[caption id="attachment_363834" align="aligncenter" width="603" caption="dokpri"][/caption]
Momentum Idul Adha atau hari raya haji segera tiba, bagi kaum muslim pergi ke masjid atau tanah lapang untuk mendirikan shalat menjadi agenda rutin dan utama. Saat berbagi bahagia kepada sesama menjadi tradisi, usai shalat ditunaikan panitia qurban dengan sigap menyembelih hewan qurban berupa kambing atau sapi.Di Jakarta dan kota penyangganya hampir setiap masjid atau musholla menerima hewan qurban untuk disembelih, hal ini seiring dengan saking bayaknya minat masyarakat. Maka tak heran kalau di wilayah Jabodetabek khususnya ketersediaan daging qurban relatif berlimpah ruah. Dalam masjid satu komplek perumahan biasanya menyembelih beberapa ekor kambing dan sapi sekaligus, kemudian langsung membagikan kepada yang berhak menerima. Mengingat stock daging yang masih banyak akhirnya warga perumahan juga kebagian.
Ada sebuah lembaga sosial yang berpusat di Bandung sangat kreatif dan inovatif dalam mengelola daging qurban yaitu dengan dijadikan kornet. Cara ini terbilang sangat efektif dan praktis mengingat sasaran jangkauan distribusi kornet daging qurban tersebut adalah seluruh indonesia. Dengan diolah menjadi kornet dan dikemas dalam kaleng layaknya kornet di supermarket tentu banyak keuntungan. Selain bisa tahan lama, dan tentu bisa diantar ke seluruh pelosok tanah air tanpa takut busuk. Dalam sebuah tayangan di televisi seorang tokoh dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberi statemen apa yang dilakukan lembaga sosial ini diperbolehkan karena mengacu pada kemanfaatan dan kemaslahatan umat.
*****
Berkaca dari pengalaman tahun tahun sebelumnya, biasanya sore hari setelah pagi dilaksanakan shalat ied adha takmir masjid ditempat saya tinggal berkeliling. Setiap rumah mendapat jatah sekantong daging qurban. Bisa daging kambing bisa daging sapi namanya juga dapat jatah tentu tidak bisa memilih atau pesan misalnya daging sapi saja (hee hee ), kadang kalau sang penghuni sedang tidak dirumah (biasanya) saat pulang tahu tahu di teras atau di pagar sudah ada gantungan tas plastik isi daging. Keesokkannya ketika berpapasan dengan sang takmir masjid baru menjelaskan "Pak mohon maaf sebelumnya, kemarin saya yang gantungin daging qurban di pagar" sambil tersenyum dengan sopan.
Setelah mengetahui kebiasaan pengurus masjid yang sudah kami kenal dengan baik, keluarga kecil saya sengaja berburu ilmu cara mengolah daging kambing yang benar. Hasil sembelihan daging qurban pada kambing khususnya biasanya meninggalkan aroma tak sedap atau bau prengus dan dagingnya lumayan alot setelah dimasak. Semalam usai maghrib kami membeli sate kambing di dekat lapangan tempat kami tinggal sekaligus "menginterview" penjualnya perihal startegi mengatasi masalah pada daging kambing.
sumber gambar : SINI
Si abang yang baik hati dengan antusias berbagai ilmunya, alhasil pulang dari tukang sate kami mendapat dua keuntungan, satu dapat daging sate kambing siap santap yang kedua mendapat ilmu pengolahan yang siap dipraktekkan. Dengan logat madura yang kental si abang dengan telaten menjawab ketidaktahuan saya, ada beberapa cara yang "ditularkan" abang sate madura yaitu: Sebelum dimasak daging kambing dibungkus dengan daun pepaya dan dibaluri parutan buah nanas pada permukaan daging, fungsi daun pepaya agar daging tidak alot sedang parutan buah nanas menghilangkan bau tak sedap. Khusus yang parutan buah nanas dibaluri sekitar 15 menit jangan terlalu lama kata si abang tanpa menjelaskan alasannya. Cara kedua daging kambing yang belum dimasak di siram dengan perasan jeruk nipis atau jeruk limau biarkan air perasan meresap, secara logika bisa saya tangkap bau perasan jeruk nipis atau lemon kan enak dan harum jadi bisa meminimalisir bau prengus. Irisan jangan sampai sejajar dengan garis tekstur daging harus melintang memotong serat daging. Kalau semua proses sudah selesai dengan benar daging siap dimasak sesuai selera, bisa digulai atau di sate. "Kalau dimasak bagusnya pakai bumbu rempah rempahan Pak" jelas abang sate. Khusus yang dibuat sate lebih baik pakai dibakar pakai arang dari batok kelapa, alasannya abunya tak tak mudah menyembur seperti arang yang terbuat dari kayu. Saya bayangkan kalau abu menyembur bisa jadi nempel di daging kan jadi kotor. "Bumbu sate yang praktis pakai kecap di campur dengan potongan bawang merah cabe dan tomat, kalau mau repot ya bisa pakai bumbu kacang" jelas si abang
Sampai penjelasan cara membuat bumbu sate akhirnya pesanan sate kambing saya sudah selesai dibungkus dan siap dibawa pulang ke rumah. Terimakasih abang atas ilmunya, sambil menenteng lauk makan malam saya merasakan betapa siapapun bisa kita jadikan guru. Bahkan pada orang orang yang jarang berinteraksi sekalipun, pada mereka ada lautan ilmu yang bisa kita petik. (semoga bermanfaat)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H