Mohon tunggu...
Agung RizkhiZaifudhin
Agung RizkhiZaifudhin Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Avighnamastu Mulat Sarira Hangrasa Wani Rahayu!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lingkungan Hidup Terdegradasi Evolusi Kemanusiaan

19 September 2021   00:50 Diperbarui: 19 September 2021   00:55 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lingkungan hidup merupakan bagian penting yang tak akan dapat dipisahkan dengan manusia maupun makhluk hidup yang lain, di dalam lingkungan hidup ini setiap makhluk menggantungkan dirinya dalam upaya mempertahankan diri untuk keberlangsungan hidup. 

Hal ini menjadikan komponen di alam ini tanpa disadari dengan proses berkelanjutan membentuk satu mata rantai yang saling terkait antara satu dengan yang lain sebagai upaya penjagaan dari kelestarian kehidupan.

Perkembangan dari kehidupan atau peradaban kemanusiaan menjadikan dunia terbagi menjadi kelompok-kelompok yang pada dasarnya setiap kelompok tersebut membentuk hubungan timbal balik dengan harapan saling memberi keuntungan di dalam
upaya pemenuhan kebutuhan. 

Harapan yang ideal tersebut merupakan cita-cita manusia untuk hidup dan menghidupi satu sama lain. Sejarah sendiri telah menjadi bioskop yang dapat kita pahami ketika manusia mulai menemukan berbagai pengetahuan dan cabang ilmu baru dalam evolusi menuju terpenuhinya kebutuhan kehidupan mulai dari efisiensi kerja, mempercepat proses pembuatan barang atau jasa maupun perpindahan transportasi yang sekarang ini telah memiliki beraneka ragam bentuk. 

Perlu dipahami bahwa antara kemanusiaan dan perikemanusiaan memiliki perbedaan yang signifikan manusia telah mengalami evolusi kemanusiaan sejak lama dengan kelompoknya masing-masing serta lingkungannya tetapi perikemanusiaan merupakan spirit yang timbul dari dalam diri manusia itu untuk senantiasa menjaga symbiosis ekosistem yang terbentuk guna memberi keuntungan antara subjek dan objek mata rantai.

Kemanusiaan dan perikemanusiaan tersebut dihadapkan realita perkembangan peradaban manusi serta pemenuhan kebutuhan yang akhirnya ibarat menjadi segitiga yang tidak bertemu pada satu titik. Tidak bertemunya segitiga dalam satu titik tersebut
menjadikan antara arah horizontal dan vertical saling menjauhi yang mengakibatkan salah satu subjek kehidupan tergusur dan tersisihkan. 

Dalam gambar tersebut jelas evolusi manusia membentuk segmen-segmen yang akhirnya mendegradasikan perikemanusiaan.

Degradasi perikemasnusiaan ini tidak segera untuk diselesaikan malah pada kenyataannya cenderung manusia dipisahkan antara spirit perikemanusiaan dengan derasnya laju pengetahuan yang efeknya memisahkan spirit dengan kehidupan.

Dampak ketidaksadaran akan spirit tersebut mengakibatkan korban yaitu lingkungan hidup manusia yang semula ialah ekosistem berubah menjadi objek eksploitasi atas dasar eksistensi dan efisiensi. Dari waktu ke waktu akhirnya lingkungan
hidup tidak lagi bisa menghidupi manusia sehingga muncullah krisis social, krisis ekonomi, krisis budaya dll. Kecemasan tersebut memunculkan Gerakan dunia yang kita kenal sebagai Sustainable Development Goals dengan harapan mampu menyelamatkan
daripada kehidupan manusia.

Dengan demikian sudah seharusnya kita mulai memahami kembali pentingnya rasa dan tindakan nyata sebagai upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan tanpa merusak atau mendegradasikan mata rantai ekosistem yang telah terbentuk sejak lama. Bumi ini Bungan hanya milik mansuia tetapi juga berbagai makhluk ada dalam bumi yang pada hakikatnya saling membutuhkan dan saling menghidupi

Maka dari itu di dalam kesadaran diri kita harus berubah menuju Peradaban Baru Dunia yaitu menjadi karunia bagi semua makhluk-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun