Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hidup Tak Selalu "Prime Time"

13 Februari 2015   13:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:16 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1423781847702132090

[caption id="attachment_396543" align="aligncenter" width="511" caption="ilustrasi-dokpri"][/caption]

Mungkin masih lekat di benak, beberapa acara unggulan di televisi. Saat itu kehadirannya ditunggu sebagian besar pemirsa, bahkan ketika diputar ulang mendapat respon serupa. Kalau boleh disebut Sinetron komedi Bajaj Bajuri, atau kumpulan sketsa yang terangkum dalam Ekstravagansa. Pun pada deretan bintang papan atas televisi, terdapat nama Desy Ratnasari, Paramitha Rusady, Krisdayanti de el el. Nama program televisi atau beberapa contoh nama artis, merajai isi "kotak ajaib" di setiap rumah kita. Sinetron, iklan, vidoe klip memasang nama artis, menjadi jaminan terkenal atau menarik minat perhatian.

Namun kini semua sudah berganti baru, sinetronGanteng Ganteng Serigala (GGS), Tukang Bubur Naik Haji (TBNH), menggeser judul sinetron lama. Wajah artis baru juga menggantikan seniornya, Samuel Zylgwn, Pevita Pearce, Ricky Harun, Eva Celia dan banyak bintang muda lainnya.

Kalau mau melihat dari sudut pandang positif, keadaan yang sengaja diciptakan-NYA agar kita terus kreatif. Manusia dengan daya imanjinasi dan kreatifias tinggi, tak dibiarkan mandeg dan puas dengan pencapaian. Saya teringat sebuah tausiah dari Alm Ustad Jefri (Uje), setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya. Atau sebuah pepatah menyebutkan, hidup terus berganti seperti roda pedati. Maka setiap manusia sudah sewajarnya mengalami, naik turun pasang surut kehidupan. Tak bisa dan memang tak mungkin, seseorang terus berada di atas (baca jaya) tak terganti orang lain. Hukum kehidupan sudah berlaku mutlak, dan manusia sebagai elemen kehidupan tinggal menjalani. Apa yang terjadi di dunia tak abadi, dan justru ke tak abadianlah yang abadi.

Mungkin yang paling utama adalah, memanfaatkan "masa naik" dengan sebaiknya. Berbuat bersikap atau bertutur terbaik, sehingga orang lain mengingat baik pula. Karena tak dipungkiri, semua boleh sekedar lewat tapi yang terus tertinggal adalah kesan di hati. Hanya orang yang berkesan baik saja, yang (menurut saya) beruntung memanfaatkan momentum. Menyiapkan diri dengan sikap berendah hati dalam semua situasi, membuat nama seseorang tetap dikenang.

Tak kurang masa yang jauh di belakang, melahirkan nama nama luar biasa dan teruji. Bahkan sampai masa kini, tertoreh dengan tinta emas sejarah umat manusia. Sebut saja Muhammad Al Fatih, Mahatma Gandhi, Ibu Theresia, Panglima Besar Jendral Sudirman, Tjote Nya' Dien, nama nama tersebut terbukti hidup sampai kini. Beberapa nama yang saya sebutkan, mengabadi dalam kebersahajaan dan kerendahhatian.

Al fatih dalam keperkasaan penaklukan Konstantinopel, tetap welas asih pada sesama berbeda keyakinan. Mahatma Gandhi dan Ibu Theresia, dalam kepedulian yang luar biasa pada kaum papa. Sang Panglima Besar hidup dalam kesederhanaan, memimpin gerilya dalam keadaan sakit dan ditandu. Tjoet Nya' Dien wanita perkasa hidup dalam persembunyian, tertangkap penjajah setelah terjadi pengingkaran orang terdekat. Sungguh pada mereka terkandung jiwa ksatria, saya pribadi merinding saat mengingat dan menuliskan nama nama ini. Pasti banyak nama lagi yang bisa ditambahkan, bertahan memiliki reputasi bagus dan brilian.

Apalagi manusia pada umumnya (khususnya saya), mungkin dengan prestasi yang belum seberapa. Kalaupun memiliki masa 'Prime Time", musti bersiap suatu saat akan selesai berganti masa. Terpenting menerapkan kerendahatian saat undakan naik, agar tak shock saat tangga menurun.

Pergantian adalah hal yang lazim dan mutlak, karena kita hidup secara bersama sama. Sekian milyar manusia memilik tujuan, sehingga terjadi kompetisi (yang sehat tentunya). Jadi sangat wajar kalau kemarin A sedang gemilang, sekarang B mengganti kedudukan. Lusa dijamin akan berganti C, dan esoknya lagi tak mustahil akan berubah nama D. Semuanya sangat mungkin dan memang begitu hukumnya, tak ada yang baru tak ada yang aneh.

Perputaran nama pada forum luar biasa ini, dalam laman Kompasiana tak lebih miniatur kehidupan. Siapa saja bisa saja naikkapan saja, persis seperti siapa saja bisa landai atau menurun. Tak ada yang baru dan tak musti dipersoalkan, karena begitulah sunatullah adanya. Bagaimana bisa bertahan dengan nama baik, dalam kerendahatian dan kesahajaan (menurut saya) jauh lebih utama.

Maka kegiatan menulis yang bertujuan mulia, alangkah baiknya diniatkan dalam keistiqomahan (konsisten). Bahwa menulis untuk menebar manfaat, membagi sedikit pengetahuan yang dimiliki. Tak elok apabila diembeli embeli niat lain, apalagi sekedar label posisi tulisan. Merujuk pada nasehat almarhum Buya Hamka, Menulislah dan biarkan tulisanmu mengalir mengikuti nasibnya. (wassalam)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun