Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

e-Rate BCA Hadirkan Kurs Realtime

11 Desember 2015   05:13 Diperbarui: 14 Januari 2016   19:27 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="foto dipinkam dari marketbisnisdotcom"][/caption]

Pernah suatu ketika, saya mendapat kesempatan pergi keluar negri beberapa tahun silam. Kali pertama beranjang sana, persiapan dilakukan sekitar sebulan sebelum keberangkatan. Paspor menjadi senjata utama, diserahkan ke travel untuk diurus visanya. Kemudian koper bersama perlengkapan termasuk obat pribadi, disediakan secukupnya selama di tanah orang. Satu hal yang tidak boleh dilupakan, adalah mata uang yang berlaku di negara tujuan.

"Tidak mungkin kan, bertransaksi dengan uang Rupiah di negara orang"

Masih teringat langkah-langkah saya terapkan, untuk membeli mata uang asing. Beberapa bank sempat saya telephone, mencari informasi nilai kurs. Kemudian membuka buku kuning tebal keluaran perusahaan telekomunikasi, menyusuri lembar halaman khusus money change. Kemudian menelpon satu persatu, meminta informasi harga mata uang asing yang diperlukan.

"Sebuah transaksi yang sangat manual ya kawan's"

Satu hal yang saya dapatkan, setiap tempat memberi rate berbeda. Maka tak ada pilihan lain, kecuali hunting mencari perbandingan. Setelah beberapa bank dan money changer dihubungi, akhirnya mendapat harga paling rendah. Meski selisihnya sebenarnya terbilang sangat tipis, toh akhirnya menjadi pilihan.

Sayapun memilih, membeli mata uang asing di money changer.

"Pak, nanti kalau ke sini cari saya (sebut saja namanya) Novi" pesan petugas dari ujung telepon mengakhiri percakapan.

Kala itu baru sekali berurusan dengan money changer, saya hanya bisa mengambil kesimpulan. Bahwa untuk urusan menukarkan uang, ternyata beda tempat beda harga. Bahkan saya sempat menawar harga, demi mendapat harga lebih rendah. Hasilnya petugas menuruti permintaan turun harga, meski hanya dalam hitungan serupiah dua rupiah.

Beberapa teman memberi referensi money changer, tapi untuk alasan lokasinya jauh saya terpaksa abaikan.

Ketika sampai di tempat penukaran uang, saya belum sempat menyebut nama Novi. Pegawai laki-laki muda menyambut, kemudian menyebutkan harga untuk mata uang yang saya perlukan dan ternyata lebih mahal. Baru ketika saya ingat pesan menyebut nama Novi, barulah harga kesepakatan lewat telephone yang berlaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun