Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

(Bukan Hanya) Badai Pasti Berlalu

30 Juli 2014   16:06 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:51 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14066858662006728639

[caption id="attachment_350184" align="alignleft" width="300" caption="dok.pribadi"][/caption]

Kehidupan di dunia ini tersaji dengan lengkapnyatak ada yang permanen, tak ada yang abadi. Semua yang datang akan pergi, semua yang ada akan tiada. Kehidupan berpaku pada sunatullah yang berjalan sesuai aturan-NYA. Ramadhan berganti syawal melaju dan terus melaju mesin waktu menghantar anak kecil menjelma remaja yang muda beranjak tua. Tak ada yang berhenti hanya pada satu titik. Permasalahan begitu pula adanyasetiap manusia mempunyai masalah sesuai kadarnya, sesuai yang telah diperbuatnya karena ibaratnyamasalah merupakan akibat dari perbuatan sendiri. Namun janji sang pencipta sudah jelas terpatri akan memberi ujian sesuai kemampuan hamba-NYA.

Sebuah lagu terkenal yang dibawakan penyanyi legendaris (alm) Chrisye selain versi penyanyi perempuan yang suaranya melengking tinggi Berlian Hutauruk, lagu soundtrack ini meledak di pasaran seiring dengan filmnya pada dekade 70-an dibintangi Christine Hakim dan Slamet Rahardjo, judul lagu ini adalah Badai Pasti Berlalu kemudian sering didengar dan diucapkan ketika seorang sedang berada dalam masalah

“jangan putus asa dan terus semangat, badai pasti berlalu” kata seorang sahabat pada teman yang sedang berduka

Memang hakikat setiap peristiwa adalah melintas tak ada berhenti, pun kehidupan ini. Sejak sejarah Nabi yang pertama Adam AS bergulir ke Nabi Idris, Nuh, Hud, Shaleh terus ke Nabi berikutnya sampai Nabi Isa AS diurutan ke duapuluh empat dan berakhir pada Nabi junjungan Rasullah Muhammad SAWdiestafetkan kepada khalifah dan sahabat terus mengalir sampai dari jaman ke jaman, dari peradaban ke peradaban sampai ke kerajaan di Nusantara membawa kedatangan para Waliyullah ke tanah Jawa, berlanjut pada generasi perintis kemerdekaan di semua bidang kehidupan hingga turun pada kakek nenek moyang, ayah ibu, kita sendiri masa sekarang terus berantai ke anak cucu cicit seterusya dan seterusnya.

Pada setiap masa pada setiap generasi dan yang terkecil pada setiap individu membawa gejolak sendiri menghadapi “badai” dan lembah sendiri, naik turunya kehidupan pasang surutnya keadaan semua erat melekat pada setiap manusia sampai ajal menghentikan. Maka kehidupan yang sangat sempurna ini tak akan memberi kesempatan pada seseorang hanya berada di sisi senang, bahagia, hura hura, canda ceria, dan sangat tak mungkin membiarkan seorang lainnya hanya berada pada situasi sedih, nestapa, luka, papa dan hampa. Sunatullah bekerja dengan sangat adilnya ada jatah bahagia ada jatah duka semuanya komplit yang harus ada dan diadakan.

Manusia hidup perlu selaras perlu keseimbangan yang nantinya akan memberi efek kedewasaan dalam bersikap dan bertindak. Orang yang pernah merasakan sakitnya dicubit akan berpikir ulang ketika ingin mencubit orang lain, orang yang pernah sedih terluka akan berempati kepada orang lain yang bernasib serupa. Oleh oleh dari setiap kepedihan yang disikapi dengan lapang akan berbuah kearifan, buah dari proses jatuh bangun yang disertai dengan pemahaman akan beroleh kedewasaan. Bagi yang pandai menggapai hikmah senang dan sedih menjadi proses alami yang sama posisinya, kesenangannya tak menjadikan berekspresi berlebih dan semaunya, kesedihan juga tak akan menjadikan tenggelam dalam duka lara. Kesedihan dan kesenangan akan membekaskan pengertian sekaligus pemahaman baru tentang esensi kehidupan dalam keseharian.

Maka kalaupun ada kalimat Badai Pasti berlalu, demikian juga dengan Masa Pasti Berlalu, Suka Pasti Berlalu, Usia Pasti Berlalu, Kehidupan Dunia Pasti berlalu, sebaik baik warisan adalah kebaikan. Tetaplah menjadi agen pembawa kebajikan dan kebijakan tanpa terpengaruh oleh situasi, itulah bekal yang tak akan berlalu dan akan kita bawa di kampung keabadian (wallahu’alam bisawab)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun