Mohon tunggu...
Agung Wicaksono
Agung Wicaksono Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat Politik Universitas Islam Riau, Mahasiswa S3 Ilmu Politik di Corvinus University of Budapest

Kepala Keluarga yang sedang menimba ilmu di benua biru

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilkada Pekanbaru 2017

8 April 2016   12:58 Diperbarui: 8 April 2016   13:14 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya memperhatikan dengan seksama perkembangan politik kota Pekanbaru tercinta. Mendekati Pilkada 2017 tampaknya berbagai calon mulai muncul ke permukaan dan mulai pemanasan dengan memasang tampang di media sosial maupun media lainnya. Muncul banyak muka-muka baru yang mayoritas berlatar belakang PNS, Pengusaha maupun Anggota Dewan. Memang, memimpin Pekanbaru memiliki magnet yang lebih dibanding daerah lain. Ini mungkin dikarenakan Pekanbaru adalah ibukota salah satu Provinsi Terkaya di Indonesia, Mungkin……

Ada banyak sekali calon yang ingin menjadi calon walikota dan wakil walikota Pekanbaru. Sangking banyaknya, saya tidak tau siapa mereka. Atau mungkin saya yang kudet (bahasa kekinian=kurang update) karena saya lama tinggal di Jogjakarta untuk mengejar cita-cita yang mulia. Ah sudahlah, tapi yang jelas jujur secara serius dan sangat serius, saya tidak tahu siapa-siapa saja mereka. Mungkin itulah sebab mereka mulai melakukan sosialisasi (bahasa halus kampanye) ke masyarakat untuk memperkenalkan diri. Saya bahagia ketika banyak orang yang ingin memperbaiki Pekanbaru. Politik adalah salah satu jalan pintas agar perbaikan demi kemajuan tersebut dapat terjadi. Maka dari itu, Pengusaha, PNS dan Anggota Dewan ingin berlomba-lomba menjadi pejabat politik aka Walikota dan Wakil Walikota. Pengusaha, ia tak bisa berbuat banyak untuk merubah kebijakan. Hanya melihat di tv atau berita jika pemerintah membuat kebijakan. Paling banter, bisa memiliki bargaining position ketika mereka tergabung dalam KADIN ( KADIN itu kumpulan pengusaha berpengaruh, biasa ketika ada kebijakan apalagi terkait dengan ekonomi, mereka selalu diajak diskusi). Golongan selanjutnya adalah PNS.

Banyak PNS yang ingin segera berkecimpung di dunia yang haram bagi mereka yakni Politik dikarenakan mungkin mereka sudah lelah berada di tahap pelaksana kebijakan dan ingin menjadi penentu kebijakan (atau bisa jadi mereka udah non job, jadi karir PNS udah mentok. Tapi ini bisa jadi loh ya). Para Anggota Dewan yang terhormat mungkin mempunyai alasan tersendiri mengapa mereka ingin menjadi Walikota atau Wakil Walikota. Sebenernya, Anggota Dewan yang Mulia dan sangat Terhormat itu sudah lelah menyuarakan aspirasi masyarakat namun tak kunjung di realisasikan pemerintah. Jadi kalau dia di eksekutif, aspirasi rakyat langsung dapat di eksekusi. Bisa jadi begitu alasannya. Atau mungkin mereka bingung karena mereka tidak ada kerjaan di bangku legislatif, jadi makan Gaji Buta gitu. Itu kan gak baik, jadi mereka mau jadi eksekutif biar gak makan Gaji Buta (yang ini bisa jadi loh ya, karena kebenaran hanya milik Allah SWT). Satu sih harapan saya untuk para calon-calon yang ingin bertarung ini. LURUSKAN NIAT UNTUK MEMAJUKAN PEKANBARU INI !!!

Incumbent

Jika dari tadi saya hanya membahas mengenai calon baru, sekarang saya membahas tentang INCUMBENT atau Pak Wako yang sekarang. Saya hampir lupa membahas ini karena jujur WAKO ini bekerja sangat senyap dan memiliki banyak terobosan yang mungkin juga senyap (ini juga mungkin ya, kebaikan itu gak boleh diumbar, nanti jadi RIYA. Jadi cukup hanya dirinya seorang dan Allah yang tahu). Pak Wako yang barusan saja mendapat gelar DOKTOR ini harusnya jika ingin maju lagi kesempatan untuk menang cukup besar. Tapi itu semua tergantung bagaimana cara dia mengaktifkan dengan baik mesin politik yang sudah dimilikinya.

Seharusnya, 5 tahun awal kepemimpinannya itu menjadi sebuah ladang investasi yang tak ternilai besarnya. Namun sekali lagi, investasi yang itu akan terlihat bermanfaat untuk memenangkan laga ketika ia beserta tim politiknya mampu mengaktifasi investasi tersebut menjadi suara. Caranya bagaimana? Untuk sekaliber pemilihan Kepala Daerah, harusnya beliau punya tim yang berisikan orang-orang hebat untuk memenangkan pertarungan. Jangan kalah dengan saya pak. Gini-gini saya pernah bertarung untuk Pemilihan Presiden Mahasiswa Universitas Gadjah Mada dan saya memiliki ahli-ahli pemenangan politik yang terorganisir dan rapi yang diketuai oleh Faizal Akbar (Seorang Mahasiswa Ahli Politik UGM). Nah, mesin-mesin politik yang ada mohon di gerakkan dari sekarang kalo ingin bertarung lagi. Bapak harus jadi seperti SBY, Presiden Ke 6 ini dapat kembali jadi Presiden untuk yang kedua karena mesin politik dan investasi di periode pertama dapat diaktifkan dengan baik.

Saya rasa, mungkin bapak memiliki kisah sama dengan SBY. Melawan Wanita, sama-sama merasa terzolimi dan akhirnya menang. Sekali lagi ini hanya kemungkinan. Jadi, ikuti cara SBY ya pak. Untuk lebih detailnya, Tanya beliau langsung, kebetulan bapak kan Kader Demokrat. Kalo untuk Pak Wawako, saya tidak banyak berkomentar untuk ustadz dakwah satu ini. Saya rasa, beliau akan kembali menemani Pak Firdaus untuk maju di Pilkada 2017. Persoalan popularitas dan finansial mungkin menjadi faktor utama. Biarpun partai nya baru saja memcat Fahri Hamzah, eh Sorry maksudnya sangat militan dalam menyumbang uang untuk kadernya yang maju, tapi tetap saja menurut saya pak Ayat akan mempertimbangkan betul-betul untuk bertarung di posisi calon walikota. Secara karena ia incumbent, ia masih punya kesempatan menang yang cukup besar bersama DR. Firdaus, ST, MT.

Politik itu Mahal

Ada korelasi antar mahalnya biaya politik di alam demokrasi ini dengan para calon yang akan maju. Calon yang akan maju adalah Pengusaha, PNS dan Anggota Dewan. Mengapa kebanyakan hanya dari 3 golongan ini. Satu jawaban pastinya adalah karena cuma mereka yang punya uang. Pengusaha, pastinya golongan ini punya uang yang berlimpah. Pengusaha berani mencalonkan karena ia merasa punya modal yang cukup untuk ikut bertarung. Pengusaha yang maju otomatis bukan pengusaha yang beromset kecil. Omsetnya jelas memiliki deretan angka 0 dibelakang yang banyak. Bukan di depan loh ya 0 nya, kalo di depan pengusaha kere namanya. Selanjutnya adalah PNS. PNS tidak punya uang? Yakin? Ini Riau loh.

Gini, PNS yang akan maju menjadi Walikota atau Wawako tentu bukanlah PNS golongan 1 atau 2. Tentu PNS yang akan maju pernah menjabat setidaknya di eselon 2. Udah eselon 2, di Pemerintah Provinsi lagi. Jangan dibayangkan PNS yang maju merupakan PNS yang kerjanya jutek ketika ketemu masyarakat yang mau buat surat di kelurahan atau kecamatan (ini hanya oknum, banyak kok PNS yang tidak jutek) . Kalau ini bisa saya pastikan, bukan mereka. Dengan pengalaman birokrasi yang panjang dan status yang nonjob (eh), maka jelas mereka ingin maju di Pilkada Pekanbaru 2017. Kemudian adalah golongan Anggota Dewan yang Mulia dan Terhormat. Kalo yang ini gak perlu saya jelaskan banyak-banyak. Yang jelas semua tau kalo mereka ini punya banyak duit, TITIK!

Partai dan Independen

Saya tidak begitu yakin jika nanti semua calon mengatakan ingin maju di Pilkada Pekanbaru akan maju semua. Tidak mungkin saya katakan lebih tepatnya. Ujung-ujungnya, mungkin paling yang tersisa hanya maksimal 5 pasang calon. Ini dikarenakan dua alasan utama. Pertama, Partai di Indonesia hanya sedikit. Ada mekanisme partai yang harus dilewati ketika calon tersebut berasal dari partai. Rata-rata partai punya persyaratan administrasi dan mekanisme seleksi. Hanya calon yang mempunyai elektabilitas yang tinggi yang akan di umumkan sebagai calon resmi. Modal uang memang penting, namun modal politik seperti restu partai juga penting.

Setelah itu, partai besar akan berusaha berkoalisi dengan partai lain untuk memperkuat basis suara di ranah grassroot. Yang kedua adalah belum tampak tanda-tanda akan muncul kehadiran dari calon independen. Jika di daerah lain punya bakal calon seperti mbak emmy yang akan maju di jogja dan sudah heboh di berbagai media atau Ahok yang jelas maju Independen di Jakarta, di Pekanbaru kita tidak merasakan hal itu. Pekanbaru adem-ayem dan sepertinya para calon lupa akan adanya jalur selain partai yakni Independen. Satu alasan utama kenapa mereka tidak tertarik untuk maju independen adalah karena persyaratannya rumit. Harus mengumpulkan KTP sesuai dengan aturan yang berlaku. Daripada ribet independen mending ambil blangko pendaftaran di kantor partai yang notabene gratis (blangkonya sih gratis, tapi…………..) . maka dari itu kemungkinan calon yang ada sekarang akan sedikit demi sedikit dan angkat koper dari dunia perebutan kursi PKU 1 da PKU 2.

Manfaatkan Media

Pekanbaru adalah Ibukota Provinsi. Sudah barang tentu, di karenakan ibukota provinsi, masyarakat Pekanbaru merupakan masyarakat perkotaan yang cenderung sudah lumayan melek dengan teknologi. Maka dari itu cara utama agar mendapat simpati yang cukup besar, para calon dapat segera bersosialisasi kepada masyarakat untuk memperkenalkan diri dan gagasan di media terutama di sosial media. Sekarang, akses internet bukan barang langka. Mayoritas orang-orang sudah memiliki Blackberry, android dan Iphone untuk mengakses internet. Penggunaan media berbasis internet seperti website, facebook, twitter, instagram dan youtube dapat menjadi sarana ampuh untuk menggaet simpati masyarakat Pekanbaru. Itu sangat efektif apabila dilakukan secara massif dan terorganisir.

Sudah sepantasnya untuk level pemilihan kepala daerah para calon memiliki cyber team yang berfungsi untuk menyebarkan informasi dan gagasan mengenai si calon dengan luas kepada masyarakat. Cyber team adalah syarat mutlak ketika calon ingin serius untuk menang. (Masa kalah dengan saya, gini-gini saya di UGM dulu waktu kampanye punya website, facebook, twitter, instagram dan youtube buat kampanye loh pak. Biarpun sederhana, silahkan di cek di www.ugmbersahabat.com). Salah satu manfaat media yang cukup besar dirasakan adalah karena ia sangat efektif menjangkau kalangan pemilih pemula. Pemilih pemula adalah pemilih yang baru pertama sekali mengikuti pemilu.

biasanya pemilih pemula belum memiliki preferensi terhadap seorang calon maupun sebuah partai. Maka dari itu pemilih pemula sangat mudah di pengaruhi dengan penggunaan sosial media yang massif. Dengan itu maka mereka dapat tertarik dan ikut memilih di Pilkada Pekanbaru 2017. Udah bukan zamannya lagi kampanye-kampanye konvensional. Itu hanya akan semakin merusak keindahan kota dan memakan biaya yang cukup besar. Dengan media sosial, orang akan dapat dengan mudah mengenal dan melihat gagasan yang dibuat untuk memajukan Kota Pekanbaru yang kita cintai ini.

Agung Wicaksono, S.I.P

Alumnus Departemen Politik dan Pemerintahan FISIPOL UGM.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun