Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Masih Pengin Jadi Artis?

14 Agustus 2014   12:52 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:35 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_352766" align="aligncenter" width="490" caption="illustrasi suasana studio- dok pribadi"][/caption]

Berita yang akhir akhir ini menjadi hot news di hampir semua media adalah kasus bunuh diri aktor Robin William, menyusul masalah artis muda Marshanda yang mengalami masalah Bipolar disorder atau sebuah gangguan psikis padahal kasus dengan suaminya yang juga artis belum kelar, berita yang santer membuat kita sejenak menengok pada kasus bunuh diri aktor korea Woo Bong Shik, masih dari korea juga ada kasus serupa dari vokalis rock band Korea Selatan Siberian Husky, Yoo Soo Yeon. Kasus bunuh diri artis ternyata bukan kasus baru di indonesia, pada periode tahun 1970 - 1980 pada saat televisi baru ada satu satunya TVRI tersebut nama Marliyah Hardi ditemukan gantung diri di kusen pintu, penampilannya yang keibuan membuat artis ini sangat familiar pada masanya dengan pembawaan yang bijaksana dan langganan mendapat peran protagonis baik di drama televisi atau di layar lebar, kemudian berita dari artis masa sekarang nama presenter Yulia Rahman yang dikabarkan sempat hendak menyayat pergelangan tangannya saat berkonflik denan mantan suaminya kemudian berhasil diselamatkan, mungkin banyak lagi kasus yang menimpa kalangan selebritas tanah air dan dunia yang tak terjangkau informasinya.

Belum lagi kasus perceraian artis yang hampir susul menyusul menghiasi layar televisi dan halaman surat kabar serta portal. Sang artis pada saat pernikahannya diselenggarakan secara besar besaran disiarkan live oleh stasiun televisi dengan jumlah undangan luar biasa berasal dari kalangan pesohor negri. Komentar dan ucapan betebaran mengagumi kecantikan sang mempelai perempuan bak bidadari dan mempelai pria raja, sampai semua sepakat kedua mempelai adalah pasangan serasi tiada dua. Namun tak jarang prosesi megah meriah dengan biaya milyaran tinggalah cerita, setelah punya anak satu atau bahkan belum dikaruniai momongan sebelum genap seumur padi pernikahan itu, kedua mempelai kembali bersanding di kursi meja hijau. Seolah bagai angin lalu kesakralan dan mahalnya biaya yang sudah digelontorkan. Ada lagi yang penuh religius menggelar akad nikah di tanah suci denga saksi pemuka agama ternama namun nasibnya setali tiga uang.

Profesi artis seolah menjadi magnet bagi kalangan kecil dan muda (mungkin juga tua), disetiap ajang pencarian bakat yang menjanjikan ketenaran dipenuhi dengan jutaan peminat. Setiap stasiun televisi mengadakan acara pencarian penyanyi pemula atau ajang pencarian bakat lainnya masing masing tak pernah sepi peminat, bahkan sang orang tua (biasanya mama) dengan antusias menenteng anaknya kesana kemari demi audisi. Ketenaranlah yang menjadi daya magis itu, dengan wajah rupawan yang sekali tampil dikontak berlimpah uang. Keglamoran dan eksistensi di dunia hiburan mungkinkah menjadi alasan?

Berkaca pada kasus beruntun artis entah bunuh diri kemudian sejumlah masalah keluarga mungkin juga masalah keuangan setidaknya membuka mata publik bahwa tak sepenuhnya benar asumsi yang melekat dibenak, bahwa jadi artis itu selalu bersanding keenakkan keenakkan. Kalaupun ada artis yang suka mempublish kemewahan rumah, penampilan dan gaya hidup bisa jadi memang dia sudah kaya dari garis keluarganya atau memang saat ini sedang menanjak karirnya. Menurut hemat saya profesi artis tak ubahnya profesi lainnya yang mengalami pasang surut, coba saja hitung dengan jari artis penyanyi yang berjaya di periode 70-an atau 80-an siapa yang namanya masih berkibar, mungkin sangat sedikit. Saya pribadi pernah menjumpai seorang artis yang berjaya semasa SD saya tahun 80-an kini hidupnya sederhana menjadi agen alat tulis, penampilannya jauh dari masa keemasannya.

Bagi saya bukan masalah artis atau bukan artis sebab apabila merujuk sabda baginda Nabi Rasulullah SAW “Khairunnas anfa’uhum linnas” “Sebaik-baik manusia diantaramu adl yg paling banyak mamfaat bagi orang lain.”Jalan menuju lemanfaatan itu banyak pintu, bisa saja dengan menjadi Guru, menjadi Dokter, menjadi Wiraswasta, menjadi Penulis, menjadi Petani, menjadi Nelayan, menjadi Pedagang, menjadi karyawan, menjadi Arsitek, menjadi Pegawai di Mall ataupun apapun profesinya selama itu membawa manfaat maka keuntungan dunia dan akhiratlah insyaallah akan menjadi hak. Pun saya yakin pasti ada (mungkin segelintir) artis yang eksistensinya yang kehadirannya di dunia selebritis berorientasi untukkemanfaatan. (wallahua'lam)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun