Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Suasana Pelabuhan Sunda Kelapa dalam "Kampoeng Tempo Doeloe"

1 Juni 2015   06:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:25 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_421631" align="aligncenter" width="557" caption="KTD tampak dari pintu gerbang (dokpri)"][/caption]

Imajinasi manusia sungguh luar biasa dipenuhi ketidakterdugaan, ide yang terus berhamburan menunggu realisasi. Kesungguhan beraksi musti mengiringi buah pikiran, agar menghadirkan sesuatu yang semula terkesan mustahil. Kecanggihan tehnologi dan kemajuan massa, membuat manusia makhluk sempurna tak henti berkreasi.

Minggu siang yang terik ini saya berkesempatan hadir, dalam acara Jakarta Fashion and Food Festival. Bertempat di Lapiazza Kelapa Gading Jakarta Utara, saya menempuh satu setengah jam dengan roda dua dari Tangsel. Beruntung background sebagai marketing tak kesulitan, menemukan lokasi yang sudah cukup tersohor ini. Saya yang datang saat jam makan siang, cukup tepat waktu untuk mengisi perut. Suasana siang mirip seperti hiruk pikuk, pelabuhan Sunda Kelapa Batavia pada abad XVIII. Dua pos panitia persis di pintu gerbang, didekorasi lukisan dinding batu bata bak benteng kompeni. Sampan kayu lengkap dengan dayungnya, membuat atmostif pelabuhan terasa sempurna. Lagu lagu dari seniman Betawi kenamaan, mengalun sepanjang pengunjung berada di Pelabuhan. Suara penyanyi legenderis Benyamin Sueb, berduet dengan Ida Royani bergantian dengan penyanyi Grace Simon. Lirik yang lumayan familiar di pendengaran, adalah satu lagu "Abang Pulang" yang dibawakan di satu film Bang Ben bersama Ida Royani pada tahun 1975.

Nah Abang Pulang. Bakul nasi goyang goyang

Dek, abang pulang. Dari kota pulang kandang


Abang bawa apaan? Abang bawa bungkusan
Eh bungkusannye apaan? Beginian
Apaan sih isinye bang? Ntar aje loe liat
Buka donk aye liat, Loe liat pasti melotot


[Buka donk bang, buka, Udeh gak sabar nih aye bang apaan sih isinye.
Eh, eh, sabar, sabar, nyebut..]


Duh, abang sayang. Pulang pasti banyak uang
Duh, dek sayang. Gue gak bisa bilang dah. Terserah.


Abang bawa apaan? Abang bawa bungkusan
Eh bungkusannye apaan? Beginian
Apaan sih isinye bang? Ntar aje loe liat

Buka donk aye liat, Loe liat pasti melotot
[Nih..! Ahh.., sepatu butut]

[caption id="attachment_421632" align="aligncenter" width="480" caption="Suasana batavia Tempoe Doeloe (dokpri)"]

1433112999315313761
1433112999315313761
[/caption]

Lagu lagu Bang Ben yang lain juga berkumandang, memenuhi udara Kampoeng Tempo Doele. Tepat di tengah arena estival terpasang layar lebar, menayangkan gambaran suasana Batavia masa lampau. Dengan gambar agak bergetar warna hitam putih, pengunjung bisa menyaksikan ruang dan waktu pada masa lalu. Beberapa tempat yang tampak terpampang di layar, seperti daerah Gondangdia, Pasar Senen, tanjung priok, pasar baru dan masih banyak lagi. Pengujung seperti diajak mengarungi perjalanan masa, melalui tayangan yang disajikan panitia.

[caption id="attachment_421633" align="aligncenter" width="569" caption="Jajanan jaman bahela (dokpri)"]

14331131111156445109
14331131111156445109
[/caption]

Satu sudut yang lumayan menarik perhatian saya, sebuah stand yang menjual aneka camilan masa lampau. Kompasianers yang semasa kecil berada di era 70 atau 80-an, mungkin menjumpai permen rokok, kwaci cap gadjah, gulali, kue kecil dengan permen dipucuknya, snack lidi, sagon kelapa, kue susu, kacang gajih, simping kencur dan banyak aneka makanan yang lain. Stand dibangun berjajar dilengkapi ornamen klasik, dengan warna kuning ngejreng khas tempo dulu. Makanan yang disajikan khas citarasa nusantara, tak melulu makanan betawi seperti kerak telor, sayur besan dan sejenisnya.

[caption id="attachment_421634" align="aligncenter" width="543" caption="Racikan ie Balitong (dokpri)"]

14331131961832108300
14331131961832108300
[/caption]

Dengan kartu KTD (Kampoeng Tempo Doeloe), sangu dari mbak admin Kompasiana. Saya cukup bisa memesan makanan kesukaan, setelah memilih aneka menu yang dihidangkan. Pilihan saya jatuh pada mie Balitung, kebetulan dijual paket dengan minuman teh produk dari sponsor. Selain mie kuning sebagai bahan dasar makanan ini, terdapat potongan lainnya yang membuat tampilannya menggungah selera. Kentang rebus berbentuk kotak dadu, berpadu dengan tauge, potongan tahu, irisan timun. Kemudian disiram dengan kuah agak kental, saya menebak kuah ini ada campuran tepung sagu layaknya capcay. Pada bagian terakhir baru ditutup dengan emping melinjo, dan sambal dan kecap sesuai selera.

[caption id="attachment_421635" align="aligncenter" width="539" caption="Penampakan mie Balitung (dokpri)"]

14331132771299339801
14331132771299339801
[/caption]

[caption id="attachment_421637" align="aligncenter" width="603" caption="Juice Durian (dokpri)"]

1433113330385045050
1433113330385045050
[/caption]

Ada rasa manis pada mie belitung ini, namun sambal yang pedas bisa mengimbangi. Cukup pas di lidah jawa saya, dan saya tergolong tak rewel masalah makanan. Mie belitung yang disajikan dalam kondisi panas, membuat keringat berlelehan berbaur dengan suasana panas arena festival. Sambalnya yang cukup nendang membuat lidah terasa terbakar, tetapi justru disitu letak sensasi bersantap siang yang terik ini. Saya pribadi cukup menikmati mie belitung, sambil menikmati atmosfir pelabuhan yang dihadirkan. Untk minuman terdapat teh dalam botol dalam kondisi dingin, lidah ini rasanya ibarat langsung salju. Setelah panas dan pedas yang super, mendadak ditimpa manis dingin. Masih ada saldo tersisa di kartu Kampoeng Tempoe Doeloe, saya memanfaatkan membeli juice durian. Rasa buah durian asli menjadi penawar, setelah menikmati semangkok penuh mie Balitung.

[caption id="attachment_421642" align="aligncenter" width="486" caption="Arena KTD (dokpri)"]

1433113831221300932
1433113831221300932
[/caption]

Sebagi pengunjung saya merasa cukup puas, dengan sajian Jakarta Fashion and Food Festival. Harga makanan yang kelas restaurant, membuat saya berhitung saldo. Mengingat pembayaran musti dengan kartu, jadi kalau kurang seribu dua ribu musti ke pos panitia mengisi saldo. Secara keseluruhan acara sangat menarik, dan suasana Pelabuhan Sunda kelapa yang terik saya dapati. Hampir dua jam saya berada di lokasi Kampoeng Tempo Doelo, musik betawi dan suara bang Benyamin Sueb mengiringi saya pamit diri. (salam)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun