Sungguh moment Ramadhan betapa menjadi bulan berkah, bisa dilihat dan diartikan dari banyak sudut pandang. Sebagai bulan penuh ampunan sudah jelas, umat muslim semakin khusyu dalam menjalankan ibadah. Kemudian sebagai bulan berbagi sudahlah pasti, ada saat membayar zakat untuk kaum dhuafa. Selain itu ada satu prespektif lainnya, yaitu menjadi bulan kebersamaan. Sebagai blogger kompasiana saya cukup merasakan, banyak undangan berbuka puasa menghampiri. Hal ini tentu membuat saya tersanjung, mendapat banyak manfaat pertemuan. Selain memperoleh banyak informasi dan ilmu baru, sebagai ajang silaturahmi sesama blogger. Acara dari pengundang disetting dengan aneka tema, memanfaatkan waktu menjelang saat berbuka (ngabuburit) tiba.
Selasa sore 30 juni 2015 saya menyambut ajakan, dari teman teman KPK (Kompasianers Penggila Kuliner) Kompasiana. Hadir di Mall Kelapa Gading (MKG) La Piazza, untuk event dengan konsep unik menarik "Ngenteni Buka Ning Pasar Klewer. Sebagai orang Jawa saya sudah cukup familiar, dengan Pasar Klewer yang berada di kota Solo. Kebetulan ada budhe dari garis ayah saya, pemilik kios batik di Pasar ini. Semasa mudanya ayah saya sempat berdagang, membantu menjual kain batik saudara perempuannya ini. Termasuk kabar tentang terbakarnya pasar kegendaris ini, saya cukup mengikuti dan update dengan beritanya. Akibat musibah ini budhe saya terpaksa absen berjualan beberapa waktu, karena kondisi yang kurang menguntungkan. Namun upaya pemkot cukup cepat, sehingga pedagang bisa beraktivitas seperti semula.
Nah bagaimana Ngenteni Buka Ning Pasar Klewer berlangsung, dan bagaimana atmosfir solo diusung ke MKG La Piazza Kelapa Gading. Pastikan Kompasianers mengikuti kisah saya, sampai titik terakhir artikel ini. Let's Go !
Sejarah Pasar Klewer*
********
Bagaimana Mungkin?
Saya melihat replika gerbang Pasar Klewer, hadir persis di depan mata saya. Pernak pernik jawa dipasang, merata hampir di semua sudut tempat acara. Lampu gantung khas rumah priyayi jawa, pajangan topeng kayu berhias motif batik. Umbul umbul dari kain batik yang berjajar, becak, kemudian atap stand yang berbentuk atap rumah joglo. Ornamen lain tak kalah mendukung suasana, adalah duplikasi kereta kraton Surakarta berada di pojok dengan petunjuk Stasiun Solo Balapan.
Masalah menu jangan ragu, aneka stand dengan makanan khas solo hadir. Saking banyaknya pedagang saya sampai bingung, mencari stand nasi liwet khas Solo. Akhirnya tempat yang saya cari ketemu, setelah sekotak nasi gudeg selesai disantap. Alhasil saya tidak jadi menikmati, nasi liwet khas Solo yang sungguh ngangeni ati. Terdapat dua lokasi gedung berpendingin AC, berada di tempat acara MKG La Piazza. Adalah Multi Purpose Hall, tempat yang menawarkan batik dengan segenap eksplorasinya. Selain baju, pernak pernik batik, juga hiasan atau pajangan khas jawa, bahkan sampai alat musik gitar tersedia. Pada lokasi ini ditawarkan kualitas secara umum, dengan harga yang relatif lebih terjangkau. Sedang lokasi batik kedua adalah galeri Batik Eksklusif di La Prisma, yang menyediakan batik batik terbaik berkualitas tinggi dengan tingkat pembuatan yang rumit. Mungkin Kompasianers sudah tidak asing, dengan brand terkenal seperti Danar Hadi, Djawa, Puri Mangkunegaran, dan Buana Alit Gallery.
Selain pedagang batik terkait acara kuliner yang digelar, hadir 10 stand kuliner Pasar Klewer yang datang langsung dari tempatnya di Solo. Markobar (Martabak Kottabarat), Srabi Solo Notosuman Ny. Handayani, Jamu Arum sari, Pukis Telur Kampung Asli & Leker Solo Sumber Rejeki, Lany, Selat Segar Galantin & Nasi Langgi Solo, Bakso Pak Min Penumping Solo, Dawet Bu Dermi Pasar Gede Solo, dan Soto Ayam Lek Sri Asli Solo.
Total pedagang pedagang batik dari solo ada 36, plus satu pedagang kerajinan dari Jogja. Total tenant food ada 61 terdiri dari 13 gerobak dan 48 booth. serta 10 tenant kuliner Pasar klewar, seperti diuraikan di atas.
KPK (Kompasianers Penggila Kuliner) sendiri cukup aktif gerebek, mengadakan acara serupa di aneka tempat. Bersama MKG La Piazza sudah kerap bekerjasama, terhitung sudah kali kelima include acara malam ini. Saya yang datang cukup awal bersua dengan K-ers Mbak Muthiah, kemudian Pak Saifuddin Sayuti dan kang Arul datang bersamaan. Mbak Indri dari MKG La Piazza sudah menanti kompasianers, memesan berderet meja di satu sudut startegis. Menyalami kami satu persatu, dan berkenalan termasuk dengan saya yang baru sekali bersua. Mbak Indri yang sudah kenal dengan Pak Syaifuddin, langsung akrab dengan K-ers lainnya. Setelah sedikit perkenalan tentang acara ini, kami dibagi press release dan kartu belanja dengan saldo seratus ribu. Mumpung adzan maghrib belum tiba, kami dipersilakan hunting menu berbuka.
"kalau mendekati maghrib nanti antre" ujar Mbak Indri.
Saya memilih menu Gudeg setelah tidak menemukan nasi liwet, wedang ronde dan es pisang hijau. Tampak K-ers mas Erwin dengan ketupat sayur komplit, dengan perkedel super jumbo seharga sembilan ribu (woww). Pak Syaifuddin Sayuti dan Mbak Mutiah memesan gudeg juga, persis seperti pesanan saya. Kang Topik Irawan yang datang jauh dari Karawang, memesan sate dan sebotol teh merk dari sponsor. Setelah tanda berbuka dari penyelenggara, kami membatalkan puasa hari ke tigabelas. Begitu menghabiskan wedang ronde, kemudian berlanjut es kelapa hijau saya berhenti dulu. Berpapasan dengan Mas Rahab yang baru selesai pesan makanan, saya ijin menunaikan sholat maghrib di Musholla lantai basement. Kebiasaan saya berbuka cukup menguntungkan, perut tak terlalu kaget beda kalau langsung makan berat.
Kehangatan dalam kebersamaan selalu saya rasakan, ketika kami bloger Kompasiana berjumpa. Mbak Wawa yang sudah kami kenal, tak segan menyapa lebih dulu. Ada dua wajah baru hadir, saya belum sempat bertanya nama karena duduk di ujung. Suasana malam semakin gayeng, ketika pangung utama mulai "dihidupkan". Sepanjang saya datang dari sore, lagu lagu langgam terus bergema. Namun malam ini kesyahduan semakin sempurna, melihat penampilan live penyanyi bersuara merdu. Sebuah lagu keroncong berjudul Taman Hati, memenuhi udara MKG La Piazza malam itu. Alunan musik keroncong yang khas, menghayutkan saya yang memang cukup gemar keroncong.
Tak terasa malam semakin beranjak, sementara lokasi acara semakin ramai. Kompasianers petugas gerebek sudah menjalankan tugas, sebagai bukti siap siap berpose dengan spanduk identitas.
******
Namun ada satu catatan kecil yang menurut saya penting, mengingat bertepatan dengan puasa. Ada baiknya disediakan lima menit untuk tausiyah dari ustad, dan diperdengarkan adzan saat Maghrib tiba. Kemudian papan petunjuk menuju musholla sangat penting, mengingat waktu sholat maghrib relatif terbatas.
Akirnya di ujung tulisan smoga sukes selalu untuk MKG La Piazza, terima kasih KPK Kompasiana sudah mengajak gerebek KPK. (salam)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H