Namun yang sangat mengesankan bagi saya, selain rasa lezat Tengkleng Sapi. Menu andalan ini dimasak memakai kuali dari tanah liat, melihat tampilannya saja sudah membayang"hmmmm nikmatttt". Saya yang berkampung halaman di desa, semasa kecil mbah dan ibu saya memasak dengan tungku dan kuali. Ada sensasi nostalgia juga, ketika visit menyaksikan anglo, kukusan bambu dan kuali.
[caption id="attachment_382870" align="aligncenter" width="470" caption="Meja jajanan Pasar dengan Patung (dokpri)"]
Satu sudut jangan sampai terlewat tepatnya pada jajan pasar, bukan masalah jajannya yang saya soroti. Ada dua patung terbuat dari kayu, patung ini biasanya saya jumpai di rumah priyayai Jawa. Kini tampak keduanya "nangkring" di area jajan pasar, memperkuat sajian manis pisang goreng keju, kue mendut, kue putri salju, dan jajanan pasar lainnya. Kehadiran dua patung tak percuma saja, mampu mempertegas cita rasa tradisonal Indonesia.
[caption id="attachment_382871" align="aligncenter" width="552" caption="Menu tradisional dengan kuali (dokpri)"]
[caption id="attachment_382872" align="aligncenter" width="575" caption="Hmmm nikmatttt (dokpri)"]
[caption id="attachment_382873" align="aligncenter" width="538" caption="aneka menu tradisional (dokpri)"]
[caption id="attachment_382875" align="aligncenter" width="591" caption="The harmoni Restaurant (dokpri)"]
Usai menikamati menu istimewa di The Harmoni Restaurant, terpuaskan sudah lidah dimanjakan dengan aneka masakan. "Touch of Indonesia" yang dijelaskan Bapak Daniel, pada saat pemaparan di awal acara terbukti sudah.
Kami Kompasinaer mohon diri, Pak Pram Directur of Sales, Ibu Hesti Ning Tyas (PR manager), Pak Adrian Alfiandi (sales Executive) yang menjadi pemandu House Tour, Mbak Rida yang sempat ngobrol saat makan siang. Kemudian Bapak dan Ibu staf Santika Premiere Jakarta lainnya, yang belum sempat berkenalan. Melepas pamitan kami Kompasianers dengan senyum yang tulus, semoga dilain kesempatan bisa kembali bersua. (Trimakasih Santike Premiere Jakarta, trimakasih Kompasiana)