Mohon tunggu...
Agung EfendiSaputra
Agung EfendiSaputra Mohon Tunggu... Guru - guru

hobi main game

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kebudayaan Sunda di Kampung Ciptagelar: Menjaga Tradisi di Tengah Modernisasi

26 Oktober 2024   08:14 Diperbarui: 26 Oktober 2024   08:16 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di tengah pesatnya modernisasi, Kampung Ciptagelar yang berada di wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menjadi salah satu contoh nyata bagaimana masyarakat adat Sunda berhasil menjaga tradisi leluhur yang kaya akan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. Kampung ini dikenal dengan masyarakatnya yang sangat menghormati adat-istiadat, serta berusaha mempertahankan budaya Sunda yang diwariskan secara turun-temurun. Mari kita telusuri lebih dalam tentang kebudayaan Sunda yang masih lestari di Kampung Ciptagelar.

Sejarah Singkat Kampung Ciptagelar

Kampung Ciptagelar berada dalam wilayah adat Kasepuhan Ciptagelar, yang merupakan bagian dari komunitas adat Sunda di kawasan Gunung Halimun, Sukabumi. Masyarakat adat ini dipimpin oleh seorang "Sesepuh Girang" yang bertugas mengelola dan memelihara adat. Kasepuhan Ciptagelar sendiri telah ada sejak ratusan tahun yang lalu, bahkan sebelum era kolonial. Nama "Ciptagelar" berasal dari dua kata dalam bahasa Sunda: "cipta" (mencipta) dan "gelar" (membentangkan), yang mencerminkan semangat masyarakatnya untuk mempertahankan adat dengan penuh kesadaran dan keterbukaan.

Nilai dan Kearifan Lokal

Masyarakat Kampung Ciptagelar memegang teguh ajaran leluhur yang mencerminkan keharmonisan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Mereka memiliki filosofi "Ngukus" (pemurnian) yang mencerminkan nilai-nilai etika seperti gotong royong, menghormati alam, serta hidup sederhana dan selaras dengan lingkungan sekitar.

Selain itu, kearifan lokal dalam menjaga lingkungan menjadi salah satu daya tarik utama Kampung Ciptagelar. Mereka tidak hanya mempertahankan adat-istiadat, tetapi juga melestarikan hutan sebagai sumber kehidupan, dan mengelola lahan pertanian dengan cara tradisional yang ramah lingkungan.

Ritual Adat yang Masih Dilestarikan

Kampung Ciptagelar dikenal dengan berbagai ritual dan tradisi unik yang terus dilakukan secara rutin. Salah satunya adalah upacara Seren Taun, sebuah perayaan yang diadakan setiap tahun sebagai ungkapan syukur kepada Sang Pencipta atas hasil panen yang melimpah. Prosesi ini melibatkan berbagai elemen adat, seperti tari-tarian, musik tradisional, dan doa bersama. Seren Taun menjadi bukti nyata bagaimana budaya Sunda terus hidup di tengah arus globalisasi yang kian deras.

Selain Seren Taun, ada juga tradisi Ngadiukeun dan Ngahuma, yaitu ritual dalam proses penanaman padi. Masyarakat Ciptagelar mempercayai bahwa padi adalah titisan Dewi Sri, sehingga mereka melakukan penanaman dan perawatan padi dengan penuh penghormatan. Tradisi ini tidak hanya menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual, tetapi juga mengajarkan pentingnya kesabaran, ketekunan, dan kebersamaan.

Arsitektur dan Tata Ruang Kampung

Keunikan Kampung Ciptagelar juga bisa dilihat dari arsitektur rumah-rumah tradisionalnya yang dibangun tanpa paku, melainkan dengan teknik khusus yang diwariskan secara turun-temurun. Rumah-rumah di sini memiliki bentuk dan ukuran seragam, serta menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu dan bambu yang diperoleh dari hutan sekitar. Tata ruang kampung ini juga mencerminkan nilai gotong royong dan kebersamaan, di mana rumah-rumah diatur saling berhadapan, membentuk ruang-ruang komunal sebagai tempat berkumpulnya masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun