Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Oase untuk Anak Indonesia

3 September 2014   15:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:44 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_356942" align="aligncenter" width="571" caption="Popzzle"][/caption]

Melihat tumbuh kembang anak masa kini seakan akan membuat para orang tua tak ragu dan kawatir. Bagaimana tidak, kini segala fasilitas lengkap tersaji, aneka mainan modern yang mengasah skillnya tak lagi sulit didapati. Alat untuk pengembangan kemampuan motorik dan sensorik buah hati bisa dengan mudah didapati di toko buku, sekolah, pusat permainan yang berada di Mall atau tempat penitipan anak. Masalah pendidikan janganlah berkecil hati institusi pendidikan yang bernama sekolah telah tersaji lengkap mulai dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) hingga jenjang pendidikan paling tinggi ada di negara tercinta terlepas dari kualitasnya. Kemudian macam macam jenis sekolah menawarkan aneka ragam keunggulannya, sekolah bermunculan bak jamur di musim hujan. Ada sekolah yang mengusung nama berbau religius, ada yang melabeli dengan identitas international, unggulan, percontohan dan aneka rupa identitas. Namun jangan sampai para orang tua mengeryitkan dahi ketika di formulir pendaftaran tertera angka yang "fantastis" untuk mendapatkan sebuah bangku. Semua ibarat tawar menawar seperti sebuah slogan "ada harga ada kualitas", meski saya pribadi tak sepenuhnya sepakat dengan slogan tersebut. Kenyataannya banyak orang orang sukses yang saat ini muncul justru dari sekolah yang biasa biasa saja karena keadaan orang tuanya dalam keterbatasan. Anak anak masa kini menjadi sebegitu "dimanja" dengan keadaan dan jaman.

Namun sore itu seusai maghrib sambil menemani anak anak menyiapkan buku pelajaran untuk belajar sebuah tayangan ditelivisi menyadarkan saya betapa anak anak saat ini juga berada dalam kegersangan yang akut. Mungkin keadaan yang tiada disadari akibat terlena dengan keenakan keenakan, kegersangan itu terjadi karena kekurangan suplay gizi berupa pesan pesan moral melalui senandung lagu anak anak.

Adalah acara talkshow Sarah Sechan yang sore itu tayang pada senin 1 sepetember 2014 menghadirkan bintang tamu gorup vokal Popzzle yang terdiri dari empat personel anak usia kira kira menjelang 20 tahunan. Mereka adalah Andra, Lan, Natalie dan Sarah, dengan kostum yang menyesuaikan dengan nuansa lagu keempatnya hadir membawakan lagu anak anak yang abadi TIK TIKbunyi Hujan

Popzzle

*********

Melihat penampilan group vokal Popzzle seperti menyeret memori kemasa kecil dulu di era tahun 70 sampai 80-an, saat televisi masih bergambar hitam putih dan TVRI adalah satu satunya yang mengudara nama penyanyi Adi Bing Slamet, Chicha Koeswoyo, Ira maya Sopha, Boby Sandora Muchsin dan beberapa nama lainya sangatlah familiar di telinga plus lagu lagunya juga sangat memasayarakat. Anak anak yang saat itu masih di bangku sekolah taman kanak ata sekolah dasar dan tinggal di pelosok desa dengan mudah menghapal lagu " Mak Inah orangnya lucu.....(pada reff) eee copot e copot copt, gigi mak giginya kempot..." atau anak anak perempuan sambil meniru gaya penyanyinya berlagu " la la la...sepatu kekecilan..la la la....la la..kakinya kesakitan, lihatlah teman semua aku punya pasangannya" Lagu anak anak sanggup menjadikan masa kanak bagaikan di nirwana, keceriaan wajah polos terasa sempurna ketika panggung acara di kelurahan atau kecamatan pada malam tujuhbelasan diisi dengan joged anak kecil mengiringi lagu anak anak kala itu.

[caption id="attachment_356939" align="aligncenter" width="384" caption="wikipedia"]

14097062921012776148
14097062921012776148
[/caption]

Masa terus berjalan perubahan sedikit demi sedikit terjadi bagai gradasi, ketika penyanyi kanak yang mendominasi medio 80-an mulai beranjak remaja industri music cepat merespon dengan meghadirkan mereka menjadi penyanyi remaja tentu dengan tema lagu yang berbau cinta. Lagu anak sedikit menurun sebentar kemudian era 90-an muncul nama nama baru lagi yang menjadi era lagu anak anak kembali berjaya, Joshua dengan lagu tenarnya di obok- obok setelah cicit cuit, kemudian Enno Lerian dengan Nyamuk Nakal, ada Melisa tenar dengan lagu Semut Semut Kecil, Meisy cukup eksis dengan sekian banyak lagu yang rutin didendangkan di acara CI...LUP..BA..... sekian nama masih berjajar ada Bondan Prakoso, Trio kwek kwek, Geofani, Cindy Cenora dan lain lainnya. nama nama itu kini sudah dewasa. Ada yang masih eksis di dunia hiburan tetapi hadir dengan berita perceraian atau tentang kehidupan pribadinya yang tak berhubungan dengan musik.

[caption id="attachment_356940" align="aligncenter" width="588" caption="indonesiakid.blogspot"]

14097063301170792024
14097063301170792024
[/caption]

Usai masa 90-an ketika generasi penikmat lagu anak anak dan penyanyinya sudah beranjak dewasa, setelah itu tongkat estafet seperti terputus. Kalaupun ada satu dua lagu yang muncul tapi tak sanggup menjadi bomming, mungkin saja industri melihat lahan ini (lagu anak) ibarat tanah tandus. Akibatnya anak anak kita "melahap" lagu lagu dewasa yang tentu pesan dan isinya dibilang bukan konsumsi yang seharusnya. Bahkan pernah saya melihat sebuah ajang kompetisi Idola Cilik yang pesertanya anak kecil tapi materi lagu lagunya milik penyanyi dewasa.

********

Kehadiran Popzzle di acara talkshow Sarah Sechan dan membawakan lagu anak anak seolah menyediakan diri menjadioase di tengah kegersangan lagu anak anak. Masyarakat musti merespon dengan baik agar mereka bisa produktif dan setia menemani anak anak saat ini. Anak kecil kita sejatinya sedang dahaga tanpa mereka sadari sendiri, keabaian yang terlihat sepele ini apabila tidak segera diatasi lama lama akan membesar bagai bola salju, dampaknya akan terasa di kemudian hari. Peran serta banyak pihak dalam hal ini pasar (baca penikmat musik) sangat dibutuhkan, karena pasar ibarat amunisi yang berperan sebagai penyubur industri dalam hal ini lagu anak. Saya membayangkan ketika anak anak saat ini beranjak dewasa, lagu apa yang dinyanyikan ketika mengingat masa kecilnya? Kita masih beruntung punya lagu kanak milik Diana Papilaya, Nourma Yunita, Fitria Elvi S atau angkatan setelahnya Susan dan Kak Ria Enes, Dea Ananda, Cikita Meidy.. terus anak anak kita saat ini nanti siapa yang diingatnya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun