Mohon tunggu...
Anggi
Anggi Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa stiem Bongaya Makassar semester lima
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ingin menjadi org berguna bagi banyak orang dan berbakti pada kedua org tua

Selanjutnya

Tutup

Hukum

KPK "Jeruk Makan Jeruk"

28 Juni 2023   22:36 Diperbarui: 28 Juni 2023   22:42 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang Ketuanya sedang dirundung masalah dugaan korupsi dan kalau itu benar berarti istilah komedian josghua dulu "jeruk makan jeruk",dong, lucu ya yang disuruh berantas korupsi malah mereka yang korupsi.

Firly Bahuri Ketua KPK yang sedang menjalani pemeriksaan di Polda Metrojaya dan menurut informasi dari media online sudah jadi tersangka kasus korupsi.

Setelah menjalani sidang kode etik oleh dewan kehormatan KPK, dan lolos yang dinyatakan dewan pemeriksanya tidak cukup bukti.

Pemeriksaan yang dilakukan Polda Metro jaya ternyata mentersangkakanya dengan tuduhan korupsi dan pembocoran rahasia negara.Masalah hukum di negara kita ini semakin rumit dan semraut untuk ditegakkan karena yang diberi amanah untuk menegakkannya juga membelot. Itu artinya program era reformasi hukum tidak berhasil alias gagal total.

Agenda reformasi salah satunya dan paling urgen adalah pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) inilah yang dianggap paling menghambat pembangunan zaman orde baru, zamannya Pak Soeharto tahun 1998.

Mengkaji peristiwa hukum di KPK sepertinya yang dominan adalah dendam antara kedua pejabat tinggi kepolisian yaitu Kapolda metro jaya dengan Firly Bahuri. Kalau hal ini betul adanya memang sebagai rakyat kita sudah sangat tipis harapan untuk membangun bangsa dan negara ini dari penyakit kronis orde baru. KKN zaman orba tidak terlalu meluas hanya keluarganya Pak Harto saja dengan kroni-kroninya dulu, jumlahnya sedikit, tertentu dan tidak meluas juga merata.

Justru zaman reformasi korupsi meluan dari bawah hingga level menteri. Menterinya SBY banyak berbanding dengan pembantu-pembantu Presiden Jokowi juga banyak sudah masuk bui. Nepotisme ya juga ada ketiga anak menantunya terjun ke dalam politik untuk berkuasa.

Yang paling miris dan menghancurkan harapan masyarakat kalau yang korupsi ada di lembaga anti korupsi (KPK) hal ini sangat tidak bisa diabaikan. Ibarat pagar makan tanaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun