Mohon tunggu...
Agung Cahyana
Agung Cahyana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Agung Cahyana (151220155) Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Persaingan Mobil Listrik China vs Jepang

21 Mei 2024   22:58 Diperbarui: 22 Mei 2024   12:47 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Dominasi China dalam Pasar Mobil Listrik

China telah memimpin pasar mobil listrik global melalui perusahaan seperti BYD, didukung oleh kebijakan dan insentif pemerintah yang kuat. Insentif pajak, subsidi, dan investasi besar dalam infrastruktur pengisian daya telah mendorong adopsi kendaraan listrik (EV) secara masif di negara ini. Salah satu kekuatan utama China dalam industri ini adalah inovasi dalam teknologi baterai.

China telah mengembangkan baterai LFP (Lithium Iron Phosphate) yang lebih murah, lebih aman, dan memiliki umur pakai yang lebih panjang dibandingkan jenis baterai lainnya. Baterai LFP mengurangi biaya produksi dan meningkatkan keamanan, mengurangi risiko kebakaran, dan memperpanjang umur baterai, yang sangat penting bagi konsumen.

China juga berinvestasi besar dalam pengembangan baterai solid-state, yang diprediksi akan menjadi game changer dengan menawarkan kepadatan energi lebih tinggi dan waktu pengisian yang lebih cepat. Investasi besar-besaran dalam infrastruktur pengisian daya telah memungkinkan pembangunan jaringan stasiun pengisian yang luas dan mudah diakses. Pemerintah China mengimplementasikan kebijakan yang mendukung pembangunan stasiun pengisian di lokasi strategis seperti tempat parkir umum dan pusat perbelanjaan, memastikan pengguna EV dapat dengan mudah mengisi daya kendaraan mereka.

Strategi Jepang dalam Mengejar Ketertinggalan

Jepang, yang dikenal dengan raksasa otomotif seperti Toyota, Mitsubishi, Subaru, dan Nissan, sedang mengejar ketertinggalannya dalam industri mobil listrik dengan melakukan investasi besar dalam teknologi dan infrastruktur canggih. Meskipun awalnya lambat dalam mengadopsi teknologi EV, perusahaan-perusahaan Jepang telah mengumumkan rencana ambisius untuk meluncurkan beberapa model mobil listrik baru dalam beberapa tahun ke depan. Misalnya, Toyota mengembangkan Toyota BZ4X dan Nissan dengan Nissan Leaf, yang menjadi simbol dedikasi Jepang dalam meningkatkan performa dan kualitas mobil listrik.

Jepang juga fokus pada pengembangan baterai NMC (Nickel Manganese Cobalt) yang menawarkan kepadatan energi lebih tinggi. Baterai NMC memungkinkan jarak tempuh yang lebih jauh dan performa lebih baik dibandingkan baterai jenis lain, meningkatkan daya tarik EV di kalangan konsumen yang khawatir tentang jarak tempuh dan Jepang juga berinvestasi dalam teknologi pengisian daya nirkabel, yang akan sangat memudahkan para pengguna dalam mengisi daya kendaraan listriknya tanpa khawatir tentang kabel dan konektor.

Tantangan dan Peluang

Meski memiliki keunggulan masing-masing, China dan Jepang dihadapkan pada tantangan unik. China terikat pada impor bahan baku baterai seperti lithium dan kobalt, yang sebagian besar berasal dari negara-negara dengan ketidakstabilan politik atau regulasi ketat.

Diversifikasi sumber bahan baku dan meningkatkan efisiensi produksi menjadi tantangan besar bagi China untuk mempertahankan dominasinya sedangkan bagi Jepang, di sisi lain, terbebani oleh biaya produksi yang lebih tinggi dan transisi yang lambat untuk perpindahan teknologinya dari hybrid ke EV. Persaingan ketat dari Korea Selatan yang menjadi pemain agresif di pasar EV juga memaksa Jepang untuk terus berinovasi dan menekan biaya agar tetap kompetitif.

Selain tantangan internal, kedua negara harus menghadapi perubahan kebijakan global terkait lingkungan dan energi. Peraturan emisi yang semakin ketat di berbagai negara memaksa produsen mobil untuk mempercepat transisi ke kendaraan listrik yang disebabkan oleh kesadaran akan lingkungan yang meningkat di kalangan konsumen yang juga mendorong permintaan akan kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan.

Dimensi Geopolitik dan Diplomasi

Persaingan mobil listrik antara China dan Jepang juga memiliki dimensi geopolitik dan diplomasi yang signifikan. Kemajuan dalam industri mobil listrik menjadi simbol status dan pengaruh global bagi kedua negara, yang merupakan kekuatan ekonomi dan teknologi utama di Asia.

Kemampuan China mendominasi pasar mobil listrik global tidak hanya meningkatkan daya saing industrinya, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai pemimpin dalam ekonomi hijau dan teknologi masa depan, yang dapat digunakan sebagai alat diplomasi untuk memperluas pengaruh China di kawasan dan dunia internasional.

Sebaliknya, Jepang memiliki sejarah panjang sebagai pemain utama dalam industri otomotif global dan dengan Jepang ikut berkompetisi di pasar mobil Listrik global ini akan membantu mempertahankan status Jepang sebagai pusat inovasi teknologi dan ini juga dapat meningkatkan citra dan daya tawar Jepang dalam kancah diplomasi internasional.

Persaingan yang Membentuk Masa Depan

Persaingan antara China dan Jepang dalam industri mobil listrik tidak hanya menyangkut aspek teknologi dan bisnis, tetapi juga melibatkan geopolitik dan diplomasi. Keberhasilan atau kegagalan masing-masing negara dalam industri ini dapat mempengaruhi posisi dan pengaruh mereka di panggung global.

Dalam menghadapi tantangan ini, diplomasi menjadi faktor penting yang perlu dikelola dengan baik. Perundingan bilateral dan forum multilateral dapat membantu menetapkan aturan main yang adil dan meminimalkan gesekan dalam pengembangan industri mobil listrik. Kerja sama internasional dalam standarisasi, berbagi teknologi, dan riset bersama juga dapat membantu menjembatani kesenjangan antara China dan Jepang.

Persaingan mobil listrik antara China dengan Jepang tidak hanya menghasilkan lebih banyak pilihan dan teknologi yang lebih baik bagi konsumen, tetapi juga membentuk masa depan industri mobil listrik secara global. Adopsi EV yang lebih luas dan teknologi yang lebih maju akan mempercepat transisi ke transportasi yang lebih berkelanjutan, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan mengurangi emisi karbon.

Melalui diplomasi dan kerja sama internasional, China dan Jepang dapat menetapkan standar global baru untuk kendaraan listrik, berkontribusi pada upaya global untuk memerangi perubahan iklim. Persaingan ini, meskipun ketat, pada akhirnya membawa manfaat besar bagi industri otomotif dan mempercepat laju inovasi dan adopsi teknologi hijau di seluruh dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun