[caption caption="Adegan Brush With Danger"][/caption]Selalu saja dada ini bergetar, melihat dan mendegar torehan prestasi anak negri. Mereka adalah pribadi luar biasa, yang telah mengharumkan nama bangsa. Jejak demi jejak yang diayunkan, tak ayal merebut menjadi perhatian dunia.
Kembali satu nama, tiba-tiba merebut perhatian publik. Perempuan muda asal Blitar, bernama Livi Zheng.
-Saat kesempatan datang, kerjakan dengan totalitas. Jika belum berhasil jangan menyerah- "Every time you get NO, No and No ! But you have to get one YES" Ujar Livi Zheng dalam sessi wawancara denga sebuah stasiun televisi. swasta (dikutip dan ditulis teman di facebook)
Saya berkesempatan ikut bergabung, berbincang langsung dengan sutradara muda berbakat ini. Kehadirannya di XXI Epicentrum, seketika merebut perhatian pengunjung. Sambil menunggu acara Nobar "Brush With Danger", komikers "menyandra" perempuan cerdas ini. Aura positif terpancar jelas, menggambarkan Livi Zheng adalah sosok energic. Berkisah tentang serangkaian proses, pembuatan film dan lika liku menembus dunia international.
Film Brush With Danger berhasil, masuk dalam seleksi salah satu nominasi organisasi Oscar. Perjalan menuju Oscar tidaklah ringan, karena musti bersaing bersama ribuan film lainnya. Prestasi semakin sempurna, ketika tanggal 15 Agustus 2015 mendapat penghargaan Diaspora Creative Award dari Diaspora Indonesia.
Kisah meluncur dari bibir mungilnya, tantangan dalam mengerjakan naskah "Brush With Danger". Revisi naskah hingga 32 kali sampet dialami, termasuk kesulitan mencari crew untuk mengerjakan project ini.
Selama perbincangan, Livi Zheng sangat Indonesia. Jarang terdegar istilah asing dari ucapannya. Dengan telaten melayani pengunjung, mengajak berfoto dan minta tanda tangan.
0o0
Tak lama menapakkan kaki, satu imigrant dirampas tasnya. Ken Qiang tidak tinggal diam, membantu teman imigrant melawan penjahat. Sampai tas ditangan penjahat berpindah tangan, diserahkan kepada pemiliknya. Namun malang tak bisa ditawar, justru bawaan Alice Qiang dibawa kabur penjahat. Sebuah suara sirine memekakkan telinga, Alice dan Ken memilih menyelamatkan diri. Dengan berat hati uang sembilanpuluh dua Dollar raib, bersama tas yang dibawa lari penjahat.