Matahari mulai condong ke barat, kawasan di satu sudut SCBD tak lagi terasa terik. Sore itu saya berada di daerah jalan Tulodong atas, tepatnya di gedung Midtown Kebayoran Baru. Acara Kopi Writing yang hendak saya hadiri, adalah rangkaian Blogshop Kompasiana dan Asuransi JAGADIRI. Seminggu sebelumnya telah diselenggarakan roadshow ke tiga kampus, yaitu UNJ, Perbanas dan Atmajaya. Setiap kampus dipilih 3 pemenang livetwit, masing-masing dari blogger dan Mahasiswa. Jadi total ada 18 orang (9 blogger + 9 Mahasiswa), diundang hadir di acara Kopi Writing petang ini. Saya bersama Mas Uci Junaedi dan Mbak Khairunnisa, datang mewakili blogger yang ikut di Perbanas Institue. Secara keseluruhan acara Blogshop dan Kopi writing, diselenggarakan dalam rangka hari Asuransi yang jatuh pada 14 Oktober 2015.
Prisca Sari Kurniawan Vice President Strategic Marketing Head JAGADIRI, memaparkan alasan mengedukasi asuransi kepada Mahasiswa. Asuransi JAGADIRI menjadi pioner, khususnya untuk Asuransi berbasis Digital di Indonesia. Segmen anak muda dan usia produktif, adalah kelas yang aware dengan dunia digital. Smartphone nyaris tak pernah lepas, dalam menjalankan aktivitas keseharian. Nah adik-adik mahasiswa/i, suatu saat akan bekerja dan memiliki penghasilan. Lambat laun mahasiswa mandiri kemudian berkeluarga, akhirnya membutuhkan product perlindungan (baca asuransi). Ketika sedini mungkin sudah dikenalkan dengan asuransi, bukan hal yang mustahil suatu saat menjadi penerima manfaat asuransi.
"Biasanya orang sadar berasuransi saat membutuhkan (misal sakit)" jelas ibu Prisca.
Kalau saja ada orang mendadak mmbeli asuransi, pada saat calon tertanggung sedang di rumah sakit. Situasi seperti itu biasanya akan menyulitkan, semua yang mendadak mempengaruhi psikologi dalam memutuskan sesuatu. Bisa jadi perusahaan asuransi tidak menerima, karena ada ketentuan yang sudah ditetapkan. Kalaupun mau mengakali akhirnya approve dengan prosuct asuransi, biasanya ada klausul apa yang boleh atau tidak diclaim. Saya kok mengira kalau tergesa-gesa, justru akan rugi sendiri karena maunya cepa-cepat.
Pada sesi tanya jawab, saya mengungkapkan pengalaman. Saat itu kenal dengan admin sebuah perusahaan Asuransi, entah karena keceplosan atau bagaimana admin bercerita. Kalau ada claim dari pemegang polish, perusahaan akan menelisik sedetil mungkin pasal-pasal yang bisa membatalkan claim.
"Perusahaan kan perlu budget juga untuk operasional" ujar sang admin kala itu
Pada sisi lain marketing asuransi yang nakal, tidak terlalu transparan saat presentasi karena dikejar target. Dulu saya juga pernah menjual product Asuransi kesehatan, atasan waktu itu menyarankan calon nasabah segera tanda-tangan polish. Padahal nasabah yang sedang saya prospek memberi informasi, akan melakukan medical check up dulu mengingat memiliki jenis sakit tertentu. Hal ini tentu menjadi dilematis bagi marketingnya, di satu sisi akan mendapat billing di sisi lain akan merugikan nasabah di kemudian hari bila dipaksa tanda tangan.
Apalagi biasanya turn over marketing asuransi sangat cepat, pada saat nasabah mau claim marketing yang pernah menawari sudah resign.
Bu Prisca menegaskan, saat ini celah-celah melakukan tindakan nakal sangat minin. Untuk mengcreate sebuah produk asuransi, mekanismenya njlimet tidak semudah membalik telapak tangan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang berwenang menangani product keuangan, sangat jeli dan teliti apakah produk yang akan dikeluarkan berpotensi merugikan masyarakat. Terutama pada klausul perjanjian, sangat dicermati pihak terkait agar tidak terjadi multi tafsir. Maka kalau ada promosi, misalnya membeli product X bisa memperoleh produk Y secara gratis* (dengan tanda asterix di atas). Pihak OJK akan meminta penjelasan, apa yang dimaksud tanda (*) lazimnya berisi syarat dan ketentuan berlaku.
"untuk membuat satu produk asuransi, saya musti bolak-balik ke OJK" cerita Bu Prisca
Begitu ketatnya aturan di OJK, JAGADIRI berkomitment memberi layanan yang semaksimal mungkin dan memudahkan. Membuat klasul dalam perjanjian, dipilih kalimat yang mudah dipahami dan dimengerti calon nasabah.
"Semudah mungkin dipahami sehingga nasabah tidak sekedar tanda tangan, nasabah tahu apa yang mereka beli " lanjut Bu Prisca.
Untuk sosialisasi dan edukasi, JAGADIRI menggandeng Kompasiana. Kredibilitas dari Kompas Group, menjadi pertimbangan utama. Dengan rendah hati bu Prisca mengakui, kesulitan mengenalkan asuransi JAGADIRI ke masyarakat kalau sendirian.
"Melalui tulisan teman-teman Kompasianer, kami berharap product kami semakin dikenal" ujarnya.
Mbak Ade beliau Marcomm JAGADIRI menambahkan, saat ini JAGADIRI mencari strategi dengan menggandeng komunitas. Khusus yang dilakukan dengan Kompasiana, berarti komunitas blogger (kompasianers). Kedepannya akan menjajaki kerjasama dengan komunitas lain, misalnya khusus untuk penggemar olah raga extrim.
"jadi sebelum panjat tebing, bisa beli asuransi JAGADIRI dulu" terang Mbak Ade sambil tersenyum.
Sebelumnya pernah kolaborasi dengan EO pagelaran musik, penonton yang hadir diasuransikan. Untuk antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, mengingat konser musik tak luput dari kericuhan.
Mas Jody dari Digital Center JAGADIRI, hadir juga pada Kopi Writing. Mengungkapkan rasa optimisnya, bahwa pada masa mendatang e-comerce akan menjadi gaya hidup. JAGADIRI adalah model product asuransi masa depan, calon pembeli bisa mempelajari dengan ujung jari. Dapat diakses kapanpun dimanapun, bisa dibeli dengan mudah pula. Menihilkan peran agent asuransi, sehingga calon pembeli bisa direct buying. Pada point direct selling inilah, sejatinya meniadakan komisi untuk agent. Sehingga harga menjadi relatif murah, perbulan cukup dengan Rp.60ribu.
Asuransi JAGADIRI pula menyediakan layanan, untuk memenuhi lifesytle se[erti Nobar di Blizt dan makan di rumah makan yang bekerjasama.
Trend yang sedang atau akan terjadi saya analogi kan, seperti awal lahirnya smartphone. Dulu menjelang tahun 2000, pertama kali saya membeli handphone. Kala itu harga smartphone relatif tinggi, belum lagi kartu perdana dan pulsa juga lumayan mahal. Handphone hanya untuk terima atau menelpon, kemudian ditambah sms (duplikasi dari pager). Seingat saya satu kali kirim sms, memakan pulsa setara dengan 250 rupiah.
Semakin banyak pemain di smartphone dan provider bermunculan, maka persaingan tidak bisa dielakkan. Kini kartu perdana dijual bahkan dengan 300 perak, dengan aneka fasilitas gratis ini dan itu. Fasilitas komunikasi gratis terjadi, baik melalui WA, Line, BBM dan sebagainya. SMS sudah mulai kurang laku, telepon-teleponan mulai jarang dilakukan. Pendek kata semua yang berbiaya, akan ditinggalkan konsumen.
Nah untuk dunia Asuransi, kok saya jadi merasa sedang menuju trend seperti itu. Saat ini banyak perusahaan Asuransi, masih menerapkan cara konvensional. Agent memprospek nasabah secara langsung, kemudian presentasi sesudahnya akan mengejar calon nasabah. Kalau sudah approval, nasabah membayar dengan harga lumayan (biasanya perbulan diatas ratusan ribu). Belum lagi kalau claim, banyak cerita yang berkembang di luar tak bisa dibendung. Saat kasus kecelakaan Dul anak penyanyi terkenal Ahmad Dhani, perusahaan Asuransi tak mau menanggung dengan serangkaian alibi. Apapun alasan yang dikemukakan perusahaan tersebut, masyarakat terlanjur memberi stigma negative.
Dengan hadirnya asuransi JAGADIRI, saya yakin kedepan akan banyak perusahaan lain yang mengekor. Bisa saja masyarakat akan disuguhkan, product asuransi dengan harga lebih murah dari Jagadiri. Namun Bu Prisca tak mempermasalahkan, justru dengan adanya persaingan semakin tertantang untuk terus berinovasi.
"kalau berada pada zona nyaman, justru bahaya" tambah Bu Prisca
Mas Iskandar Zulkarnaen menjadi narasumber berikutnya, memberi testimoni tentang asuransi. Mas Iskandar saat ini memilik asuransi, untuk berjaga-jaga agar bisa tenang.
"saya membeli asuransi, dengan harapan tidak usah claim" ujar Mas Isjet
Karena kalau terpaksa claim asuransi karena sakit, kan musti makan tenaga dan pikiran harus mengalokasikan waktu. Semua membuat urusan lainnya terbengkalai, untuk focus pada proses klaim. Belum lagi harus ijin kantor, kemudian menjaga di rumah sakit dan lain sebagainya. Malah sebaiknya tidak usah claim dan hati tenang, "Tidak apa membayar (misal) 500 ribu sebulan, tidak usah claim dan hati tenang" kata Mas Isjet
Dunia online saat ini, "kue"nya memang besar. JAGADIRI cukup cepat merespon, dengan menghadirkan layanan digital.
Kemudian untuk Kopiwriting JAGADIRI dan Kompasiana, mas Iskandar memberi tips dalam menulis untuk kepentingan ulasan acara.
- Tulis yang diikuasai dan disukai ; hal hal yang disukai akan memberi ruh pada tulisan, cerita yang dituang seolah hidup.
- Perbanyak membaca ; untuk memperkaya referensi, kemudian mengasah diksi tak ada cara lain kecuali banyak membaca.
- Kaitkan kebiasaan sudut pandang menulis, dengan tema yang hendak dibahas. ; tulisan akan hidup, kalau disertai pengalaman yang pernah dihadapi terkait dengan tema.
- tulis sesuai tehnik/ gaya diri sendiri ; setiap penulis memiliki karakter dan gaya tulisan, sebaiknya menulis dengan menjadi diri sendiri.
- informasi akan lebih mengena, apabila disertakan contoh kasus ; Cari referensi kasusu aktual, sehingga pembaca mudah mencerna isi tulisan.
- Informasi jujur da tidak menyesatkan ; jangan menambah atau mengurangi fakta, apalagi mengarang-ngarang sepert tulisan fiksi.
Tanpa terasa hari beranjak gelap, dari jendela kaca lantai tiga Midtown tampak cahaya lampu bersinar terang. Lalu lintas arus pulang terlihat padat, penanda Kopi Writing sampai ujung acara. Kakak Kevin sebagai pemandu, menutup serangkaian acara sore hingga menjelang malam. Kami saling berpamitan, pulang membawa sebuah pencerahan. Saya seratus persen mengakui, JAGADIRIÂ sebagai Asuransi Digital Pertama di Indonesia. (salam)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H