Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Penerima Beasiswa Bukan Khusus yang Pandai Saja

12 Oktober 2014   00:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:26 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_365653" align="aligncenter" width="635" caption="A,Fuadi- dokpri"][/caption]

Setelah acara Nangkring Bedah Buku pada Jumat malam, admin menginformasikan kalau Kompasiana dapat jatah 4 kursi untuk seminar Beasiswa 5 Benua. Saya cukup familiar dengan buku terbaru karya novelis yang mencetak best seller lewat trilogi 5 menara tersebut, maka ketika ada kesempatan menimba ilmu pada penulis favorit langsung saya atur waktu. Tempat seminar di Gedung yang sama dengan tempat acara nangkring tapi bedanya hanya pada lantai 7, acara dimulai jam 9.00.

Karena ada keperluan di daerah Joglo saya atur waktu pagi pagi menyelesaikan urusan kemudian bisa langsung ke lokasi seminar. Dari Joglo ke Palmerah termasuk dekat, tinggal menyusuri Raya Pos Pengumben yang tak terlalu panjang masuk Permata Hijau sampai perempatan sudah ketemu jalan Palmerah.

Ahmad Fuadi sang penulis menjadi narasumber seminar sabtu ini, buku Beasiswa 5 Benua meski bergenre non fiksi tetapi memiliki benang merah yang kuat dengan 3 novel karya Fuadi sebelumnya. Pada sekual pertama Negri 5 menara membawa pesan mantra "man Jadda Wajadda", Siapa yang bersungguh sungguh pasti mencapai tujuan, maka pada Ranah 3 Warna 'man shabara zhafira', Siapa yang bersabar akan beruntung, sedang pada Rantau 1 Muara mengusung mantra "Man Sara Ala Darbi Washala". “Artinya siapa yang berjalan di jalur-Nya akan sampai di ujung jalan.

Tiga novel yang secara keseluruhan menceritakan tokoh Alif Fikri (konon sang penulis sendiri) dengan background Pondok Pesantren akhirnya bisa melanglang buana bersekolah secara gratis. Total ada 10 beasiswa yang diraih anak Maninjau ini benar benar menyuntikkan semangat untuk pencapaian cita cita bagi siapa saja. Buku Beasiswa 5 Benua adalah cara sang penulis "menularkan" semangat dan pengalamannya kepada peminat sekolah gratis di luar negri.

[caption id="attachment_365654" align="aligncenter" width="638" caption="dokpri"]

14130207021451117508
14130207021451117508
[/caption]

Narsum memberi step step meraih beasiswa ke luar negri, dua kalimat awal yang saya garisbawahi adalah "Beasiswa ke Luarnegri itu banyak bagai buah mangga dimusimnya" yang kedua "Beasiswa bukan hanya untuk yang pandai tapi bagi yang melebihkan usaha" . karena saya datang mendapat kursi jatah dari Kompasiana maka biar impas saya membagikan isi seminar untuk rekan K-ers, berikut langkah langkah yang saya sarikan dari seminar siang ini :

1. Pemburu beasiswa musti rajin riset ke pusat pusat informasi beasiswa.

Bisa di kantor kedutaan atau lembaga penyedia beasiswa atau kalau mau praktis tanya saja mbah google sebelum datang langsung. Cari lembaga atau badan pemberi beasiswa yang kredibel, trak record pemberi beasiswa mudah ditelusuri melalui berita yang beredar di media. Hunting riset atau browsing lakukan jauh jauh hari (bisa setahun sebelumnya) dengan tujuan bisa melengkapi persyaratan lamaran beasiswa misalnya legalisir, persiapan TOEFL untuk bahasa english atau bagi yang sudah menikah punya waktu meyakinkan pasangan dan lain sebagainya.

2. Kalau sudah mendapat informasi ambil formulir secepatnya,

Tujuannya agar bisa mengetahui isian apa saja yang ada di lembaran tersebut dan memberi jawaban sesempurna mungkin. Pengalaman Narsum perlu waktu 3 bulan untuk mengisi formulir, karena isian formulir tersebut berperan menentukan nasib lamaran beasiswa. Susunan kalimat dan tanda baca harus diperhatikan jangan sampai terlewat, perhatikan logis tidaknya jawaban karena menjadi pertimbangan utama penguji. Maka lebih baik sering mengoreksi isian formulir pada kertas coretan dan kemudian minta pendapat pada orang yang lebih bepengalaman atau pernah mendapat beasiswa. Langkah efektif ini memungkinkan isian formulir lebih meyakinkan. Saking banyaknya pelamar beasiswa penguji sangat selektif memilih pelamar dengan "free eror" pada surat lamaran dan isian formulir.

* Pengalaman Uda Hasby narsum tamu, beliau peraih beasiswa di Australia ada pengalaman temannya tidak lolos karena maslah stempel saja. Mustinya yang diserahkan panitia disyaratkan stempel basah (asli) tapi diabaikan akibatnya lamarannya "dikotakkan" oleh penguji.

3. Setelah ada panggilan wawancara musti mempersiapkan diri secara baik, menjaga fisik misalnya jangan begadang malam ketika esok pagi wawancara. Jawaban harus jujur antusias, jawaban harus sesuai dengan isian di formulir, kemudian "menjual" diri dengan kata kata dan bukti.

Buatlah jawaban sealamiah mungkin apalagi berdasarkan pengalaman maka menjadi point plus plus. Misalnya ketika calon penerima beasiswa diminta menjelaskan visi misinya "ingin menyelamatkan hutan di Indonesia akibat dibabat habis oleh koruptor" jawabannya masih terlalu makro. Narsum menyarankan ceritakan yang sudah dilakukan sendiri meskipun kecil, misalnya ketika SD ikut pramuka kemudian menanam bibit pohon di pingiran danau untuk mencegah erosi. Justru jawaban seperti ini yang mengena dan mendapat point tinggi.

4. Sambil menunggu hasil lakukan riset tentang sekolah yang akan dituju,

Perlu sekali mengenal sekolah yang dilamar lebih jauh setelah mengikuti serangkaian proses atau bisa juga mencari informasi beasiswa di lain lembaga sekaligus mencoba mengikuti. semakin banyak lamaran beasiswa maka kemungkinan diterima ada.

[caption id="attachment_365655" align="aligncenter" width="600" caption="dua narsum- dokpri"]

14130208461443059802
14130208461443059802
[/caption]

* Peraih beasiswa memang punya banyak faktor termasuk miracle, Uda Hasby (narsum tamu) berkisah ada satu temen yang merasa bahasa englishnya biasa biasa saja tapi lolos beasiswa, artinya keajaiban memang bisa tejadi bagi siapa saja, tapi tanpa mengisi formulir dengan teliti keajaiban itu bagaimana mungkin terjadi.

Sekian banyak peserta yang hadir, ada juga yang berasal dari Komunitas Pemburu Beasiswa. Komunitas ini tempat saling berbagi informasi dan tempat menguatkan sesama anggota yang belum beruntung, Jadi bagi siapa saja anda yang ingin bersekolah "gratis" keluar negri, jalan itu terbuka lebar di hadapan tanpa memandang harta dan kasta. Sekali lagi ternyata beasiswa bukan saja bisa diraih bagi yang pandai tetapi pantas diraih bagi siapa yang  melebihkan usaha. salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun