Saya memperhatikan dengan seksama perkembangan politik kota Pekanbaru tercinta. Mendekati Pilkada 2017 tampaknya berbagai calon mulai muncul ke permukaan dan mulai pemanasan dengan memasang tampang di media sosial maupun media lainnya. Muncul banyak muka-muka baru yang mayoritas berlatar belakang PNS, Pengusaha maupun Anggota Dewan. Memang, memimpin Pekanbaru memiliki magnet yang lebih dibanding daerah lain. Ini mungkin dikarenakan Pekanbaru adalah ibukota salah satu Provinsi Terkaya di Indonesia, Mungkin……
Ada banyak sekali calon yang ingin menjadi calon walikota dan wakil walikota Pekanbaru. Sangking banyaknya, saya tidak tau siapa mereka. Atau mungkin saya yang kudet (bahasa kekinian=kurang update) karena saya lama tinggal di Jogjakarta untuk mengejar cita-cita yang mulia. Ah sudahlah, tapi yang jelas jujur secara serius dan sangat serius, saya tidak tahu siapa-siapa saja mereka. Mungkin itulah sebab mereka mulai melakukan sosialisasi (bahasa halus kampanye) ke masyarakat untuk memperkenalkan diri. Saya bahagia ketika banyak orang yang ingin memperbaiki Pekanbaru. Politik adalah salah satu jalan pintas agar perbaikan demi kemajuan tersebut dapat terjadi. Maka dari itu, Pengusaha, PNS dan Anggota Dewan ingin berlomba-lomba menjadi pejabat politik aka Walikota dan Wakil Walikota. Pengusaha, ia tak bisa berbuat banyak untuk merubah kebijakan. Hanya melihat di tv atau berita jika pemerintah membuat kebijakan. Paling banter, bisa memiliki bargaining position ketika mereka tergabung dalam KADIN ( KADIN itu kumpulan pengusaha berpengaruh, biasa ketika ada kebijakan apalagi terkait dengan ekonomi, mereka selalu diajak diskusi). Golongan selanjutnya adalah PNS.
Banyak PNS yang ingin segera berkecimpung di dunia yang haram bagi mereka yakni Politik dikarenakan mungkin mereka sudah lelah berada di tahap pelaksana kebijakan dan ingin menjadi penentu kebijakan (atau bisa jadi mereka udah non job, jadi karir PNS udah mentok. Tapi ini bisa jadi loh ya). Para Anggota Dewan yang terhormat mungkin mempunyai alasan tersendiri mengapa mereka ingin menjadi Walikota atau Wakil Walikota. Sebenernya, Anggota Dewan yang Mulia dan sangat Terhormat itu sudah lelah menyuarakan aspirasi masyarakat namun tak kunjung di realisasikan pemerintah. Jadi kalau dia di eksekutif, aspirasi rakyat langsung dapat di eksekusi. Bisa jadi begitu alasannya. Atau mungkin mereka bingung karena mereka tidak ada kerjaan di bangku legislatif, jadi makan Gaji Buta gitu. Itu kan gak baik, jadi mereka mau jadi eksekutif biar gak makan Gaji Buta (yang ini bisa jadi loh ya, karena kebenaran hanya milik Allah SWT). Satu sih harapan saya untuk para calon-calon yang ingin bertarung ini. LURUSKAN NIAT UNTUK MEMAJUKAN PEKANBARU INI !!!
Jika dari tadi saya hanya membahas mengenai calon baru, sekarang saya membahas tentang INCUMBENT atau Pak Wako yang sekarang. Saya hampir lupa membahas ini karena jujur WAKO ini bekerja sangat senyap dan memiliki banyak terobosan yang mungkin juga senyap (ini juga mungkin ya, kebaikan itu gak boleh diumbar, nanti jadi RIYA. Jadi cukup hanya dirinya seorang dan Allah yang tahu). Pak Wako yang barusan saja mendapat gelar DOKTOR ini harusnya jika ingin maju lagi kesempatan untuk menang cukup besar. Tapi itu semua tergantung bagaimana cara dia mengaktifkan dengan baik mesin politik yang sudah dimilikinya.
Seharusnya, 5 tahun awal kepemimpinannya itu menjadi sebuah ladang investasi yang tak ternilai besarnya. Namun sekali lagi, investasi yang itu akan terlihat bermanfaat untuk memenangkan laga ketika ia beserta tim politiknya mampu mengaktifasi investasi tersebut menjadi suara. Caranya bagaimana? Untuk sekaliber pemilihan Kepala Daerah, harusnya beliau punya tim yang berisikan orang-orang hebat untuk memenangkan pertarungan. Jangan kalah dengan saya pak. Gini-gini saya pernah bertarung untuk Pemilihan Presiden Mahasiswa Universitas Gadjah Mada dan saya memiliki ahli-ahli pemenangan politik yang terorganisir dan rapi yang diketuai oleh Faizal Akbar (Seorang Mahasiswa Ahli Politik UGM). Nah, mesin-mesin politik yang ada mohon di gerakkan dari sekarang kalo ingin bertarung lagi. Bapak harus jadi seperti SBY, Presiden Ke 6 ini dapat kembali jadi Presiden untuk yang kedua karena mesin politik dan investasi di periode pertama dapat diaktifkan dengan baik.
Saya rasa, mungkin bapak memiliki kisah sama dengan SBY. Melawan Wanita, sama-sama merasa terzolimi dan akhirnya menang. Sekali lagi ini hanya kemungkinan. Jadi, ikuti cara SBY ya pak. Untuk lebih detailnya, Tanya beliau langsung, kebetulan bapak kan Kader Demokrat. Kalo untuk Pak Wawako, saya tidak banyak berkomentar untuk ustadz dakwah satu ini. Saya rasa, beliau akan kembali menemani Pak Firdaus untuk maju di Pilkada 2017. Persoalan popularitas dan finansial mungkin menjadi faktor utama. Biarpun partai nya baru saja memcat Fahri Hamzah, eh Sorry maksudnya sangat militan dalam menyumbang uang untuk kadernya yang maju, tapi tetap saja menurut saya pak Ayat akan mempertimbangkan betul-betul untuk bertarung di posisi calon walikota. Secara karena ia incumbent, ia masih punya kesempatan menang yang cukup besar bersama DR. Firdaus, ST, MT.
Politik itu Mahal
Ada korelasi antar mahalnya biaya politik di alam demokrasi ini dengan para calon yang akan maju. Calon yang akan maju adalah Pengusaha, PNS dan Anggota Dewan. Mengapa kebanyakan hanya dari 3 golongan ini. Satu jawaban pastinya adalah karena cuma mereka yang punya uang. Pengusaha, pastinya golongan ini punya uang yang berlimpah. Pengusaha berani mencalonkan karena ia merasa punya modal yang cukup untuk ikut bertarung. Pengusaha yang maju otomatis bukan pengusaha yang beromset kecil. Omsetnya jelas memiliki deretan angka 0 dibelakang yang banyak. Bukan di depan loh ya 0 nya, kalo di depan pengusaha kere namanya. Selanjutnya adalah PNS. PNS tidak punya uang? Yakin? Ini Riau loh.
Gini, PNS yang akan maju menjadi Walikota atau Wawako tentu bukanlah PNS golongan 1 atau 2. Tentu PNS yang akan maju pernah menjabat setidaknya di eselon 2. Udah eselon 2, di Pemerintah Provinsi lagi. Jangan dibayangkan PNS yang maju merupakan PNS yang kerjanya jutek ketika ketemu masyarakat yang mau buat surat di kelurahan atau kecamatan (ini hanya oknum, banyak kok PNS yang tidak jutek) . Kalau ini bisa saya pastikan, bukan mereka. Dengan pengalaman birokrasi yang panjang dan status yang nonjob (eh), maka jelas mereka ingin maju di Pilkada Pekanbaru 2017. Kemudian adalah golongan Anggota Dewan yang Mulia dan Terhormat. Kalo yang ini gak perlu saya jelaskan banyak-banyak. Yang jelas semua tau kalo mereka ini punya banyak duit, TITIK!
Partai dan Independen