Setiap tahun, Indonesia merayakan Hari Guru untuk menghormati dedikasi para pendidik yang telah memberikan kontribusi besar dalam membentuk generasi bangsa. Namun, di tengah perayaan ini, kita juga harus merenung tentang tantangan yang dihadapi oleh guru di era modern yang penuh perubahan. Pendidikan Indonesia, yang dulunya identik dengan cara-cara tradisional, kini semakin bergantung pada teknologi dan metode pembelajaran yang lebih inovatif. Namun, meskipun ada banyak kemajuan, berbagai masalah struktural dan kultural masih menghambat perkembangan pendidikan kita.
Peran Guru yang Tak Tergantikan
Seiring dengan kemajuan teknologi, banyak yang berpendapat bahwa guru akan digantikan oleh mesin atau aplikasi pembelajaran berbasis AI. Nyatanya, meskipun teknologi dapat mendukung proses belajar mengajar, peran guru tetaplah vital. Seorang guru bukan hanya pengajar, tetapi juga sebagai mentor, motivator, dan pembimbing moral bagi siswa. Guru berperan dalam mengasah kemampuan berpikir kritis, membangun karakter, dan memberikan panduan di luar ruang kelas. Mereka adalah pilar dalam membentuk manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tanggap secara sosial dan emosional (Salsabilah, A. S., et al., 2021).
Namun, bagaimana mungkin seorang guru bisa menjalankan peran tersebut dengan maksimal jika kondisi pendidikan kita masih jauh dari ideal? Pada saat yang sama, pola pembelajaran seringkali lebih berfokus pada pencapaian akademik semata, ketimbang pengembangan karakter dan keterampilan sosial yang tidak kalah penting.
Ketimpangan Akses dan Kualitas Pendidikan
Pendidikan yang seharusnya menjadi hak bagi setiap warga negara seringkali masih terhambat oleh ketimpangan akses dan kualitas. Di daerah-daerah terpencil, guru-guru berjuang dengan keterbatasan fasilitas dan bahan ajar, bahkan terkadang dengan gaji yang tidak sebanding dengan beban kerja yang mereka tanggung. Di kota besar, meskipun infrastruktur pendidikan lebih baik, tekanan untuk mengejar prestasi akademik membuat banyak guru terjebak dalam sistem yang menuntut hasil instan, bukan proses yang mendalam dan berkelanjutan. Ketidakmerataan ini menjadi salah satu tantangan besar yang perlu segera diatasi (Fitri, W., et al, 2021)
Fenomena ini bukan hanya berdampak pada kualitas pendidikan, tetapi juga pada kesejahteraan mental guru itu sendiri. Banyak guru merasa tertekan oleh tuntutan kurikulum yang terus berubah dan beban administratif yang semakin menumpuk. Sementara itu, guru-guru muda yang idealis dan penuh semangat sering kali berhadapan dengan kenyataan sistem pendidikan yang kadang tidak mendukung inovasi mereka.
Teknologi: Peluang atau Tantangan?
Di sisi lain, teknologi seharusnya dapat menjadi alat yang memudahkan guru dalam proses belajar mengajar. Pemanfaatan teknologi dalam pendidikan sudah menjadi keniscayaan, terutama pasca-pandemi COVID-19 yang mempercepat adopsi pembelajaran daring. Namun, pemanfaatan teknologi bukan tanpa tantangan. Banyak guru yang kesulitan mengakses dan memanfaatkan teknologi karena terbatasnya pelatihan atau infrastruktur yang memadai. Selain itu, adopsi teknologi yang terlalu cepat dan tidak disertai dengan pemahaman yang mendalam justru bisa membuat pola pembelajaran menjadi tidak efektif (Triyanto, T., 2020).
Sistem pendidikan kita perlu lebih fokus pada pemberdayaan guru dalam menguasai teknologi, bukan sekadar mengejar tren atau aplikasi pembelajaran yang baru. Sebuah perubahan besar perlu dilakukan agar teknologi benar-benar menjadi pendukung, bukan pengganti, dalam proses pendidikan.
Menumbuhkan Keberagaman dan Kreativitas