Matahari baru saja menampakan diri. Pagiku berjalan seperti biasanya. Namun tidak setelah ini, setelah kau datang pada pagiku. Kau datang membawa hatiku, layaknya angin yang membawa kapas. Arrgg tidak! Aku tidak tau lagi kemana hatiku bermuara.Â
Sebenarnya tidak secepat itu kau membawanya, kau membawanya perlahan tapi pasti. Perlahan aku mulai jatuh dan tersungkur pada hatimu. Perlahan aku menaruh harap-harap rasa padamu. Â
Bahkan kini aku melupakan hal yang aku genggam erat. Tidak menaruh harapan pada hal yang tak semestinya. Tapi kini aku terlajur berharap padamu. Semakin tak terkendali hati ini, semakin liar.
Suatu ketika aku teringat sesuatu, bahwa semestinya aku bergantung pada-Nya sang pencipta rasa. Bukan asyik dalam kegalauan semata. Perlahan aku mampu mengendalikan hati dan perasaan ini. Bukankah bersabar dalam penantian itu lebih indah? Kini aku memilih diam dan bersabar.Â
Karena sejauh mana kau melangkah, jika kau memang takdir ku, maka bagaimanapun ada cara untuk kembali. Kini aku menikmati perasaanku bersama iringan do'a ku. Biarkan hati ini bermuara pada tempatnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H