Mohon tunggu...
Agung Sw
Agung Sw Mohon Tunggu... lainnya -

membaca,menulis dan menggambar

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Meredakan Kepala Pening dengan Membelah Danau Rawa Pening

4 Maret 2015   23:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:10 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mobil angkutan jurusan Salatiga-Ambarawa yang saya naiki berhenti tepat di Jembatan Tuntang. Saya turun setelah membayar ongkos kepada kernet setelah perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 45 menit dari tempat saya tinggal. Jembatan Tuntang merupakan jembatan di jalan utama Semarang – Solo.  Di bawah jembatan itu mengalir Sungai Tuntang yang mengalir menuju Danau Rawa Pening.  Danau seluas 2670 hektare masuk dalam wilayah territorial Kabupaten Semarang. Dari jembatan, hamparan tumbuhan enceng gondok terlihat menutupi permukaan air sepanjang aliran sungai menuju danau. Tampak nelayan setempat menaiki perahu sibuk membelah ‘gerombolan’ enceng gondok untuk membuka jalan.

[caption id="attachment_353866" align="aligncenter" width="560" caption="dok.pribadi"][/caption]

Dari jembatan, saya berjalan kaki menuju Dusun Sumurup. Dusun di mana terdapat semacam dermaga yang menyediakan perahu untuk pengunjung yang akan berlayar di Rawa Pening. Sebetulnya ada angkot yang menuju ke sana. Tapi  berjalan kaki menurut saya lebih asik sambil menikmati aktivitas pagi penduduk setempat dan juga jaraknya tidak terlalu jauh. Pintu masuk Dusun Sumurup ditandai dengan gapura berwarna kuning dengan tulisan dusun tersebut di atasnya.

Masuk sekitar 500 meter, di ujung jalan terdapat parkiran motor dan mobil. Dermaga terdapat di pinggir rel kereta api yang menghubungkan Ambarawa –Tuntang. Rel kereta api peninggalan jaman Belanda itu saat ini difungsikan kembali  sebagai wisata kereta api. PT KAI menyediakan perjalanan kereta dengan rute Ambarawa – Tuntang dengan kereta uap berbahan bakar kayu bakar. Namun kereta uap tersebut hanya beroperasi jika ada yang menyewa saja.

1425460091587240928
1425460091587240928

Warung apung menghiasi tepian Danau Rawa Pening, warung tersebutlah yang menyewakan perahu untuk mengarungi danau. Saya menuju salah satu warung yang direkomendasikan kawan. Pemilik warung bernama Pak Paidi. Beliau menyewakan perahu-perahu untuk berbagai kepentingan. Biasanya, paling banyak pemancing yang menyewa perahu perahu untuk ke tengah danau. Perahu dengan kapasitas maksimal 2 orang bisa disewa dengan tarif yang murah hanya 7 ribu rupiah sekali sewa dan dibatasi sampai jam 5 sore. Tarif tersebut sudah termasuk dayung, caping, dan ember.

Perahu yang agak besar bertarif 45 ribu tanpa motor. Sedangkan yang bermotor 55 ribu dengan kapasitas maksimal 5 orang. Bagi yang tidak bisa menggunakan perahu motor tidak perlu kuatir. Pak Paidi juga menerima jasa sebagai ‘pengendali’ perahu motor. Pengguna jasa Pak Paidi biasanya para fotografer yang berburu panorama Rawa Pening. Pak Paidi menawarkan paket all in 90 ribu untuk sewa kapal, bensin, dan jasa mengantar keliling danau. Saya bersama tiga kawan lainnya sepakat menggunakan jasa Pak Paidi.

Panas sang surya begitu menyengat ketika perahu bermotor meninggalkan warung-warung apung. Membelah Danau Rawa Pening di antara ‘pasukan’ enceng gondok. Sesekali Pak Paidi harus menyingkirkan enceng gondok agar perahu bisa melewatinya. Perjalanan kami menuju Jalen. Jalen adalah tempat di tengah rawa yang berbentuk mnyerupai sungai karena di kanan-kiri terdapat pepohonan yang menjulang. Memasuki kawasan Jalen seperti memasuki sungai di hutan-hutan Kalimantan. Lokasi tersebut sering digunakan sebagai tempat untuk foto para fotografer. Sementara imajinasi langsung tertuju pada film-film adventure macam Indiana Jones, Pak Paidi menghentikan perahu motornya. Di bawah rimbunan pohon kami mengambil beberapa foto untuk diabadikan.

14254601281219645203
14254601281219645203

Setelah puas bernarsis ria, perjalanan kami lanjutkan kembali. Perahu memutar ke rute awal keluar dari Jalen. Mencari jalur yang tidak tertutup enceng gondok, perahu melewati beberapa tambak milik penduduk. Burung-burung kuntul bergerombol dan kemudian terbang berhamburan mendengar suara perahu motor yang kami tumpangi. Pemandangan indah luas menghampar. Saya memanjakan mata dengan melempar pandangan seluas luasnya. Gunung gunung nampak terlihat berdiri dengan gagahnya. Gunung Merbabu, Gunung Ungaran, Gunung Sindoro, dan Sumbing.

Perahu kemudian memutar menuju warung apung lagi setelah puas berkeliling. Dari jauh kami melihat kereta uap melintas mengitari tepian Rawa Pening. Kata Pak Paidi, perjalanan kali ini beruntung. Cuaca yang cerah, enceng gondok yang tidak begitu ‘rapat’ dan bisa melihat kereta uap yang beroperasi  yang jarang didapat ketika beliau mengantar tamu.

14254603671485691445
14254603671485691445

Rawa Pening mungkin bisa menjadi lokasi wisata air yang bisa diandalkan jika dikelola dengan baik dan asik. Kurangnya fasilitas dan informasi menjadikan lokasi wisata tersebut begitu begitu saja. Namun, di balik kekurangannya, saya puas dengan perjalanan kali ini. Rawa Pening bisa menjadi tujuan wisata air bagi Anda yang ingin merasakan petualangan ala Indiana Jones serta meredakan kepala yang lagi pening :p .   (ASW)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun