Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bandara Pondok Cabe Masih Terbengkalai

15 Oktober 2014   12:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:57 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_366482" align="aligncenter" width="522" caption="dokpri"][/caption]

Pada awal merantau di Jakarta lebih dari sepuluh tahun yang lalu terhitung jarang saya melintasi daerahPondok Cabe, apalagi memang aktivitas  lebih sering ke daerah Jakarta. Tetapi bukan berarti saya tak mengenal sama sekali wilayah ini, meski bukan lalu lintas rutin berkegiatan. Kemudian setelah takdir membawa saya ganti KTP menjadi warga penyangga ibu kota  dan tinggal di daerah Tangsel lumayan (meski tak setiap hari) melewati daerah Pondok Cabe. Satu tempat yang biasanya menjadi pengingat, ancer ancer atau patokan kalau sedang bertanya alamat di daerah ini biasanya Bandara atau Lapangan Udaranya.

Kesan pertama dulu pada awal tahun 2000an ketika melihat Bandara ini adalah prihatin dan ternyata kesan yang sama itu masih bertahan sampai sekarang. Bandara yang berada di tempat strategis ini seolah ditelantarkan. Tampak dari kejauhan berjajar pesawat di lapangan ini terlihat warna catnya  berubah memudar

Sebagai orang awam di bidang ekonomi terbersit pertanyaan apakah penelantaran juga termasuk bagian dari kerugian. Kalau saja lahan ini dimanfaatkan untuk  kegiatan produktif pasti ada dampak ekonominya syukur bisa dirasakan oleh masyarakat sekitar lokasi. Logika saya pribadi begini, ketika ada peluang value yang seharusnya didapattetapi karena tidak dimanfaatkan maka kesempatan itu akhirnya lewat sudah.

[caption id="attachment_366483" align="aligncenter" width="502" caption="pintu gerbang bandara -dokpri"]

14133196361222202861
14133196361222202861
[/caption]

[caption id="attachment_366486" align="aligncenter" width="511" caption="marak umbul umbul- dokpri"]

14133198511488703597
14133198511488703597
[/caption]

[caption id="attachment_366487" align="aligncenter" width="490" caption="pagar kawat menganga dokpri"]

1413319912284360304
1413319912284360304
[/caption]

Berbekal rasa penasaran maka saya browsing, riset di google dengan keyword "Bandara Pondok Cabe", benar juga saya menjumpa beberapa artikel terkait tempat ini. Setelah beberapa artikel saya simak kesimpulannya bahwa kawasan ini sudah tidak layak untuk dijadikan bandara karena sudah tidak sesuai dengan standart.

Jarak landasan pacu yang dimiliki bandara Pondok Cabe 1.984 m, sementara ketetapan standart 2.000 meter. Selain itu hal yang memberatkan dalam jarak kurang dari 500 meter dari landasan tersebut, terdapat permukiman padat penduduk. Ketika saya sempatkan berkeliling terlihat di balik pagar semen Bandara sedang dibangun perumahan model minimalis.

Untuk menguatkan tulisan ketika suatu saat ada keperluan melintas wilayah ini, sengaja meluangkan waktu khusus. Saya mencoba menelusuri pinggiran Bandara yang menjadi milik Pelita Air/ Pertamina untuk melihat lebih dekat. Hasilnya beberapa gambar saya dapatkan dengan kondisi seperti yang tampak.

[caption id="attachment_366484" align="aligncenter" width="478" caption="pusat terbang layang- dokpri"]

1413319718395089272
1413319718395089272
[/caption]

[caption id="attachment_366485" align="aligncenter" width="481" caption="dokpri"]

14133197841739310310
14133197841739310310
[/caption]

[caption id="attachment_366488" align="aligncenter" width="517" caption="sudut bandara jadi lapangan bola - dokpri"]

1413320007815775951
1413320007815775951
[/caption]

[caption id="attachment_366489" align="aligncenter" width="470" caption="pemanfaatan lahan untuk berkebun- dokpri"]

141332005034439846
141332005034439846
[/caption]

Terlihat pada gambar paling awal papan plang terbuat dari seng sudah karatan bahkan cat pada tullisan "DILARANG MASUK DAERAH TERTUTUP" sudah lepas,  kemudian pintu gerbang Bandara yang lengang, menyusul gambar di sepanjang pagar kawat semarak dengan spanduk, ada bagian pagar yang kawatnya terbuka.

Pada bagian lain sebuah bangunan yang dijadikan pusat terbang layang terlihat tak terurus,  sekedar plang penanda kepemilikan Petamina  sudah doyong atau tidak tegak,  gambar selanjutnya terlihat pemanfaatan lahan di pinggir bandara untuk lapangan sepak bola, bahkan ada sebagian lahan yang sudah dicangkul seperti hendak ditanami.

Dua gambar terakhir adalah berjajar pesawat yang sedang diparkir, gambar paling bawah ada juga lahan bandara dijadikan tempat pemancingan umum.

[caption id="attachment_366491" align="aligncenter" width="504" caption="Pesawat mangkrak- dokpri"]

14133210631098373469
14133210631098373469
[/caption]

[caption id="attachment_366492" align="aligncenter" width="485" caption="dijadikan pemancingan"]

14133212321130186926
14133212321130186926
[/caption]

Sebagai masyarakat kecil saya berpikir kalaupun memang sudah tak layak untuk tempat take off dan landingnya pesawat, kenapa tak segera dimanfaatkan untuk kegiatan produktif lainnya. Yang berkecamuk di benak saya saat itu (entah benar entah salah) karena Bandara ini milik Pertamina kok tiba tiba saya kait kaitkan dengan BBM. Setiap jelang kenaikan harga BBM alasan yang kerap tersebar di media adalah Pertamina merugi sekian Trilyun, kalau tidak dinaikan pada beberapa waktu kedepan  akan terjadi kelangkaan BBM dan sebagainya dan sebagainya. Nah mengapa sekarang ada lahan sebegitu luas malah ditelantarkan alias tidak dibuat produktif . Satu  yang saya simpulkan adalah pemerintah  atau instansi yang terkait menangani nasib Bandara ini terkesan lamban.

Sumber 1 :Sumber 2 :Sumber 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun