[caption caption="Kompasianers di halaman Istana Negara (Foto dari group WA)"][/caption]
Mendadak ada yang berbeda, pada jumat siang di jagad lini masa. Status bertebaran, tentang baju batik lengan panjang, celana bahan dan sepatu formal. Comment bersahutan, berbalut canda dan ejekkan akrab.
Trus, ada apa dengan batik, celana bahan dan sepatu formal?
Semua status bermula, sebuah sambungan telephone dari admin Kompasiana. Menyampaikan sebuah undangan, kepada 100 Kompasianers terpilih. Undangan bukan sembarang undangan, yaitu undangan makan siang bersama Presiden Joko Widodo. Sebagai rakyat biasa, tentu ini undangan istimewa.
"Mas Agung Han bisa atau tidak, daftar nama akan segera diserahkan ke Paspampres" ujar admin dari ujung telephone.
"ee..oo, saya bi, bi..ssaa" rasa deg-degan seketika menyeruak.
Ada rasa antara percaya dan tak percaya,"apa saya mimpI" (biarin dibilang lebay). Beberapa teman kirim inbox, seolah menyakinkan diri mendapat undangan berjumpa dengan RI1.
Kompasianival 2015
Bertepatan dengan perhelatan kompasianival 2015, kami datang ke lokasi acara di Gandaria City Jakarta Selatan. Pesta kopdar blogger tahunan, rupanya menjadi muara undangan ke Istana hari ini. Sedianya Pak Presiden didaulat, membuka acara Kompasianival tahun ini. Namun karena satu dan lain hal, skenario dirubah sedikit.
Kondisi tak memungkinkan Pak Jokowi hadir, beliau sedikit kurang enak badan. Dokter kepresidenan meyarankan, Jokowi sementara mengurangi aktivitas keluar Istana. Akhirnya diambil jalan tengah, seratus kompasianers dipilih menghadiri jamuan makan siang.
Yesss!!!! Saya masuk dalam daftar.
Pesta kopdar blogger tahun ini, menjadi kali kedua saya hadiri. Perjumpaan dengan sesama blogger, mejadi momentum istimewa.
Bagaimana tidak..
Semula kami hanya bersapa ria lewat medsos, kini bisa bertatap muka. Satu hal yang pasti (dan selalu terjadi), kami langsung saja akrab seperti sahabat lama baru berjumpa. Mas Slamet Hariyadi atang bersama muridnya - Malang, Mas Nuzulul Arifin (sering banget guyon sama saya) - Suroboyo, Mas Achmad Suwefi- Tegal, Mbak Niken & Mas (ngganteng) Arif Lukman - Solo, Mas Agung Soni - Bali, Opa Tjiptadinata dan Oma Roslina (Aussie).
Kemudian nama akrab tapi baru kopdar, Pak Katedra Rajawen, Pak Ang Tek Khun, Pak Edy Priyatna, Mbak Fera Nuraini, Mbak Christie Damayanti, Om Jay (Wijaya Kusuma), Mas Junanto Hendriawan dan masih banyak nama lain (kalau disebutkan satu persatu tidak selesai-selesai hehehehee)
[caption caption="Undangan Jamuan makan siang (dokpri)"]
"Bapak-ibu, saya absen dulu, kemudian menuju Bus di depan loby ya" Mbak Tara sang koordinator terdengar melalui pengeras suara.
Masing-masing kami diberi undangan, kemudian bersama menuju bus. Telah terparkir dua bus, berkapasitas 50 orang per bus di depan loby Gandaria City. Kami memasuki kendaraan, memilih tempat duduk yang nyaman.
[caption caption="Kompasianers di halaman Istana Negara (Foto dari group WA)"]
Jakarta di hari sabtu tak terlalu macet, mengingat banyak perkantoran yang libur. Sepanjang perjalanan, obrolan dan candaan seolah tak ada putusnya. Tak terasa bus memasuki halaman istana, satu persatu kami turun.
Daannnn... Selfii..../ Wefieeee...... (tak ketinggalan langsung upload FB)
Memasuki pelataran dalam istana, tas, handphone dan semua bawaan dititip. Hanya selembar undangan dibawa, kami berjalan menyusuri lorong teras menuju lokasi jamuan makan siang.
Suasana protokoler memang terasa, tapi (menurut saya) tak ada kesan kaku. Memasuki istana Negara, tepatnya di tempat jamuan makan siang. Megah dan megah yang saya rasakan, bangunan dengan langit-langit menjulang, lampu hias gantung di beberapa titik, foto kanvas Presiden terpasang rapi di setiap tiang penyangga, berurutan Sukarno, Suharto, Habbibie, Gus Dur, Megawati dan SBY.
Kami berkelompok duduk mengelilingi meja bundar, setiap meja ada enam kompasianers. Sambil menunggu kehadiran Presiden Jokowi, kami isi dengan obrolan ringan. Tak butuh waktu lama, yang ditunggu akhirnya datang juga.
"Hadirin dipersilakan berdiri' suara MC menggema.
Presiden Joko Widodo dengan penampilan khasnya, baju putih panjang lengan ditekuk. Berjalan santai membelah barisan kompasianers, bergantian berjabat tangan. Prosesi memakan waktu sekitar lima menit, kemudian kami dipersilakan duduk kembali.
Sebuah mike berdiri di sudut kiri ruangan, Pak Jokowi berjalan mendekati. "Kok jadi serius gini ya" celetuknya "ayo makan dulu"
Suasana berubah cair, Pak Jokowi menuju meja prasmanan diikuti kompasianers. Kami menikmati menu istana, bagi saya nih, taste nya pas di lidah. Sate empuk seperti ada campuran kelapa, sop daging sangat tidak alot. Yang menggoda saya, justru es podengnya (hehhee, jadi ngomong makanan)
Usai makan siang, mas Isjet mengambil panggung. Sebagai public speaking, mas Isjet tampil percaya diri dan sangat piawai. Memperkenalkan kompasianers dengan relaks, bahkan di depan orang nomor satu di negri ini. (Bravo mas Isjet dah....Traktir ya #eh)
Delapan kompasianers maju (rencananya sepuluh) dari berbagi latar belakang, masing-masing diberi waktu sekitar 2 menit. Mas Junanto Hendriawan (ekonom), Mbak Fera Nuraini ( eks BMI HK- suaranya parau menahan haru), Om Wijaya Kusuma (guru), Papanda Thamrin Dahlan (Pensiun- kini aktif di BNN), Mas Agung Soni (Kudeta), Mbak Roesda (amboina), Citra (mahasiswi S3) dan Mbak Aulia Gurdi (Ibu Rumah Tangga). Setiap kompasianer menyampaikan uneg-unegnya, berisi harapan (ada request juga lhooo)
Setelah perwakilan kompasianers, Mas Isjet mempersilakan Presiden.
Pak Jokowi menyampaikan tanggapan, terutama perihal yang terjadi di lapangan. Presiden mengungkapkan"Yang butuh waktu dan perjuangan panjang adalah merubah sikap, apalagi kalau sudah mengakar dan berjalan lama (menjawab fera, tentang instansi yang semestinya melayani rakyat), maka perlu diperketat dengan sistem. Pembelian dan pembayaran yang dilakukan negara, harus dilakukan secara electronic, sistem electronik akan memudahkan kontrol, cepat ketahuan siapa yang mencoba bermain api".
Presiden manambahkan "KPK sudah berdiri lama, dan banyak pejabat yang dipenjara, buktinya masih ada saja yang tidak jera"
Usul Papanda Thamrin Dahlan, menjadi usulan favorit kompasianers. Beliau menyampaikan satu hal, saat kunjungan kenegaraan disediakan seat untuk blogger. Selama ini Jurnalis sudah disertakan, blogger sebagai pewarta warga tak ada salahnya disertakan.
"Tolong ini dicatat untuk blogger dua kursi" ujar Presiden kepada ajudannya. Tepuk tangan sontak bergemuruh, memenuhi ruang jamuan makan siang.
Pernyataan Pak TD lainnya, tak urung menerbitkan senyum seisi ruangan. Beliau mengaku sebagai pendukung Prabowo, pun sebagai penulis buku Prabowo Presidenku. Pada kesempatan yang sama, Presiden menegaskan mustinya haters dan lovers sudah tiada. Yang ada hanya satu , lovers Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"wong saya ketemu mas Prabowo, sudah biasa dan bercanda kok, ini yang di bawah kok masih saja rame. Apalagi kalau baca status, nah comment di bawahnya itu lho, kok masih tetep saja" ujar Presiden.
Blogger sudah seharusnya, menulis hal-hal yang membangkitkan rasa optimisme. Karena persaingan saat ini sudah antar negara, bukan lagi antar saudara sebangsa. Apalagi MEA sudah di depan mata, kita harus menumbuhkan rasa cinta pada Negeri.
(Saya tiba-tiba GeeR - RI 1 setia membaca tulisan blogger di Kompasiana)
0oo0oo0
[caption caption="Kompasianer wefie bersama Presiden (foto dari group wa- dipinjam dr wartawan istana)"]
Secara keseluruhan acara berjalan lancar dan hangat, kompasianer berasa tak berjarak. Setiap meja diberi kesempatan, berfoto bersama Presiden sekaligus bersalaman. Masih juga sempat minta tanda tangan, sehingga kami merapat Pak Jokowi.
Dan sesi terakhir adalah wefie, Presiden bersama seratus Kompasianers.
Dalam perjalanan menuju Kompasianival, kembali jagad lini masa ramai. Semua status bergantian muncul, antara pro dan kontra. (ahh saya menjadi penonton saja)
[caption caption="Caption Twiter dari akun @jokowi"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H