Model PBL dalam pembelajaran matematika menawarkan pendekatan yang berbeda dengan memberikan siswa kesempatan untuk menerapkan konsep matematika dalam situasi dunia nyata atau skenario yang kompleks. Siswa diajak untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah, bekerja dalam tim, dan mencari solusi yang kreatif dan inovatif. Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir kritis, bekerja secara kolaboratif, dan mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri.
Meskipun PBL memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan karakter tanggung jawab siswa dalam matematika, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah kekurangan pemahaman dan pengetahuan guru tentang implementasi PBL dalam pembelajaran matematika. Guru seringkali memerlukan bimbingan dan pelatihan dalam merancang dan menyusun skenario PBL yang sesuai dengan konten matematika dan tujuan pembelajaran yang diinginkan. Selain itu, keterbatasan sumber daya dan dukungan juga menjadi hambatan dalam implementasi PBL. Sumber daya yang diperlukan, seperti materi pembelajaran yang relevan, teknologi pendukung, dan waktu yang cukup untuk kolaborasi dan refleksi, dapat menjadi kendala bagi sekolah atau guru yang terbatas. Dukungan dari pihak sekolah, kepala sekolah, dan rekan guru juga penting dalam memfasilitasi implementasi PBL yang efektif.
Selain itu, kurangnya penilaian yang tepat untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan karakter tanggung jawab dalam matematika juga merupakan tantangan yang perlu diatasi. Penilaian yang terfokus pada aspek kognitif matematika saja mungkin tidak mampu memperoleh gambaran menyeluruh tentang perkembangan berpikir kritis dan karakter tanggung jawab siswa. Oleh karena itu, diperlukan instrumen penilaian yang dapat mengukur aspek-aspek tersebut secara spesifik dan objektif.
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, penelitian yang dilakukan dalam artikel tersebut bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara potensi PBL dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan karakter tanggung jawab siswa dalam pembelajaran matematika, dengan tantangan yang dihadapi dalam implementasi. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan strategi dan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan karakter tanggung jawab siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan model PBL. Dengan demikian, artikel ini akan memberikan wawasan dan rekomendasi praktis bagi guru matematika dalam merancang pembelajaran yang lebih menarik, kolaboratif, dan berorientasi pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan karakter tanggung jawab siswa dalam konteks matematika.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kombinasi (mixed method) tipe strategi embedded konkuren. Menurut Creswell (2013) bahwa strategi embedded konkuren dicirikan sebagai strategi metode campuran yang menerapkan satu tahap pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dalam satu waktu. Pemilihan strategi ini dikarenakan pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dalam penelitian dilakukan secara bersamaan. Desain penelitian yang digunakan adalah bentuk true experimental desain tipe post-test-only control-grup design. Dalam hal ini, untuk kelas eksperimen diterapkan model PBL dan kelas kontrol dengan model pembelajaran langsung.
Analisis data kuantitatif terbagi menjadi dua yaitu analisis data awal dan analisis data akhir. Analisis data awal diambil dari hasil tes awal kemampuan berpikir kritis dengan tujuan untuk mengetahui bahwa kedua kelas sampel berawal dari kondisi awal yang sama, sedangkan analisis data akhir diambil dari hasil tes akhir kemampuan berpikir kritis yang datanya digunakan untuk uji ketuntasan dan uji beda. Untuk analisis data kualitatif menggunakan tiga langkah utama yaitu reduksi data, penyajian data, dan membuat simpulan.z
Hasil dan Pembahasan
Hasil analisis data menunjukkan bahwa penerapan model PBL secara signifikan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika. Salah satu alasan utama adalah PBL mendorong siswa untuk terlibat dalam proses berpikir yang reflektif dan analitis saat mereka berusaha memecahkan masalah matematika yang kompleks. Siswa dilibatkan dalam aktivitas pemecahan masalah, analisis data, evaluasi argumen, dan penalaran logis yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka. Penelitian ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kemampuan siswa untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi informasi, menganalisis dan mengintegrasikan konsep matematika, serta menyimpulkan dan menyusun argumen secara logis. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aizikovitsh (2015) bahwa apabila guru konsisten dan sistematis untuk mendorong siswa berpikir kritis di kelas dengan memberikan permasalahan kehidupan nyata, mendorong untuk berdiskusi dan merencanakan investigasi pelajaran, maka siswa akan cenderung terampil dalam berpikir kritis dan mengembangkan bahasa berpikir kritisnya.
Selain itu, hasil dari penelitian ini juga menemukan bahwa model PBL berkontribusi pada peningkatan karakter tanggung jawab siswa dalam pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rasyidah (2011) yang menyatakan bahwa karakter tanggung jawab dapat mengembangkan kemampuan matematis siswa. Siswa memiliki peran aktif dalam mengambil tanggung jawab atas proses pembelajaran mereka sendiri. Mereka belajar untuk mengatur waktu, berkolaborasi dengan anggota tim, dan mengatasi tantangan yang muncul dalam mencapai tujuan pembelajaran. Selama proses pembelajaran, siswa didorong untuk mengambil inisiatif, mengelola diri, dan menjaga komitmen mereka terhadap tugas-tugas yang diberikan. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa siswa menunjukkan peningkatan dalam sikap tanggung jawab, kemampuan bekerja secara mandiri, dan partisipasi aktif dalam diskusi kelompok. Hal ini mengindikasikan bahwa PBL dapat membantu mengembangkan karakter tanggung jawab siswa.
Hubungan saling mempengaruhi antara kemampuan berpikir kritis dan karakter tanggung jawab siswa dalam pembelajaran matematika melalui PBL. Ditemukan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa berkontribusi pada pengembangan karakter tanggung jawab mereka, karena kemampuan berpikir kritis melibatkan kemampuan siswa untuk mempertanyakan, menganalisis, dan mengambil tanggung jawab atas pemikiran mereka sendiri. Sementara itu, karakter tanggung jawab yang kuat juga mendukung kemampuan berpikir kritis, karena siswa yang bertanggung jawab akan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan mencari solusi yang efektif. Hubungan ini menunjukkan bahwa PBL dapat menjadi pendekatan yang holistik dalam mengembangkan kedua aspek tersebut secara simultan.