Tanggal 10 Maret lalu, saya menduga bahwa BBM akhirnya akan batal dinaikkan melalui sebuah artikel yang berjudul Harga BBM Batal Naik, Pesona Baru Sang Presiden. Silahkan  simak artikel tersebut sebelum melanjutkan membaca ini. Maka, sejak itu sayapun tidak terpancing dan tidak tertarik lagi membahas rencana kenaikan BBM karena mencurigai skenarionya akan demikian. Terlepas dari perjuangan gigih beberapa elemen bangsa yang menolak kenaikan BBM tersebut,tenyata dugaan saya benar.
Kini keuntungan ganda diperolehpemerintah, khususnya Partai Demokrat. Selain sebagai pesona baru sang presiden seperti pada artikel tersebut, kejadian itu telah benar-benar memalingkan mata ratusan juta mata penduduk Indonesia dari kasus-kasus korupsi para kader PD ke masalah BBM. Sebentar lagi, kasus yang menimpa ketua umumnya akbat terseret kasus Nazarudin segera menguap. Anas yang siap digantung, kini benar-benar digantung kasusnya alias akan segera terlupakan. Yah, benar-benar keuntungan ganda buat pemimpin kita yang ahli di bidang entertainment tersebut.
Apakah kemudian Pemerintah menjadi babak-belur karena batalnya penarikan subsidi BBM yang mengakibatkan bengkaknya APBN, rasanya tidak juga karena bisa diperoleh lewat berhutang yang pelunasannya akan dibebankan pada pemerintah berikutnya. Setiap individu dan partai yang berkuasa sekalipun tidak punya kewajiban untuk menanggung kewajiban membayar hutang tersebut.
Ulasan saya memang membuat seolah olah sang presiden dan PD nya seperti makan buah simalakama, begini salah dan begitupun salah. Tapi memang begitulah keadaannya. Mengapa kubu yang pro pemerintah akhirnya kalah dalam memutuskan kenaikan BBM, memang karena skenarionya harus kalah pada momentum setelah permasalahannya menggelembung besar. Sebab, jika mengalahnya masih pada tahap wacana, mungkin saja beberapa kader yang terlibat kasus akan terlanjur digantung di puncak Monas itu, dan itu sungguh tidak menguntungkan PD.
Alangkah ciamiknya strategi itu jika digunakan untuk mempertahankan kedaulatan NKRI dari rongrongan Malaysia atau untuk menguatkan kedaulatan ekonomi dari intervensi IMF dan lembaga keuangan dunia lainnya.Tapi sayangnya strategi ini dipakai untuk pertunjukan sandiwara di hadapan Rakyat Indonesia sendiri …..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H