[caption id="attachment_384587" align="aligncenter" width="593" caption="Fanpage Kispray- Facebook"][/caption]
Kini setelah saya merasakan menjadi orang tua, banyak harapan yang ingin tercapai terutama menyangkut anak. Cita cita orang tua pada masa kecil, yang terpaksa kandas dan tak bisa diraih karena keadaan. Seolah ditangan anaklah diserahkan, anak anak diharap menjadi penerusnya. Anak menjadi tongkat estafet cita cita, namun di sisi lain orang tua musti bijak dan tidak egois. Karena pada akhirnya dihadapkan kenyataan, bahwa anak juga memiliki kemauan dan harapan sendiri.
Aneka pilihan cita cita tersaji di kehidupan, entah mengingini sang anak menjadi orang sukses berpengaruh. Mungkin juga ingin sang anak kelak menjadi orang berpangkat, mampu menjunjung nama baik orang tua atau cita cita lainnya. Namun (menurut saya) yang lebih tinggi, sekaligus mendasar dari semua keinginan. Adalah menjadikan anak yang baik dan berbudi, memiliki akhlak mulia. Saya jamin tak ada orang tua, yang tak menginginkan anaknya menjadi soleh/ solehah.
Hal paling penting dalam setiap pribadi manusia, adalah menjadi baik (baca soleh/hah). Apapun profesi atau pencapaian yang diraih, anak soleh/ solehah akan mampu membawanya dengan baik. Kalau sudah menjadi anak soleh dan solehah, maka menjadi profesi apa saja tak menjadi masalah. Di tangan anak berbudi ini profesi akan menjadi ladang kebaikan, termasuk menyikapi keberhasilan yang telah diraih. Menjadi dokter yang soleh, menjadi guru yang solehah, menjadi tentara, polisi, masinis, pilot, pebisnis handal, pengusaha, penulis, dan semua profesi akan mengandung kemanfaatan ditangan pribadi yang baik.
Seorang praktisi parenting pernah mengemukakan pikirannya, usia emas anak berlangsung pada usia 0 - 7/8 tahun. Pada fase usia tersebut peran orang tua sangatlah vital, dalam memberi keteladanan bagi sang buah hati. Tutur kata dan tindak tanduk ayah bunda musti diperhatikan, karena anak anak di rumah adalah peniru ulung. Rumah (baca orang tua) adalah guru pertama, penanaman sikap di dalam rumah akan dibawa anak menghadapi dunia luas. Sebebas atau sekejam apapun dunia di luar, akan menjadi pemahaman baru setelah dinetralisir di rumah.
*******
[caption id="attachment_384576" align="aligncenter" width="640" caption="Illustrasi (dokpri)"]
Sebagai keluarga muda dan seorang muslim, saya tak ingin anak kami abai terhadap sholat wajib lima waktu. Mengingat shalat adalah tiang agama, sama artinya tegak ambruknya agama (seseorang) dilihat dari sholatnya. Ada sebuah riwayat tercatat kelak pada hari pembalasan, bagi orang yang sholatnya baik maka amalan lain dianggap baik, bagi yang sholatnya lalai akan dihisab amalan lainnya.
Pada saat si sulung masih usia 3- 4 tahun, saya suka ajak sholat berjamaah ke masjid (kini adiknya kami perlakukan sama). Kami ajari diam mendengarkan saat khutbah jum'at, sekedar mengingatkan orang lain saja bisa batal. "Sssst...... diam" meski hanya dua kata, apabila diucap saat khatib di mimbar, maka dianggap sia sia sholat jumatnya.
Tak lupa kami tanamkan keutamaan shalat berjamaah, kedudukannya lebih tinggi (bahkan) sampai duapuluh tujuh derajad. Kalau dicermati sama jumlah rakaatnya, namun beda pahalanya. Yang membuat perbedaan itu, yang satu dilakukan sendiri satunya berjamaah. Ternyata dalam kegiatan shalat berjamaah, mengandung nilai kebersamaan dan semangat memakmurkan masjid. dalam shalat berjamaah bisa mempererat persaudaraan, dan menyambungkan silaturahmi.
[caption id="attachment_384578" align="aligncenter" width="375" caption="Illustrasi (dokpri)"]
Dalam menumbuhkan pentingnya shalat wajib lima waktu, dan keutamaan melaksakan berjamaah perlu ketekunan. Orang tua musti telaten mengajak anak, sikap mereka yang moody membuat orang tua ekstra sabar. Kalau anak sedang tidak mau, ada fase fase yang diajarkan Rasulullah.
Dalam sebuah haditsnya Rasul menganjurkan untuk bersikap keras, yakni memukul anak saat anak telah berumur 10 tahun namun enggan melaksanakan shalat.
“Perintahkanlah anak untuk shalat ketika telah mencapai usia tujuh tahun. Dan bila telah berusia sepuluh tahun, pukullah dia bila enggan menunaikannya.” (HR. Abu Dawud no. 494, dan dikatakan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud: hasan shahih).
Perintah memukul anak bukan untuk menyakiti si anak, melainkan untuk mendidik dan meluruskan mereka. (Syarh Riyadhish Shalihin, Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, 2/123-124). Pukulan ayah atau ibu tidak dimaksudkan dengan pukulan melukai, dan bukan pukulan yang bertubi. Pukulan yang penuh amarah, justru menumbuhkan trauma dan dendam. Tidak boleh memukul pada bagian wajah, atau organ vital tubuh yang lainnya.
Pukulan diberikan kepada anak hendaknya adalah pukulan yang tidak menyakitkan, tanpa disertai emosi kemarahan. Pukulan menjadi alternatif terakhir, sedangkan memberi nasihat adalah langkah yang paling baik.
******
[caption id="attachment_384579" align="aligncenter" width="640" caption="Illustrasi-dokpri"]
Ada yang cukup beda dalam beberapa hari terakhir, tentang kebiasaan mbarep saya mengerjakan shalat. Pada saat saya sedang bekerja di luar rumah, anak ini menegakkan shalat sendiri (terutama saat sang ibu berhalangan). Ketika usai maghrib saya baru sampai rumah, terlihat jagoan sedang menyelesaikan rekaat terakhir sholat maghribnya. Saya sendiri memilih berhenti ketika adzan berkumandang, kemudian melanjutkan perjalanan pulang setelah shalat tertunaikan di masjid.
Bocah lelaki saya yang semakin tinggi saja ini, saya amati selalu memakai sajadah yang itu itu saja. Meskipun ada beberapa alas shalat yang lain, tetapi dia tetap memakai sajadah yang sama. Sebuah sajadah berwarna biru muda, oleh oleh saudara sepulang umroh di tanah suci. Sajadah yang gemar dipakai anak ini, statusnya menjadi sajadah ayahnya. Saya, istri, dan dua anak masing masing punya sajadah sendiri, selain beberapa stock untuk berjaga jaga kalau ada tamu. Kebiasaan mencuci sajadah dilakukan seminggu sekali, atau kalau belum terlalu mendesak bisa dua minggu. Dengan Pertimbangan sajadah dipakai ketika shalat saja, dan yang memakai hanya satu orang jadi minim bau tak sedap.
Kembali kepada keanehan si sulung, lebih suka dengan sajadah ayahnya warna biru muda. Membuat rasa penasaran semakin memuncak saja, ketika adzan subuh belum berkumandang. Saya sengaja memakai sajadah biru muda, untuk menunaikan shalat sunnah.
Dari sini barulah saya menemui jawaban, kegemaran baru anak saya terbongkar rahasianya. Ternyata ada aroma harum melekat di bulu halus sajadah, ini semua menjadi alasan utama keanehan beberapa hari ini.
[caption id="attachment_384581" align="aligncenter" width="640" caption="Kispray dan Sajadah (dokpri)"]
Ketika sarapan sedang berlangsung, saya membuka perbincangan perihal sajadah. Ternyata istri menyemprot Kispray di atas sajadah, kemudian baru disetrika. Saya sudah tahu selama ini istri memakai pewangi saat setrika, namun Kispray bisanya dipakai untuk menyetrika baju dan celana saja. Kali ini istri sengaja menyemprotkan pada alat shalat ini, dan hasilnya sungguh berbeda. Pengetahuan saya tentang
"pantas si kakak kalau sujud jadi betah" ujar saya tersenyum "setelah sajadah bisa bisa korden, selimut, taplak meja semua disetrika pakai Kispray" lanjut saya
Mendengar kalimat suaminya istri tersenyum simpul, bahkan saya tak enggan memberi pujian inovasi barunya.
****
[caption id="attachment_384586" align="aligncenter" width="347" caption="Fanpage Kispray-facebook"]
"Kispray" menjadi pilihan istri sejak lama, empat varian Kispray sudah dicoba.
“Kispray’anti kuman “menyetrika” jadi mudah dan menyenangkan.Kispray Sendiri adalah produk 3 in 1, Pelicin, Pewangi dan Pelembut menjadi satu mengandung anti kuman. Kandungan zat anti kuman yaitu Alkyl dimethylbenzyl ammonium chloride, mampu membunuh bakteri dan jamur dengan daya bunuh >99% (Hasil uji ini dilakukan pada bakteri uji Staphylococcus aureus, E. Coli dan jamur Aspergillus sp ,berdasarkan hasil uji laboratorium mikrobiologi ) sehingga membuat pakaian bersih dan bebas kuman. untuk info lebih detil di http://www.facebook.com/KisprayID dan http://www.twitter.com/Kispray_ID
*****
[caption id="attachment_384582" align="aligncenter" width="640" caption="Illustrasi-dokpri"]
Melihat anak rajin menunaikan shalat lima waktu, tentu membuat kami orang tua bahagia. Kispray secara tidak langsung membantu tugas kami, tak perlu kami memukul anak karena abai shalatnya. Menjelang sembilan tahun usianya, setidaknya shalat isya bisa dikerjakan di masjid bersama ayahnya. Istri juga cerita kalau hari jumat, sulung pergi ke masjid sendiri bersepeda.Jagoan saya tak segan membawa sajadahnya serta, untuk sholat ke masjid.
Wah Kispray juga membuat percaya diri anak saya meningkat, terbukti sajadah biru muda dibawa serta karena aroma harumnya. Si Sulung bercerita bahwa alas sholat tersebut digelar melintang, agar teman sebelahnya bisa bersujud di atas sajadah itu dan bisa merasakan aroma harum Kispray.
Dalam setiap doa kami orang tuanya tak henti melangitkan doa "Rabbi habli minash shalihin". “Wahai Rabbku, berilah aku keturunan yang shalih.” (QS. Al Qashshash : 110)
(Wassalam)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H