Mohon tunggu...
Agung WahyuPrayitno
Agung WahyuPrayitno Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Saya Agung Wahyu Prayitno, suka menulis nulis, pernah menjalani pendidikan sarjana di bidang bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Kuningan. Saya menulis banyak buku fiksi dan nonfiksi, termasuk novel, cerpen, dan artikel. Selain menulis, Saya hobi mendengarkan musik, nonton film, baca buku, minum kopi, dan berolahraga.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lone Wolf

19 Maret 2023   10:55 Diperbarui: 19 Maret 2023   10:59 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rotasi bumi terasa hanya sebatas gerak kincir angin yang mengorbit antara mata dan perut.

Tebal - tipisnya dompet adalah nilai sakral level kehidupan. 

Gerak rasa hanya mampu menyentuh saraf-saraf ujung lidah.

Cinta bukan lagi cinta,

Karena hanya orang bodoh yang mampu mendeskripsikan cinta, maka yang ada hanya kalkulasi.

Perhitungan untung rugi atas buah fikir dari rasa semu. 

Rasa yang merasa telah berkorban dalam satu perjuangan yang suci atas nama konsep kebenaran dan ketulusan adalah racun bagi hati. 

O... hatiku, ditinggal pergi oleh sahabat sejati jati bernama cinta. 

"Bukankah aku cintamu?" tanya wanitaku. 

"Tidak, kamu hanyalah keinginanku," aku menatap matanya. 

"Aku juga menginginkanmu. Bukankah itu cinta?" ia menatap dalam ke dalam mataku. 

"Itu adalah hasrat," bisikku.

"Lalu, dimana cinta?" ia penasaran. 

Aku diam dan menatap langit yang bisu.

Wanitaku memelukku di bawah malam dan rembulan. 

"Sayang, besok aku mau cari kayu bakar," ia mengecup pipiku. 

"Aku mau cari ubi di sawah Pak Haji yang baru panen kemarin," sambil ku kecup bibirnya. 

Bendera merah putih kebanggaan anak kami berkibar di halaman rumah. Orang-orang berduyun menenteng besek dari acara haul seorang warga untuk menyambut Ramadhan. 

"Ayah tidak diundang?" anakku berdiri di bibir pintu rumah sambil memegang perutnya. 

Rasanya rotasi bumi hanya terasa sebatas gerak kincir angin yang mengorbit antara mata dan perut.

19 Maret 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun