 5 juta dan Voucher menginap di Santika Jogja
Juara III : Opor Operan
Berhak mendapatkan hadiah, uang tunai 4 Juta dan Voucher menginap di Hotel Santika
Lima judul Film Pendek diputar, Kategori pelajar :
Samin
Mengisahkan tokoh Samin Suresentiko, yang memiliki kebiasaan aneh dimata orang awam. Namun ternyata sikapnya, sebagai cara melindungi diri sendiri.
Alur cerita dibuat mundur, pada jaman tokoh samin masih hidup. Konon pada jaman pendudukan Belanda, Samin sekuat tenaga melawan sang penjajah. Tak mengherankan, dijuluki pembangkang oleh Belanda. Karena semangat kepahlawanan, yang membuat nama Samin abadi hingga kini.
Bahkan kebiasaan Samin yang aneh, menurun pada masyarakat tempat asal Samin Suresentiko.
Coblosan
Kegiatan pra pemilihan kades, diikuti oleh dua kandidat. Masing-masing calon kades, memiliki team sukses dan pendukung fanatik. Praktek money politic tak urung mewarnai, utamanya dari calon inclumben ditujukan pada pendukung rival. Namun sang pendukung tak bergeming, bertekad menginginkan perubahan. Hari pencoblosan tiba, penghitungan suarapun dilakukan.
Beberapa hari usai pilkades diselenggarakan, seorang warga hendak mengurus KTP. Namun kebiasaan lama masih bertahan, petugas kelurahan banyak yang belum datang. seorang petugas sibuk memasang papan nama di atas pintu, ternyata kades lama masih menjabat pada periode berikutnya.
Kotak Pusaka
Seorang anak muda berlarian, membawa sebuah kotak pemberian sang paman. Saking terburu-buru, sampai mencelakai orang lain, misalnya satu teman yang memancing tercebur kolam. Ulah sang pemuda mengundang curiga, ketika melewati hutan tiga berandal menjegal. Tejadilah baku hantam, semula perkelahian tak seimbang namun sang pemuda memenangi.
Setelah berjumpa sang Paman, ternyata kotak pusaka berisi kacu biasa. Namun semangat menjaga amanah, menjadi benang merah film ini.
Ali- ali Setan
Demam batu akik yang pernah berlangsung, terjadi juga di kalangan anak SD. Dua siswa sekolah dasar berantem, gara gara batu akik. Karena kesal, ketua kelas membuang cincin batu akik ke dalam kolam. Pertengkaran dua teman, menyebabkan berdua dipanggil Pak Guru. Tanpa dinyana, Pak Guru ternyata juga pemakai batu akik.
Akhirnya batu akik milik pak guru, juga dibuang ke kolam oleh sang Ketua kelas
Surya the School Gang
Seorang anak baru di Sekolah Menangah Atas, mengalami pemalakan oleh geng di sekolah tersebut. Surya yang mengetahui tak tinggal diam, membantu anak baru melawan gengs.
Kekalahan gengs di awal, membawa dendam karena dilaporkan boss. Alhasil anak baru diculik, dibawa ke gudang sekolah. Surya dihubungi boss gengs, terpaksa menghadapi gerombolan anak nakal. Maka setelah sampai di gudang, perkelahian terjadi dengan seru. Surya berhasil menaklukan satu persatu lawan, akhirnya berhadapan dengan boss gengs. Kemenangan dipihak Surya, berhasil membebaskan teman baru.
Pada kategori pelajar, tiga film pendek berbahasa jawa yaitu Samin, Coblosan dan Ali ali Setan. Sementara Surya the School Gangs berbahas Indonesia, dan kotak pusaka berbahasa Betawi.
[caption caption="Pemenang Kategori Pelajar (dokpri)"]
Juara I : Surya The School Gang
Berhak mendapatkan hadiah, uang tunai 6,5 Juta dan kamera GoPro Hero 3+
Juara II : Coblosan
Berhak mendapat hadiah, uang tunai 4,5 juta dan Voucher menginap di Santika Jogja
Juara III : Samin
Berhak mendapatkan hadiah, uang tunai 3 Juta dan Voucher menginap di Hotel Santika
00o00
Bimo Setiawan, selaku Dirut KompasTV berkesempatan hadir. Menegaskan kemungkinan KompasTV, tetap mendukung kegiatan Film Pendek pada tahun berikutnya meski KompasTV berbasis news. Saat ini KompasTV, sebagai televisi Nasional berjaringan dengan wilayah siar meliputi 118 kota dan kabupaten di Indonesia.
Sebagai masyarakat pecinta film, saya turut optimis masa depan film Indonesia akan bagus. Apalagi diwadahi ajang berkelas seperti FFPI, akan melecut semangat anak muda. "Indonesiaku, Kebangganku" (salam)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H