Mohon tunggu...
Agung EfendiSaputra
Agung EfendiSaputra Mohon Tunggu... Guru - guru

hobi main game

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nilai-Nilai Religi dan Budaya Sunda dalam Kehidupan Sehari-hari

7 November 2024   07:53 Diperbarui: 7 November 2024   08:01 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya Sunda dikenal sebagai salah satu budaya yang kaya dengan nilai-nilai religi, tradisi, serta kebersamaan. Masyarakat Sunda menerapkan prinsip-prinsip ajaran leluhur dan nilai-nilai keagamaan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai ini bukan hanya diwariskan turun-temurun, tetapi juga dijaga dan dipraktikkan oleh generasi muda hingga saat ini. Berikut adalah beberapa nilai utama dalam budaya Sunda yang sering diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:

1. Sikap Tawakal dan Pasrah Kepada Tuhan

Sikap tawakal atau menyerahkan diri kepada Tuhan adalah salah satu nilai utama dalam kehidupan masyarakat Sunda. Hal ini tercermin dalam kebiasaan masyarakat yang senantiasa berdoa dan bersyukur atas segala sesuatu yang diberikan oleh Tuhan, baik dalam keadaan senang maupun susah. Dalam kehidupan sehari-hari, tawakal diwujudkan melalui ketekunan bekerja dan rasa ikhlas dalam menerima hasil usaha, seberapapun besar atau kecil hasil tersebut. Selain itu, masyarakat Sunda juga kerap mengadakan doa bersama atau tahlilan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan dan bentuk solidaritas sosial. Acara ini biasanya dihadiri oleh keluarga besar dan tetangga, sekaligus mempererat hubungan sosial dalam komunitas.

2. Nilai Gotong Royong dan Kebersamaan

Masyarakat Sunda sangat menjunjung tinggi nilai gotong royong, yang dalam bahasa Sunda dikenal sebagai "silih tulungan". Nilai ini diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti ketika ada acara pernikahan, kematian, atau kegiatan pertanian. Masyarakat akan saling membantu dengan ikhlas, baik secara fisik maupun material, tanpa mengharapkan imbalan. Gotong royong juga terlihat dalam acara adat seperti "ngariung" atau kumpul keluarga besar yang bertujuan untuk saling berbagi cerita, saran, dan dukungan. Melalui acara-acara seperti ini, hubungan antar anggota keluarga dan komunitas semakin erat, dan nilai-nilai persatuan serta kebersamaan selalu dipertahankan.

3. Menghormati Alam dan Lingkungan

Dalam kepercayaan Sunda, alam bukan hanya sekadar tempat tinggal tetapi juga sahabat yang harus dijaga. Hal ini sejalan dengan konsep Sunda yang disebut "ngamumule alam", yang berarti menjaga dan melestarikan lingkungan. Masyarakat Sunda meyakini bahwa alam memiliki roh dan kekuatan yang perlu dihormati, sehingga tindakan yang merusak alam seperti menebang pohon sembarangan atau mencemari sungai sangat dihindari. Di kehidupan sehari-hari, masyarakat Sunda sering melakukan kegiatan bersih desa atau "ngabungbang", yakni ritual membersihkan lingkungan sekitar dari hal-hal yang dianggap negatif. Ini dilakukan tidak hanya untuk menjaga lingkungan tetap bersih, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan kepada alam.

4. Kesopanan dan Santun dalam Berkomunikasi

Orang Sunda dikenal dengan karakter ramah, santun, dan sopan dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa Sunda memiliki tingkatan yang berbeda untuk menghormati lawan bicara, seperti "basa hormat" untuk orang yang lebih tua atau dihormati. Kesantunan ini juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam interaksi dengan keluarga, tetangga, maupun orang asing. Nilai kesopanan ini diajarkan sejak dini di dalam keluarga, sehingga setiap individu memahami bagaimana berkomunikasi dengan cara yang tidak menyinggung perasaan orang lain dan menjaga hubungan harmonis. Bagi orang Sunda, kesopanan bukan hanya sekadar formalitas, tetapi bentuk penghargaan dan nilai moral yang harus selalu dijaga.

5. Kepercayaan Terhadap Kearifan Lokal dan Tradisi Leluhur

Masyarakat Sunda sangat menghormati kearifan lokal yang diwariskan oleh leluhur. Tradisi seperti "nyawer" dalam pernikahan, "seren taun" sebagai perayaan panen, atau "ngabumi" untuk menghormati roh nenek moyang adalah bagian dari kehidupan mereka. Kearifan lokal ini masih dilaksanakan hingga saat ini sebagai cara untuk melestarikan budaya serta mengenang jasa para leluhur. Tradisi-tradisi ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media pembelajaran bagi generasi muda tentang nilai-nilai kehidupan yang penuh dengan makna dan kearifan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun