Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Selamat Tinggal Banjir, Proyek Revitalisasi Sungai di Tangerang Selatan

31 Oktober 2014   04:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:06 1824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="550" caption="Dok. Pri"][/caption]

Banjir merupakan bencana yang tak diingini siapapun, ketidaksukaan ini sayangnya tak dibarengi dengan tindakan nyata. Membuang sampah di sungai sudah membudaya, menebang pohon seenaknya marak terjadi. Pangkal bencana banjir bukan sepenuhnya salah alam, ada peran manusia yang justru dominan. Rasanya tak adil apabila sebuah kota dilanda banjir, hanya pemerintah saja yang menjadi kambing hitam. Mungkin memang benar ada andil pemerintah dalam hal tata ruang, namun tak mustahil ada juga andil masyarakat di dalamnya. Tak elok memang apabila saling salah menyalahkan, langkah yang tepat adalah bersama mencari solusi. Semua pihak terkait musti duduk dalam satu meja, dengan kepala jernih mencari jalan keluar terbaik.

Bagaimana cara pencegahan sebelum banjir melanda, atau kalau ada daerah yang menjadi langganan banjir ada tindakan konkret. Pernah suatu saat saya melintas di bantaran sungai di pinggir Manggarai Jaksel, seorang ibu dengan santai melempar plastik sampah. Saya yang melihat dari kejauhan reflek berujar," duh kenapa buang sampah di sungai". Seorang warga yang sedang di dekat saya menjawab "ya memang sudah dari dulu begitu" intonasi kalimatnya terdengar tanpa rasa bersalah. Kesan yang saya tangkap mereka sadar akibat ulahnya, tapi tak ada upaya memperbaiki diri. Bahkan seolah mereka menyediakan diri, berakrab dengan banjir. Jadi (mungkin saja) mereka yang dipinggir kali tidak merasa nelangsa (karena sudah biasa), justru kita yang iba ketika melihat berita banjir dari televisi.

[caption id="" align="aligncenter" width="515" caption="Jalan depan komplek / Dok. Pri"]

Dok. Pri
Dok. Pri
[/caption]

Satu perumahan di wilayah Tangsel yang langganan banjir adalah komplek Ciputat Baru, letaknya lumayan strategis dekat dengan Bintaro dan Lebak Bulus. Sekolah lengkap tersedia dari PAUD sampai Perguruan Tinggi, pusat perbelanjaan apalagi. Sayangnya tekstur wilayah ini tanahnya berbentuk cekung seperti mangkok, dari atas turun sampai dasar naik lagi. Penghuni beruntung adalah blok yang ada di bagian atas. Tepatnya di dekat pintu masuk komplek sebelum jalan menurun, sampai ditengah jalan landai ini menjadi sasaran banjir. Ketika hendak keluar di pintu belakang posisi tanah berangsur menanjak, tapi sudah keluar wilayah komplek. Pada bagian tengah yang posisinya rendah terdapat sungai, aliran air sungai mengarah ke sungai di wilayah Bintaro.

[caption id="" align="aligncenter" width="498" caption="pos satpam akhir 2013/ Dok. pri"]

pos satpam akhir 2013/ Dok. pri
pos satpam akhir 2013/ Dok. pri
[/caption]

[caption id="" align="aligncenter" width="512" caption="Dekat jembatan akhir 2013 / Dok. pri"]

Dekat jembatan akhir 2013 / Dok. pri
Dekat jembatan akhir 2013 / Dok. pri
[/caption]

Maka bisa ditebak apa yang terjadi ketika hujan deras turun, kedalaman sungai yang mulai naik tak sanggup menampung debit air yang berlebih. Sampah sampah yang tergelontor di sungai "nyangsang" di mulut jembatan, karena tersumbat tumpuan sampah maka air meluber ke daratan.

[caption id="" align="aligncenter" width="514" caption="Jalan gang akhir 2013 / Dok. pri"]

Jalan gang akhir 2013 / Dok. pri
Jalan gang akhir 2013 / Dok. pri
[/caption]

***

Banjir menjadi pemandangan rutin ketika hujan semalaman tak berhenti, motor akan mogok apabila melintasi genangan. Roda empat akan berpikir ulang untuk nekad, mereka tak mau ambil resiko. Mungkin kalau roda dua mogok cukup didorong pemiliknya, kalau mobil kan dua kali repotnya. Ketika malam saat banjir datang, penghuni di Blok dekat jalan masuk musti rela membantu saudaranya. Menyediakan badan jalan depan rumah, untuk parkir mobil penghuni Blok yang kebanjiran. Pemilik mobil memilih berjalan kaki untuk sampai di rumah, keesokkan pagi ketika air mulai surut barulah mobil diambil sembari berangkat kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun