[caption caption="BWP The Bellevue (dokpri)"][/caption]
Hotel Best western Premier The Bellevue ( Hotel The Bellevue) berdiri di lokasi yang strategis, berada di daerah Premium Jakarta Selatan. Kalau kompasianer's melintasi Jalan Radio Dalam, persis saat belok kanan menuju Pondok Indah adalah tempat Hotel The Bellevue berada. Saya berkesempatan mengunjungi, saat acara Kompasiana "Coverage Pameran Batik Betawi Terogong"
Cuaca mendung menjelang senja, tak menyurutkan tekad 15 blogger Kompasiana hadir. Saya sendiri sampai di Hotel The Bellevue, 30 menit lebih cepat dari jadwal yang ditentukan (pukul 16.30). Menyapa beberapa kompasianer yang datang lebih awal, bertukar kabar dan berbincang ringan.
Menjejakkan kaki di Hotel The Bellevue, saya mengamati ornamen yang begitu mendominasi. Tampak pada bagian depan luar hotel, pilar batik terpasang di sela jendela kamar di tingkat atas. Kemudian saat memasuki Loby, ubin tempat reservasi terukir motif batik kawung setengah lingkaran. Masih di tempat reservasi, tamu bisa menikmati batik pada dinding bagian belakang petugas reservasi. Belum berhenti sampai di situ, ornamen Batik Parang terukir pada tiang penyangga utama (soko guru).
[caption caption="Sudut-sudut BWP The Bellevue (dokpri)"]
Sudut-sudut loby semakin lengkap, dengan kain bermotif batik yang terpasang sebagai sarung bantal. Pada taplak meja, pun pada hiasan meja yang terbuat dari kayu terpahat motif batik yang cantik.
Satu sudut tak kalah cantik, gamelan jawa dan kecapi uling khas Sunda. Kedua alat musik tradisional memiliki motif batik, rutin di sajikan entertainment live pada hari selasa dan jumat. Kebetulan saya datang hari Rabu, hanya bisa membayangkan suasana asri dan tentram mendengar musik tradisional negeri tercinta.
Ibu Eleine Koesyono beliau Marketing Communication Manager The Bellevue, menghampiri kami dan mengajak kami berpindah ke Angsana Lounge & Wine Bar di lantai 1. Seolah memahami rasa penasaran kompasianer, ibu Ellen menjelaskan mengapa Batik mendominasi The Bellevue.
"We Love Indonesia" sebagai program dari seluruh hotel BEST WESTERN di Indonesia, melalaui program ini BEST WESTERN Premier The Bellevue turut mendukung pelestarian salah satu warisan budaya nasional yaitu Batik Betawi.
Batik telah dinobatkan sebagai warisan budaya dunia oleh Unesco, sekaligus identik dengan negeri tercinta indonesia. Batik dikategorikan warisan non benda, karena selain berwujud kain terkandung nilai filosofis dari setiap motif yang diciptakan. Seperti motif Batik Kawung, Parang Rusak, Parang Kusumo, sido mukti dan motif lain, ada makna terkandung di dalamnya.
Owner Hotel yang ternyata pecinta Batik, sangat mendukung konsep batik teraplikasi di Hotel The Bellevue.
-o-0-o-
[caption caption="Kompasiana Coverage Batik Terogong (dokpri)"]
Kami berada di lantai 1, tepatnya di Angsana Lounge & Wine Bar. Memandang loby dari atas, begitu terasa memanjakan penglihatan. Coffe break menghangatkan sore yang mulai gerimis, tampak dari jendela kaca pepohonan mulai basah. Aspal di Jalan Radio Dalam berubah warna lebih gelap, pengemudi roda dua tampak memakai mantel agar tidak kuyup.
Mbak Wardah Fajri (akrab disapa Mbak Wawa), membuka acara "Kompasiana Coverage Batik Betawi terogong".
Kemudian Ibu Ervin febrina beliau Director of Sales & Marketing, menyampaikan ucapan selamat datang kepada Kompasianer. Bellevue sendiri diambil dari dua kata, Belle artinya cantik dan Vue dari kata View atau pemandangan. Hotel The Bellevue, bisa diartikan sebagai tempat yang menghadirkan pemandangan cantik. Pembukaan singkat dari Ibu Ervin, sebagai wujud perhatian dari tuan rumah untuk tamunya.
Sekilas mengungkapkan alasan, mengapa Hotel The Bellevue mengangkat tema Batik Betawi. Jakarta sebagai Ibukota, notabene Betawi adalah masyarakat asli tapi justru tersingkir. Tak hanya masyarakat asli, budaya betawi juga bersaing dengan budaya barat menyerbu. Tak mengherankan kalau generasi muda, mulai tak mengenal budaya asli Betawi.
Khusus dalam rangka hari batik 2 oktober, Hotel The Bellevue memberi ruang khusus kepada Batik Betawi Terogong. Menggelar pameran di ruang Loby, mulai 5 Oktober sampai 9 Oktober 2015 pukul 17.00 - 21.00. Tujuan event ini adalah, memperkenalkan warisan budaya nasional kepada para tamu hotel dan pengunjung.
Hadir pembicara kedua, yaitu Siti Laela (Ibu Laela) seorang Pengrajin Batik Betawi Terogong. Ibu Lela yang asli masyarakat Betawi, merasakan keprihatinan mendalam terhadapa nasib budaya Betawi (dalam hal ini batik). Beliau adalah generasi kedua, dari pengrajin Batik Betawi terogong. Ada getaran emosional yang muncul, ketika berkisah tentang tanah kelahirannya.
Tahun 1960-an, kawasan (saat ini dinamakan) Pondok Indah adalah perkampungan dan perkebunan. Banyak masyarakat asli Betawi tinggal di daerah ini, kemudian sedikit demi sedikit tersingkir. Modernisasi yang telah merubah wajah daerah, menjadi Pondok Indah seperti saat ini
"saya kalau cerita masalah ini, jadi...." terdengar suara parau Bu Lela dan tidak meneruskan kalimatnya.
Pada tahun 60-an pula banyak buruh pengrajin batik, tinggal di daerah Terogong mengambil bahan di daerah Palmerah. Biasanya pengrajin mengerjakan di rumah, kemudian diantar kembali setelah selesai dikerjakan. Saking identik dengan batik, sampai ada nama jalan KPBD (Koperasi Pengrajin Batik Djakarta). Batik Betawi memiliki aneka motif, diantaranya motif ketan, bunga bunga dengan warna seperti Batik Jawa.
BATIK BETAWI TEROGONG
Tahun 2012 Pemda DKI megulurkan tangan, dengan program yang mengangkat budaya Batik Betawi. Pengrajin Batik Betawi terogong, diberi pelatihan dan dukungan selama 3 bulan. Setelah masa pelatihan berlalu, pengrajin batik dipersilakan untuk mandiri.
Batik Betawi Terogong, didirikan pada 5 September 2012. Kata Terogong diambil dari nama daerah, yang berada di Cilandak Barat jakarta Selatan . Wilayah yang sampai saat ini, masih dihuni sebagian besar warga Betawi. Pendirian Batik Betawi Terogong, atas inisiatif keluarga Betawi yang peduli terhadap kelangsungan budaya Betawi. Tujuannya sangat jelas, agar budaya Betawi bisa survive di tengah ibukota yang makin cosmopolitan.
Sangar Batik Betawi Terogong, memberdayakan ibu-ibu rumah tangga di kampung Terogong. Namun bergesernya sudut pandang warga, membuat pembatik di sanggar ini hanya sekitar 15 orang saja. Terdapat pandangan warga yang keliru, bahwa namanya bekerja identik dengan kantor. Membatik dianggap pekerjaan tak bergengsi, sehingga mereka tidak tertarik dengan profesi pengrajin batik.
"Padahal keahlian membatik itu langka, kelak bisa diturunkan pada anak keturunannya" Lanjut Bu Laela.
Demi memenuhi selera konsumen, Batik Betawi Terogong berinovasi. Menambah koleksi dengan motif Cerma Hitam, Gedung Batavia Cerma, Motif Krukut Orange, Motif Penari Kembang, Ondel-Ondel, Monas dan aneka motif lainnya. Masalah warna juga menyesuaikan trend, dengan warna seperti merah, orange dan warna cerah lainnya.
Namun dengan datangnya batik printing, Batik Betawi yang diproses dengan cara tulis kalah bersaing.
Satu hal membuat Bu Laela gembira sekaligus sedih,
Pada 2 okotber dicanangkan sebagai hari batik, masyarakat berbatik ria membuat hati Pemilik sanggar batik ini gembira. Sedang yang membuat sedih, batik yang dikenakan adalah batik Cap atau printing. Bahkan khusus di Jakarta, bukan batik Betawi yang mayoritas dikenakan.
Masalah harga juga menjadi sangat krusial, ketika dihadapkan pada batik printing. Batik Betawi Terogong termasuk batuk tulis, diproses dengan manual menggoreskan lilin. Proses pengerjaan satu kain, tergantung tingkat kesulitan motif dan pewarnaan. Untuk motif yang umum dan warna standart, satu sampai dua hari selesai. Adapun harga dimulai pada kisaran 250 ribu, sedang untuk bahan sutera pada kisaran harga 1 juta.
[caption caption="Ibu Eleine Koesyono dan Ibu Siti Leila (dokpri)"]
Untuk upaya jemput bola dilakukan, memiliki galery di Kota Kasablanka dan website Batik Betawi Terogong . Perjuangan Bu Laela mendapat titik cerah, sanggarnya dikunjungi turis dari Jepang, Australia, Brazil dan negara lain. Bahkan ada satu negara sedang tahap penjajakan, mengajak Sanggar Bu Laela pameran di luar negeri. Termasuk uluran tangan Hotel The Bellevue saat ini, ibarat memberi angin segar bagi Sanggar Batik Terogong.
Namun upaya mengangakat Batik betawi terogong, masih perlu energi ekstra dan perjuangan panjang. Agar bisa sejajar dengan batik dari daerah lain, bersaing dengan batik print agar bisa mendapat tempat di hati pecinta batik.
Pada ujung acara talkshow, diumumkan pemenang live twit. Dua voucher Food and beverages di persembahkan Hotel The Bellevue, satu untuk Mbak Anna N Nawaning dan Burniat.
-0-o-0-
Tak terasa jarum jam di angka 19.00, kompasainers diajak Hotel Tour. Dari 15 peserta dibagi dua, saya berada di group pertama bersama ibu Eliene.
Tujuan pertama ke lantai 8, kami melihat Superior Room. Khusus category Superior, memiliki luas 24 meter persegi. Menyediakan jenis kasur, twin sebanyak 87 room dan type King sebanyak 51 room.
[caption caption="Superior Room BPW The Bellevue (dokpri)"]
[caption caption="Junior Siute Room BWP The Bellevue (dokpri)"]
Kemudian berpindah di lantai yang sama, masuk ke Junior Suite Room. Pada Kategori Junior Suite, memiliki luas 62 meter persegi. Memiliki dua ruang tempat tidur, small dining room, living room, pantry dan balkon tersedia sebanyak 4 Room. Kamar categori ini sangat cocok, untuk menginap sekeluarga dengan anak beranjak remaja.
Satu lagi categori Deluxe King, seluas 28 meter persegi sebanyak 14 kamar. Namun karena sedang full, terpaksa kami tidak bisa melihat secara langsung.
Satu yang tak lepas menjadi perhatian saya, adalah ornamen batik ditonjolkan. Mulai dari papan petunjuk di dalam lift, papan petunjuk kamar serta karpet di sepanjang lorong kamar. Masih dengan ornamen batik, berada di beberapa bagian dinding dalam kamar semua type category.
Dua type kamar telah kami kunjungi, kemudian berpindah ke loby. Sebuah sudut terdapat dengan dua desktop, dilengkapi dengan high-speed internet access. Di lantai yang sama pula yaitu loby, tersedia bussines centre. Tamu bisa memanfaatkan ruang bussines centre, bisa request disediakan laptop dan acces internet secara free.
Sementara terdapat juga meeting room, tediri dari tiga ruangan, yaitu Anjani, Srikandi dan Manuhara. Untuk event yang lebih besar seperti wedding, tiga ruangan ini bisa disatukan dengan cara membuka dinding sekat.
Satu sudut yang menjadi favorit tamu, adalah Kedaton Coffe Shop. Lokasinya berada di selasar, tempatnya semi terbuka sebagai smoking area.
[caption caption="3rd Floor BWP The Bellveue (dokpri)"]
Puas di Loby Kompasianers diajak naik lift ke lantai 3, selain swimming Poll, terdapat Bhuvana Spa Luxe and Fitnes Facilityies. Kolam renang yang nyaman dan keren, tamu bisa menikmati pemandangan daerah Pondok Indah.
Coba kompasianers bayangkan, berenang sambil menyaksikan lalu lalang kendaraan dari lantai 3 Hotel The Bellevue. Selain privasi terjaga, kita bebas menikmati pemandangan.
Sementara saat masuk ruangan spa, semerbak bau aroma terapy menguasai indera penciuman kami. Ingin rasanya bisa berlama-lama di ruangan spa, namun karena waktu yang terbatas sehingga cukup sekitar 15 menit saja.
Bagi kompasianers yang masih penasaran, bisa klik BWP The Bellevue untuk mengetahui informasi lebih lengkap dan detil.
-0-o-0-
Dua group tour hotel telah selesai, akhirnya kami kembali ke Angsana Lounge & Wine Bar. Menu makan malam dari Hotel The Bellevue, adalah Ayam Kaliasin (kaliasin adalah daerah di Surabaya). Separuh potong ayam goreng dengan daging sangat empuk, menemani kompasainers bersantap malam. Seperti biasa di akhir acara, kami mengabadikan kebersamaan dengan berfoto bersama.
[caption caption="Foto Session (dokpri)"]
Kepedulian Hotel Best Western Premier The Bellevue terhadap batik, pantut diacungi jempol dan diapresiasi. Mengingat budaya Betawi akan tersingkir, bahkan di daerah asalnya sendiri akibat kalah bersaing. Kalau bukan kita masyarakat Jakarta sendiri, siapa yang akan tanggap dan cinta pada budaya lokal.
Hujan di kawasan Pondok Indah, membuat bau tanah menguap ke udara. Ada rasa segar memenuhi rongga dada, ketika menghirup oksigen masuk ke paru paru.
Akhirnya kami undur pamit, Bu Elleine melepas kami dengan ucapan "semoga bisa berjumpa lagi". Sebuah boneka beruang berbusana bak pengantin cantik, menjadi kenang-kenang dari Hotel The Bellevue untuk Kompasainers. (salam)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H