Masa dewasa awal Gen Z dipenuhi dengan ketidakpastian ekonomi yang signifikan, termasuk kesulitan dalam membeli rumah, meningkatnya biaya pendidikan, dan kesulitan memasuki pasar kerja yang kompetitif.
Ketidakpastian ini dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan terhadap masa depan.
4. Perubahan Sosial dan Identitas
Perubahan sosial yang cepat, termasuk perdebatan mengenai identitas gender, keberagaman, dan nilai-nilai sosial, dapat menyebabkan kebingungan dan konflik internal di kalangan Gen Z.
Proses pencarian jati diri yang rumit ini dapat menjadi beban tambahan yang berdampak pada kesehatan mental mereka.
5. Akses Terbatas terhadap Bantuan Kesehatan Mental
Meskipun kesadaran akan masalah kesehatan mental meningkat, akses terhadap layanan kesehatan yang tepat masih menjadi tantangan bagi banyak Gen Z.
Biaya pengobatan yang tinggi dan stigma sosial seringkali menjadi hambatan bagi masyarakat yang membutuhkan.
Mengatasi tingginya angka depresi di kalangan Gen Z memerlukan pendekatan holistik dan kolaboratif.
Pendidikan kesehatan mental sejak dini, akses mudah terhadap layanan kesehatan mental, dan dukungan sosial yang kuat dari keluarga, teman, dan komunitas dapat menjadi langkah awal yang penting.
Selain itu, upaya harus dilakukan untuk menyeimbangkan teknologi dengan keseimbangan hidup sehat dan mengurangi tekanan akademis yang berlebihan.