Tanggal 11 Maret 2018 yang lalu saya menyimak pidato AHY di forum Partai Demokrat. Entah mengapa, saya jadi jatuh hati. Mungkin inilah sosok yang bisa jadi pemimpin masa depan. Padahal saya ini termasuk orang yang tidak suka dengerin pidato. Mudah bosan. Tapi, kemarin, AHY lain. Dari awal sampai akhir semua ada isinya. Mungkin juga solusi terhadap banyak masalah yang dihadapi rakyat kita.
Saya mulai mengikuti apa yang dilakukan AHY, setelah dulu dia menyampaikan pidato ketika kalah dalam pemilihan Gubernur Jakarta. Menurut saya dia ksatria. Meskipun muda bisa jadi contoh para politisi tua yang suka tidak terima kalau kalah. Suka menyimpan dendam. Meskipun saya fan berat Ahok, dan sedih karena jago saya kalah, saya bicara sama kawan-kawan, AHY mungkin bisa jadi pilihan kita kelak.
Cuma, kapan baiknya AHY maju sebagai capres? Saya berpendapat 2018 belum saatnya. Lebih baik tahun 2024 nanti. Tidak berarti ilmu dan pengetahuan AHY belum cukup, atau dia belum siap, bukan. Tapi, di mata saya, AHY ini masih lurus, atau polos dalam berpolitik. Saya takut dia dikerjain oleh para politisi kawakan. Politik itu kan suka jahat. Makanya saya tidak mau jadi anggota partai politik. Bisa nggak kuat saya.
Lebih baik Pilpres 2019 ini AHY dukung Jokowi saja. Kemudian masuk kabinet dan jadi menteri. Atau kalau memang sangat populer dan bisa mendongkrak suara Jokowi, bisa saja dia dipasangkan dengan Jokowi sebagai cawapresnya. Tapi jangan maju sendiri sebagai capres. Jangan mau dibujuk untuk dicalonkan sebagai capres poros ketiga, atau poros tengah. Hati-hati dijerumuskan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab.
Saya tetap berpikir bahwa lima tahun lagi AHY akan jadi capres yang kuat. Saya belum melihat tokoh muda lain, sebaik dan secakap AHY. Apalagi dia sudah punya partai, Demokrat. Ayahnya juga Presiden yang sukses memimpin Indonesia selama 10 tahun. Ada pepatah "like father like son". Jadi baguslah kalau AHY menambah pengalaman di jajaran pemerintahan dulu.
Kalau soal AHY masih muda bagi saya tak jadi soal. Pemimpin bukan soal umur. Apalagi di dunia sekarang ini banyak sekali pemimpin nasional yang usianya sebaya dengan AHY, bahkan ada yang lebih muda. Cuma, saya takut AHY dikerjain karena dia baru 2 tahun terjun ke politik.
Dari media sosial saya juga mengikuti dukungan rakyat di daerah-daerah terhadap AHY. Bukan hanya generasi milenial. Saya lihat yang tua pun suka. Tapi, dukungan rakyat yang kuat tidak menjamin AHY pasti terpilih kalau dia maju sendiri sebagai capres. Saya ngeri kalau dia dikerjain intel dan oknum-oknum polisi yang tidak netral. Belum kalau tidak mendapatkan dana kampanye karena para pengusaha pada takut membantu orang yang menantang Jokowi.
Mungkin ada yang membujuk AHY untuk jadi wakilnya Prabowo. Menurut saya tidak cocok. Karakter AHY sangat beda dengan karakter Prabowo. Apalagi kalau Prabowo masih menggunakan isu agama, seperti pilkada Jakarta tahun lalu. Tidak mendidik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H