6,25
32,41
1,19
20,35
39,09
0,27
0,09
-
Keterangan: PK (Protein Kasar), SK (Serat Kasar), LK (Lemak Kasar), Ca (Kalsium), P (Fosfor), GE (Energi Kasar)
Selain pada bagian tubuh, komponen S, SOx, N dan NOx tersebut juga dihasilkan dalam lemak dan protein nabati tumbuhan (Dobermann and Thomas, 2000; Harborne, 1987). Jika tumbuhan tersebut dibakar, maka S dan N akan teroksidasi dan terlepas dari struktur rantai karbon dan keluar kelingkungan ambien. Melalui sirkulasi udara, S dan N terbawa ke ketinggian tertentu dan berikatan dengan air di atmosfer membentuk asam halogen dan terkondensasi lalu turun bersama hujan yang disebut hujan asam (Chang, 2010; Petrucci, 1987). Hujan asam memiliki pH rendah sehingga mampu merusak area pertanian dengan cara mengganggu kesetimbangan pH tanah, air dan air tanah, terutama dapat merusak struktur tubuh tanaman budidaya. Hujan asam mampu mendegradasi selulosa sehingga bagian tubuh tanaman (terutama daun) akat terlihat berlobang-lobang atau seperti dikoyak hama  .
Pembakaran sisa panen di lahan pertanian dilandasi alasan sulitnya sisa-sisa panen tersebut terurai secara alami sementara lahan sudah akan ditanami lagi. Seperti yang dipaparkan sebelumnya bahwa tubuh tumbuhan tersusun dari selulosa yang merupakan polimer berikatan glikosida 1,4 antar monomernya, 1 mol glukosa akan terurai oleh faktor biotik umumnya memerlukan 12-15 jam karena pengaruh kekuatan ikatan 1,4 (Harborne, 1987) sementara massa tanaman sisa panen umumnya pulihan sampai artisan kilogram sehingga butuh waktu untuk seluruh timbunan massa dapat terurai menjadi ukuran kecil, namun proses pertanian tidak mungkin menunggu selama itu untuk mengistirahatkan lahannya karena kebutuhan primer dan ekonomi para petani juga harus segera dipenuhi.
Proses pembakaran yang lainnya adalah pembakaran untuk membuka lahan baru atau perluasan lahan (umumnya untuk perkebunan). Biaya pembakaran lahan lebih muda dibandingkan menyewa tenaga kerja untuk menebang hutan untuk pembukaan lahan. aktivitas ini dianggap sepele namun tanpa disadari dapat mengakibatkan dampak buruk yang tidak diprediksi sebelumnya seperti hujan asam.
Kegiatan di bidang pertanian seperti pembakaran lahan, pembakaran sisa panen dan pengoperasian mesin-mesin bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil tanpa disadari dapat melepaskan polutan yang tidak hanya mencemari udara namun juga berpotensi hujan asam. Kegiatan ini masih sulit untuk dihentikan atau diminimalisir karena didukung oleh faktor kebutuhan para petani juga. Namun demikian lembaga-lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga riset terus berinovasi untuk menanggulangi masalah aktifitas pertanian yang beresiko hujan asam. Langkah-langkah tersebut diantaranya dengan penggagasan penggantian bahan bakar fosil yang digunakan untuk mesin-mesin pertanian dengan bahan bakar biosolar dan biodiesel yang dianggap lebih ramah lingkungan. Dibutuhkan sosialisasi berkelanjutan terhadap para petani tentang gagasan "aktifitas pertanian yang ramah lingkungan" agar informasi tersebut benar-benar dapat menyentuh para petani secara menyeluruh.
Sumber:
- Agus, A; Nur, I dan Soemitro Padmowinoto. 2006. Komposisi Kimia dan Ketercernaan In Vitro Pada Jerami Padi, Jerami Padi Fermentasi dan Silase Rumput Raja. Buletin Peternakan Vol.30(1), 2006. ISSN: 0126-4400.
- Ay, Fitriana I. 2014. "Analisis Tingkat Pencemaran Udara Pada Kawasan Pemukiman Kota Makassar". Universitas Hassanuddin. (Skripsi).
- Chang, R. 2010. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi ke-3 Jilid 1. Jakarta. Erlangga
- Daud, A; dan Blego Sedionoto. 2010. "Analisis Risiko Konsentrasi SO2 dan PM2,5 Terhadap Penurunan Kapasitas Fungsi Paru Penduduk Disekitar Kawasan Industri Makassar". Lingkungan Tropis, Vol.4 No.2 September 2010: 129-137. ISSN 1978-2713.
- Dobermann, A and Thomas, F. 2000. Ricem Nutrient Disorders and Nutrient Management. ISBN: 981-04-2742-5.
- Goesty, P A; Adji, S; dan Dwi, P Sasongko. 2012. "Analisis Penataan Pemrakarsa Kegiatan Bidang Kesehatan di Kota Magelang Terhadap Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup". Jurnal Ilmu Lingkungan Hidup Vol.10 Issue 2: 89-94 (2012).
- Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. ITB Press.
- http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi-mainmenu-78/art/435-cemar
- http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/77-stop-bakar-jerami
- https://nasional.kompas.com/read/2015/09/11/16560341/Sanksi.untuk.Pembakar.Hutan.15.Tahun.Penjara.hingga.Denda.Rp.10.Miliar
- Karimi, K; Shauker, K; and Mohamad, J T. 2006. Conversion of Rice Straw to Sugars by Dieluted-Acid Hydrolysis. Biomass and Bioenergy 30 (2006). 247-253. Elsevier.
- Kindersley, D. 2009. E-Encyclopedia Sains. Jakarta. Elrangga.
- Kusminingrum, N dan G, Gunawan. 2008. "Polusi Udara Akibat Kendaraan Bermotor Di Jalan Perkotaan Pulau Jawa Dan Bali". Pusat Litbang Jalan dan Jembatan.
- Marlina, N dan Surayah, A. 2004. Komposisi Kimia Beberapa Bahan Limbah Pertanian dan Industri Pengolahan Hasil Pertanian. Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
- Petrucci, R. H. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Jilid 2. Jakarta. Erlangga.
- Prayudi, T dan Joko, P Susanto. 2001. "Kualitas Debu Dalam Udara Sebagai Dampak Industri Pengecoran Logam Ceper". Jurnal Teknologi Lingkungan Vol.2 No.2, Mei 2001: 168-174.
- Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
- SNI 19-4841-1998 Metode Pengujian Kadar NOx Di Udara Dengan Menggunakan Alat Spektrofotometer.
- SNI 19-7119.2-2005 Cara Uji Kandungan NOx dalam Udara Ambien
- Sugiarta, A A G. 2008. "Dampak Bising dan Kualitas Udara pada Lingkungan Kota Denpasar". Jurnal Bumi Lestari Vol.8 No.2, Agustus 2008, Hal: 162-167.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H