Di tengah pesatnya modernisasi, Kampung Ciptagelar yang berada di wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menjadi salah satu contoh nyata bagaimana masyarakat adat Sunda berhasil menjaga tradisi leluhur yang kaya akan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. Kampung ini dikenal dengan masyarakatnya yang sangat menghormati adat-istiadat, serta berusaha mempertahankan budaya Sunda yang diwariskan secara turun-temurun. Mari kita telusuri lebih dalam tentang kebudayaan Sunda yang masih lestari di Kampung Ciptagelar.
Sejarah Singkat Kampung Ciptagelar
Kampung Ciptagelar berada dalam wilayah adat Kasepuhan Ciptagelar, yang merupakan bagian dari komunitas adat Sunda di kawasan Gunung Halimun, Sukabumi. Masyarakat adat ini dipimpin oleh seorang "Sesepuh Girang" yang bertugas mengelola dan memelihara adat. Kasepuhan Ciptagelar sendiri telah ada sejak ratusan tahun yang lalu, bahkan sebelum era kolonial. Nama "Ciptagelar" berasal dari dua kata dalam bahasa Sunda: "cipta" (mencipta) dan "gelar" (membentangkan), yang mencerminkan semangat masyarakatnya untuk mempertahankan adat dengan penuh kesadaran dan keterbukaan.
Nilai dan Kearifan Lokal
Masyarakat Kampung Ciptagelar memegang teguh ajaran leluhur yang mencerminkan keharmonisan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Mereka memiliki filosofi "Ngukus" (pemurnian) yang mencerminkan nilai-nilai etika seperti gotong royong, menghormati alam, serta hidup sederhana dan selaras dengan lingkungan sekitar.
Selain itu, kearifan lokal dalam menjaga lingkungan menjadi salah satu daya tarik utama Kampung Ciptagelar. Mereka tidak hanya mempertahankan adat-istiadat, tetapi juga melestarikan hutan sebagai sumber kehidupan, dan mengelola lahan pertanian dengan cara tradisional yang ramah lingkungan.
Ritual Adat yang Masih Dilestarikan
Kampung Ciptagelar dikenal dengan berbagai ritual dan tradisi unik yang terus dilakukan secara rutin. Salah satunya adalah upacara Seren Taun, sebuah perayaan yang diadakan setiap tahun sebagai ungkapan syukur kepada Sang Pencipta atas hasil panen yang melimpah. Prosesi ini melibatkan berbagai elemen adat, seperti tari-tarian, musik tradisional, dan doa bersama. Seren Taun menjadi bukti nyata bagaimana budaya Sunda terus hidup di tengah arus globalisasi yang kian deras.
Selain Seren Taun, ada juga tradisi Ngadiukeun dan Ngahuma, yaitu ritual dalam proses penanaman padi. Masyarakat Ciptagelar mempercayai bahwa padi adalah titisan Dewi Sri, sehingga mereka melakukan penanaman dan perawatan padi dengan penuh penghormatan. Tradisi ini tidak hanya menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual, tetapi juga mengajarkan pentingnya kesabaran, ketekunan, dan kebersamaan.
Arsitektur dan Tata Ruang Kampung
Keunikan Kampung Ciptagelar juga bisa dilihat dari arsitektur rumah-rumah tradisionalnya yang dibangun tanpa paku, melainkan dengan teknik khusus yang diwariskan secara turun-temurun. Rumah-rumah di sini memiliki bentuk dan ukuran seragam, serta menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu dan bambu yang diperoleh dari hutan sekitar. Tata ruang kampung ini juga mencerminkan nilai gotong royong dan kebersamaan, di mana rumah-rumah diatur saling berhadapan, membentuk ruang-ruang komunal sebagai tempat berkumpulnya masyarakat.
Teknologi Tradisional di Era Modern
Meski berada di pedalaman, Kampung Ciptagelar ternyata telah mampu mengadopsi teknologi modern tanpa harus meninggalkan tradisi leluhur. Misalnya, mereka menggunakan pembangkit listrik tenaga mikrohidro yang memanfaatkan aliran sungai di sekitar kampung. Ini menunjukkan bahwa masyarakat adat Ciptagelar bukanlah masyarakat yang anti-modernisasi, melainkan mereka sangat selektif dalam menyerap teknologi, sehingga teknologi yang mereka pilih tetap selaras dengan nilai-nilai adat dan lingkungan.
Peran Masyarakat Adat dalam Melestarikan Kebudayaan Sunda
Kampung Ciptagelar menjadi contoh nyata bagaimana sebuah komunitas adat dapat bertahan dan tetap relevan di tengah perkembangan zaman. Masyarakat di sini sangat aktif dalam mempertahankan identitas mereka melalui berbagai kegiatan, seperti pelatihan kesenian Sunda, pembuatan kerajinan tangan, dan dokumentasi tradisi melalui media digital. Hal ini juga didukung oleh beberapa komunitas yang peduli terhadap pelestarian budaya Sunda, sehingga banyak wisatawan dan peneliti yang datang untuk belajar langsung dari masyarakat Ciptagelar.
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu kampung Ciptagelar adalah salah satu cermin kejayaan kebudayaan Sunda yang masih bertahan hingga kini. Dengan memadukan nilai-nilai tradisional dan modern, mereka berhasil menciptakan kehidupan yang harmonis di tengah modernisasi tanpa mengorbankan identitas budaya mereka. Dengan mengunjungi atau mempelajari Kampung Ciptagelar, kita akan mendapatkan pelajaran berharga tentang makna dari kearifan lokal yang sesungguhnya.
Bagi generasi muda, Kampung Ciptagelar adalah pengingat pentingnya melestarikan budaya dan kearifan lokal. Kampung ini menunjukkan bahwa dengan penghormatan pada tradisi dan keberanian untuk beradaptasi, kebudayaan Sunda dapat terus hidup dan berkembang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI