[caption id="attachment_386339" align="aligncenter" width="576" caption="Coca Cola di Kompasianival (dokpri)"][/caption]
Setahun yang lalu bobot tubuh saya berada di kisaran 90 - 100 kg, berat rasanya kaki menopang badan kemana mana.Bukan tanpa upaya menghilangkan timbunan lemak, mulai dari rutin lari pagi atau mengurangi porsi makan. Tapi kenyataannya bagai asap jauh dari panggang, semua yang saya lakukan nihil hasil. Perubahan lingkar pinggang ideal, tak kunjung didapatkan. Setelah sebulan olah raga, bobot badan turun hanya sekilo. Selanjutnya jarum timbangan berhenti, enggan melorot lagi lebih bawah. Semua upaya menguap sia sia, semangat perlahan memudar. Seperti jagoan kalah di medan perang, berjalan lunglai balik melangkah pulang.
"Ayah tidak usah terlalu dipikirkan, Tak apa badan gendut " hibur istri melihat suaminya " lagian sudah punya anak dan bini ini"
Kalimat penghibur membuat terlena, cara makan kembali pada habitat lama. Kebiasaan sit up dan push up, mulai berhenti dan ditanggalkan. Kalimat terkenal "big is beautiful", diplesetkan sedikit "big is handsome" biar pas untuk kaum Adam. Rasa percaya diri dipupuk, toh berat badan termasuk juga kelebihan.
[caption id="attachment_386340" align="aligncenter" width="617" caption="Bobot badan 90-100kg (dokpri)"]
Sepandai membela diri rasa gusar kembali menyeruak, ketika menghadiri acara nagkring Kompasiana. Pulang membawagoody bag, berisi souvenir dan kaos didalamnya. Jangan harap muat dibadan, kaos masih bau sablon hanya bisa dipandangi.Kembali mengutuki stock daging di badan, "gembyor" yang ada rasanya ingin cepat dikeruk.
Kejadian terulang saat mengurus SIM, dua lembar formulir yang harus diisi. Karena datang tanpa pulpen, maka pinjam ibu petugas pendaftaran. Meja isian tak jauh dari loket, posisinya merapat ke dinding. Saat sedang konsentrasi menulis datang seorang bapak, sedang mendaftar dan tidak membawa pulpen.
"Bu boleh pinjam pulpen" ujar si bapak.
"tadi pulpennya dipinjam bapak gendut kaos merah" ujar ibu petugas."tunggu saja pak gantian" lanjutnya
Kalimatibu di loket terdengar jelas di telinga, saya sibuk mengisi formulir pura pura tak terusik. Sejujurnya ada perasaan dongkol, tapi kadang kenyataan memang ternyata pahit rasanya.
*******
Setiap memasuki bulan Ramadhan, menjadi bulan ibadah sekaligus harapan. Besar impian ketika genap tigapuluh hari, lemak di tubuh segera drastis menyusut. Timbangan badan selalu menjadi incaran, setiap ke apotek atau praktek dokter. Sekilo dua kilo berat badan turun, setelah itu tak turun lagi.
Sebulan berpuasa terlampaui, pulang kampung menjadi tradisi. Rumah di kampung ramai tamu, tetangga, saudara dekat dan jauh datang. ibu menjadi orang yang dituakan, tanpa beranjak pergi justru didatangi. Ada satu keponakan datang dari Malang, anak dari kakak persis di atas saya. Hampir dua tahun tak bersua, kini sudah semester tiga di Perguruan Tinggi. Tampak beda kini penampilannya, gadis menginjak usia duapuluh tahun. Kini terlihat langsing, tentu makin manis saja. Sebut saja namanya Rina, terlihat lebih peduli dengan penampilan.
[caption id="attachment_386341" align="aligncenter" width="598" caption="Foto Lebaran (dokpri)"]
Masih teringat ketika Rina kecil, perlu energi ekstra kalau ingin menggendong. Dua tahun lalu badannya masih lebar, tabiat makan banyak belum pergi. Seragam abu bau putih yang dipakai, terlihat ngepres dan terkesan sesak. Berangkat dari keheranan yang muncul, mulai menjadi detektif mengintrograsi "incarannya".
"aku rutin Olah raga Om, mengurangi makan nasi dan giat puasa sunnah " ujarnya jelas singkat dan ringkas.
Rina sering jalan kaki ketika pulang kuliah, padahal jarak rumah ke kampus satu kilo lebih. Tujuannya untuk mengoptimalkan gerak fisik. "Selain hemat badan jadi sehat" sambungnya tersenyum
Rutin berolah raga ringan mencari keringat, agar badan lebih segar dan bugar. Memperbanyak konsumsi sayur dan buah, memangkas porsi karbohidrat. Kebiasaanya berlangsung sudah tujuh bulan, bobot di atas 1 kuintal jelas menyusut di bawah 70 kg.
"aku masih pengin ngurangi lima kilo lagi Om" lanjutnya.
Saya meresapi jawaban itu, diam diam ingin menerapkan cara keponakan. Mengurangi nasi putih dan olah raga, kalimat itu saya garis bawahi.
*****
Saya termasuk orang yang malas berolah raga, sekalipun yang disebut olah raga ringan. Kalaupun pernah mencoba merutinkan, biasanya bertahan beberapa saat. Kurangnya motivasi yang kuat, dan badan cepat capek menjadi pemicunya.
[caption id="attachment_386342" align="aligncenter" width="480" caption="Menaklukkan tantangan Coca Cola (dokpri)"]
Sampai akhirnya menghadiri acara Kompasianival, saya sengaja mampir di booth Coca Cola. Yang mengadakan games menarik, dan ikut chek kesehatan. Oleh oleh dari kuis saya mendapat kaos, yang lebih utama mendapat masukan bermanfaat. Inputan menarik dari petugas check kesehatan, sebut saja Pak Arman (saya lupa bertanya nama) menganalisa dengan sigap.
Kalaupun memang malas berolah raga, bisa diganti dengan memperbanyak ativitas fisik. Aktivitas fisik dapat menyebabkan pengeluaran energi, penting bagi pemeliharaan kesehatan. Badan cenderung segar sepanjang hari, aktivitas fisik tak ubahnya seperti kegiatan sehari-hari.
[caption id="attachment_386350" align="aligncenter" width="501" caption="Push Up (dokpri)"]
Besar manfaat yang diperoleh, kalau kita aktif bergerak. Bisa mengurangi risiko timbulnya diabetes, tekanan darah tinggi, mengurangi rasa depresi dan kecemasan. Selain itu bisa membantu mengendalikan berat badan, memelihara tulang, otot, dan sendi yang sehat, juga mendukung kesehatan psikologis.
[caption id="attachment_386343" align="aligncenter" width="512" caption="Sit Up (dokpri)"]
"Jangan lupa lakukan olah raga ringan dan sederhana, seperti push-up, joging, senam, angkat beban/berat" pesan pak Arman
Saya merasa beruntung mampir di booth Coca Cola, meski tak lebih dari limabelas menit tapi ilmu baru saya dapati.
Kini informasi terhimpun semakin akurat, selain melalui pengalaman sang keponakan. Sumber kredibel dan meyakinkan, merekomendasi hal serupa dengan cara Rina. Motivasi untuk bergerak aktifpun semakin kuat, selain sehat dan bugar yang diraih. Terbayang juga efek positif lain, berupa turunnya bobot di badan.
******
Olah raga ringan kembali digalakkan, dan tentu memperbanyak aktivitas fisik. Sebagai seorang marketing freelance, saya punya keleluasaan mengatur waktu. Pagi hari sebelum beraktivitas, sit up atau push up sekitar sepuluh sampai limabelas menit. Membantu pekerjaan di rumah, sambil "menghalau" anak segera mandi. Setelah semua beres dan anak sudah sarapan, segera mengantar ke sekolah. Pulang dari mengantar membuka laptop, meneruskan menulis mengechek email serta memastikan kegiatan sampai sore. Jam sembilan baru berpindah pada pekerjaan lain, mandi, sarapan dan bersiap memenuhi janji dengan rekan kerja.
[caption id="attachment_386351" align="aligncenter" width="593" caption="Mengantar Pesanan Frozzen Food (dokpri)"]
Istri di rumah kini sedang merintis usaha, menjadi agen produk makanan beku. Saya tak segan ikut membantu, kalau ada order sering saya megantarkan pesanan ke pelanggan. Kalau dagangan sudah menipis stocknya, pulang meeting saya mampir belanja dagangan.
[caption id="attachment_386352" align="aligncenter" width="578" caption="Main Bola (dokpri)"]
[caption id="attachment_386345" align="aligncenter" width="574" caption="Angkat si kecil (dokpri)"]
Ketika saat liburan datang, menghabiskan waktu bersama anak. Sulung yang semakin besar, mengajak bermain bola. Adiknya yang cewek lebih suka dibopong, digendong dan diangkat angkat.
Tak lupa mencuci kendaraan sendiri, lumayan ongkos cuci motor atau mobil bisa buat beli yang lain. Semua saya lakukan agar aktif bergerak, mendapat keringat, segar bugar. Satu lagi impian terpendam, berat badan bisa turun signifikan Selain aktivitas fisik yang dilakoni, tak lupa menjaga pola makan. Mengurangi asupan karbohidrat, menggantinya dengan banyak sayuran.
[caption id="attachment_386346" align="aligncenter" width="558" caption="Cuci Motor dan Mobil (dokpri)"]
Agar pegetahuan tentang karbohidrat bertambah, googling saya lakukan dan mendapat tambahan pengetahuan. Perihal kandungan nasi, ternyata memiliki kadar gula tinggi. Dapat meningkatkan level glukosa dalam darah,bisa memicu risiko terkena diabetes. Nasi putih termasuk karbohidrat sederhana, ketika dicerna langsung menjadi energi. Selain meningkatkan kadar gula darah, nasi tidak bisa menyimpan glikogen (zat sebelum menjadi glukosa).
Peran dari Nasi putih bisa diganti singkong, jagung, roti gandum, ubi. Pada umbi umbian terkandung karbohidrat kompleks, selain menyimpan kadar gula rendah juga menahan kenyang hingga 6 jam. Karbohidrat kompleks disimpan pada liver dan otot, berjaga jaga jika tubuh kekurangan energi. Cadangan glikogen pada umbi umbian tersebut, akan dipecah menjadi glukosa sebagai sumber energi.
******
[caption id="attachment_386347" align="aligncenter" width="514" caption="SI Gendut (dokpri)"]
Sejak pertemuan dengan keponakan saat Ramadhan, berlanjut acara Kompasianival di booth Coca Cola. Terhitung kini empat bulan lebih saya mengaktifkan gerak, memperbanyak aktivitas fisik dan mengatur asupan yang masuk ke tubuh. Selain badan terasa lebih segar dan bugar, mendapat bonus yang menggembirakan.
[caption id="attachment_386349" align="aligncenter" width="568" caption="dkumen pribadi"]
Tanpa dinyana angka timbangan mulai bersahabat, kini mulai berangsur turun menerbitkan senyum. Meski masih berada dikisaran rentang 80- 85 kg, setidaknya badan terasa lebih ringkas dan ringan. Namun tahan dan tunggu dulu, masih ada satu ilmu dari booth Coca Cola. Perihal cara perhitungan berat badan ideal, agar badan tidak terlalu kurus. Rumus bobot idealnya adalah tinggi badan dikurangi berat badan, angka yang bagus rentang kisaran 100 sampai 110. Misalnya saja Kompasianer tinggi badan 180 cm, maka berat ideal pada 70 - 80 kg.
Semangat semakin membara, tak boleh lemah lagi harus makin menguat. Baju dan celana yang dulu kesempitan, kini mulai akrab dengan badan. Pipi yang semula chubby di kaca, setidaknya sedikit lebih tirus.
Mengingat sang keponakan saja perlu tujuh bulan, berarti saya masih belum menyamai rekor waktu. Kini beraktifitas fisik mulai menjadi kebiasaan, pengurangan nasipun juga menjadi kebiasaan. Pepatah "menjaga lebih sulit dari meraih", benar benar saya jadikan pengingat. Agar pencapaian yang sudah ada, tak dihentikan sampai hasil yang ideal. Resolusi menjelang pergantian tahun tak ragu dicanangkan, tahun 2015 lebih aktif lebih produktif dan mencapai berat badan ideal (salam sehat dan bugar)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H