Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pesta (Demokrasi, Akankah) Telah Usai?

22 Juli 2014   11:17 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:37 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pestademokrasi di tahun ini benar benar menyita perhatian publik, setelah hingar bingar kampanye PILEG (Pemilihan Legisltif) pada 9 mei 2014 belum sepenuhnya pulih rasa terengah, delapan minggu kemudian menyusul PILPRES (Pemilihan Presiden) tepatnya pada 9 July 2014. Segenap energi dan pikiran rasanya terserap untuk hajatan akbar ini. Masyarakat dari berbagai kalangan dan kelas sosial pendidikan menyediakan diri dalam riuh rendah politik, membuat dua kubu yang menorehkan permusuhan baik secara terang terangan atau sembunyi sembunyi, bahkan hubungan persaudaraanpun terganggu karena beda pilihan.

Seorang sahabat curhat list di BBM nya berkurang gara gara broadcast yang dikirim menyatakan dukungan ke salah satu calon, penerima yang tidak sepaham kebetulan bersumbu pendek, alhasil PIN-nya “didelete”. Setiap hari social media berhambur penuh postigan masing masing pendukung berkomentar negatif tentang rivalnya (seolah) tak peduli hari bertepatan dengan bulan menahan diri.

Sebegitu dahsyatkah efek dari pesta demokrasi ini, telah berhasil merenggangkan hubungan, teman sahabat bahkan saudara menjadi dua orang yang tak kenal satu sama lain.

PERANG & DENDAM

Pesta telah berlalu di depan sana menanti hari panjang berbatas cakrawala, tak ada jaminan bahwa diri kita akan berurusan dengan setiap orang termasuk yang berkonflik di masa lalu. Akankah perang itu masih dipelihara membusuk menjelma dendam, sementara (kalaupun) jagoannya menang melenggang menjadi orang nomor satu tetap saja harus banting tulang menghidupi sendiri. Apa guna menabuh genderang perang kalau ujungnya akan merugikan diri kehilangan teman berkurang sahabat, bobrok persaudaraan sedang kehidupan terus berderap kedepan. Setiap perbuatan akan berdampak dan berkesinambungan sampai ujung usia.

Bahwa ada yang menang dan ada yang kalah adalah sebuah keniscayaan dalam sebuah kompetisi, sementara kabar benci sudah terlanjur disebar, kalimat dan tulisan (entah fitnah atau fakta) sudah kadung memumbung. Masihkah ego tetap dipelihara melawan rasa malu menerima kenyataan. Mungkin sorak sorai setan laknatullah semakin riuh, tawanya renyah dan nyaring saat melihat anak keturunan nabi Adam berhasil sedemikian tak berdaya. Musuh bebuyutan yang diincar sampai akhir jaman ternyata lebih lemah kuda kuda pertahanannya dari pada nenek moyangnya.

PENETAPAN KPU

Tanggal 22 Juli 2014 secara aklamasi Komisi pemilihan Umum (KPU) menetapkan satu pasangan capres cawapres melaju sebagai pemenang, kualitas pemain dalam permainan benar benar akan diuji saat keputusan ini ditetapkan. Bagi kesatria sejati tak ada kalah dan menang, karena pemenang sesungguhnya adalah yang mampu memerangi diri sendiri.

Perang melawan diri sendiri adalah melumpuhkan sifat dan tabiat setan dalam diri manusia, entah itu kesombongan, iri dengki, hasud, tamak dan deretan panjang sikap tak terpuji. Bagi pemenang harus segera merangkul yang kalah, dan sikap legowo bagi yang kalah karena kita berada dalam satu payung besar bernama Indonesia.

Sudahlah permainan biarlah kita anggap usai, toh yang bakal dibawa kealam keabadian adalah, amal jariah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak yang soleh. Hanya tiga point, tak ada point berikutnya misalnya kekuasaan, jabatan, harta dsb. Point terakhir semestinya menjadi kendaraan untuk mewujudkan tiga hal pertama. Meskipun banyak kendaraan lain yang bisa dijadikan sarana agar setiap kita bisa membentuk diri sendiri menjadi orang yang berilmu, cinta beramal (tanpa memandang jumlah) dan mencetak generasi yang soleh solehah.

Penggalan surat Ali imran ini teramat jelas bagi kita “innal Amra Kullahuu lillaah” sesungguhnya segala urusan itu digenggaman Allah (Qs Ali Imran ; 154). Manusia hanya bisa berencana dengan berusaha semaksimal kemampuan, namun yang Maha Mengetahui apakah urusan itu bermanfaat atau tidak buat umatnya hanya Allah pengenggam kekuasaan atas kehidupan yang diciptakan dengan sempurna ini.

Siapapun Presiden terpilih sudah tertulis di lawud mafud, sembari meyakini takdir Allah adalah takdir terbaik untuk hamba-NYA.

PESTA (akankah) USAI

Tak ada pesta yang tak usai Ramadhan bulan mulia yang menjadi pesta bagi seluruh alam saja tak dapat dicegah merambat ke akhir hari, apalagi hanya sekedar Pilpres. Kembali kita berangkulan, menjalin ukuwah yang sempat renggang, bergandeng mengenggam erat tangan saudara yang sempat terlepaskan.Kehidupan masih terus berjalan, waktu yang tersisa jangan habiskan untuk hal hal remeh temeh yang tak akan membawa dampak bagi kebaikan bersama.

Semeriah apapun pesta ada masanya usai, yang akan tinggal di hati adalah kenangan. Maka jangan biarkan dengki dan dendam menghiasi. Terlalu singkat waktu apabila hanya dihiasi dengan kebencian, tak ada guna mengulur ulur permusuhan karena Pesta sudah saatnya usai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun