Matematika merupakan muara dari hampir seluruh ilmu pengetahuan yang terdapat di jagat raya ini. Akan tetapi tidak sedikit pula yang menyatakan bahwa belajar matematika adalah hal yang sia-sia dan membuang-buang waktu.
Hal ini berdampak pada tingkat popularitas matematika di khalayak umum menjadi rendah dan kurang diminat. Padahal, perhitungan dan pengukuran sederhana tentang harga barang, berat suatu benda, tinggi barang, dan lain sebagainya tentu menggunakan angka dan berkaitan dengan matematika.
Matematika akan menjadi berarti bagi orang yang mampu menerjemahkannya dan menggunakannya untuk tujuan tertentu, baik itu tujuan yang baik maupun buruk sekalipun.
Penerapan ilmu matematika dengan tujuan yang baik akan mendatangkan manfaat bagi dirinya maupun orang lain, sebaliknya jika digunakan dengan tujuan yang buruk tentu akan menimbulkan dampak negatif bagi pengguna maupun orang lain juga.
Ilmu matematika yang diajarkan di sekolah-sekolah merupakan ilmu-ilmu dasar yang sudah sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Ilmu matematika yang diajarkan tentu dibawakan dan dimanfaatkan untuk tujuan akhir yang baik.
Para siswa diajarkan mengolah rumus dan memahami persoalan yang ada. Tak jarang, siswa mnengalami kesulitan dalam belajar matematika karena anggapan mereka bahwa rumus-rumus yang diberikan cukup sulit dan terlalu kompleks. Padahal ini hanyalah masalah pemahaman konsep, bukan sepenuhnya menghafalkan rumus belaka.
SMA merupakan tingkatan sekolah yang mana siswa yang telah berada dalam fase ini sudah memiliki kontrol emosi yang cukup baik. Hal ini membuat mereka dapat mengatur ekspresi keseharian dalam lingkungan sekolah yang meliputi kegiatan pembelajaran di dalam kelas, bergaul dengan teman, dan bersosialisasi dengan warga sekolah lainnya. Tapi tak jarang mereka juga memiliki rasa malas dan khawatir dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini tentu disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya yaitu tugas yang menumpuk dan tuntutan menghafal banyak materi.
Begitu pula dengan pembelajaran matematika. Siswa seakan dituntut menghafalkan banyak rumus dalam kurun waktu yang relatif singkat. Ditambah lagi terkadang operasi yang harus diselesaikan berisi angka-angka besar sehingga memakan banyak waktu dalam menyelesaikannya. Tentu hal ini menjadi “PR” balik bagi seorang guru matematika tentang bagaimana dapat memberikan pemahaman yang mudah kepada para siswa tentang materi yang akan diberikan.
Setiap mata pelajaran tentu memiliki cara mudah dalam menyampaikannya. Tidak terkecuali dengan matematika yang dianggap sebagai mata pelajaran “tersulit”. Sebenarnya, matematika itu tidak sesulit yang dibayangkan oleh para siswa sepanjang mereka paham akan konsep suatu materi yang ada dalam mata pelajaran matematika setiap jenjangnya. Paham konsep disini bukan berarti harus hafal semua rumusnya. Lebih dari itu yaitu bagaimana memahami unsur-unsur materi secara mudah dan lengkap.
Sekarang sudah banyak metode dan cara belajar yang dapat digunakan untuk mempermudah memahami materi pelajaran. Perkembangan teknologi digitalisasi menjadi salah satu alasan semakin mudahnya ilmu pengetahuan dapat diakses, salah satunya matematika. Dengan kreativitas guru matematika dalam mengembangkan media belajar yang menyenangkan dan tentu output akhirnya adalah siswa paham dengan materi yang diberikan.
Untuk siswa SMA/sederajat, jelas mereka sudah sedikit mengerti dengan program komputer sehingga jika media yang dikembangkan oleh guru matematika berbasis IT, mereka dapat mengikutinya. Untuk pengembangan medianya, guru matematika dapat menggunakan beberapa perangkat lunak yang ada dalam komputer, seperti Microsoft PowerPoint, Macromedia Flash, Adobe Flash, perangkat lunak pengedit video, dan lain sebagainya.
Sebagian aplikasi tersebut telah dilengkapi dengan tools pemuncul angka dalm lambang matematika sehingga memudahkan pula bagi guru matematika untuk menambahkan angka atau lambang yang dibutuhkan. Media yang disusun dengan bantuan komputer disebut media interaktif. Media disusun sedemikian rupa sehingga fokus pembelajaran berpusat pada kerja siswa secara mandiri atau kelompok dalam menemukan konsep materi yang dibahas, sehingga guru tidak panjang lebar menjelaskan materi di depan kelas. Tentu metode seperti ini cukup efektif dan efisien bagi guru dan siswa.
Selain media interaktif, terdapat pula media 3D yang dapat dikembangkan oleh guru matematika dalam pembelajaran matematika. Dalam mengembangkan media ini, terdapat kelebihan maupun kekurangannya. Kelebihannya adalah dapat membawa siswa untuk menemukan konsep materi dengan mengamati dan mempraktekkannya.
Siswa dapat berkreasi bebas sesuai media yang disediakan hingga mereka memahami maksud media yang ada. Adapun kelemahannya adalah guru harus mencari bahan-bahan ataupun alat yang digunakan dalam pembuatan media tersebut. Selain itu, dari segi ukuran media yang membuat media tersebut kurang efektif jika dipindah-pindahkan.
Jadi kesimpulannya adalah terdapat metode pembelajaran matematika yang efektif dan efisien sehingga siswa tidak jenuh dan merasa tertekan dalam belajar matematika. Metode tersebut salah satunya yaitu membuat media pembelajaran yang bertitik tumpu pada penemuan konsep bukan sebatas menghafalkan rumus.
Media pembelajaran matematika yang cukup efektif setidaknya ada dua, yaitu media interaktif dan media 3D. Akan tetapi, jika dilihat dari kefektifannya, media interaktif jauh lebih efektif karena guru maupun siswa tidak perlu ribet menyiapkan bahan dan alat, serta harus membuat medianya. Pada akhirnya siswa dapat belajar matematika dengan menyenangkan dan tentu mudah memahami konsep sebuah materi matematika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H