Mohon tunggu...
Emanuela Agra
Emanuela Agra Mohon Tunggu... -

seorang seorang mahasiswa yg mencoba memandang dunia melalui barisan kata

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Cerminan Sepanjang Jalan Kenangan

13 Juni 2012   00:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:03 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyusuri sepanjang perjalanan saya dapat menemui berbagai kisah sejarah. Kilas balik sejarah terekam jelas dalam perjalanan wisata saya. Perjalanan yang sebagian masyarakat saat ini disebut perjalanan wisata belanja, kareana kita dapat menemukan banyak barang dan perlengkapan di kawasan ini seperti pakaian, sepatu/sandal, tas, aksesoris, hiasan dinding, sampai pasar tradisional pun ada. Malioboro, merupakan kawasan yang penting bagi masyarakat Yogyakarta pada umumnya. Kawasan ini selain menjadi tempat wisata yang sangat digemari oleh para wisatawan asing maupun lokal sehingga menjadi tempat mata pencaharian masyarakat dalam berdagang barang maupun jasa.

Malioboro selain menjadi tempat tempat wisata, bagi masyarakat jogja malioboro menjadi tempat legendaris sebagai saksi sejarah. Sepanjang jalan malioboro dari utara keselatan sampai Keraton Ngayogyakarta memiliki kisah tersendiri. Ketika kita berjalan dari utara ujung maliboro sampai keraton Yogyakarta, kita dapat menemui Museum Vedeburg, Gedung Agung, Monumen Perjuangan 1 Maret, dan Keraton Ngayogyakarta.Museum yang terdapat dalam kawasan itu seperti museum Vedeburg dan museum keraton menjadi obyek wisata dan cermin masa kini.

Museum Vedeburg terlihat ramai saat kita pandang dari luar banyak Bus pariwisata terparkir serta mobil bahkan sepeda motor atau sepeda. Saat saya mulai masuk terlihat keramaian pengunjung di halaman museum namun saat saya memasuki salah satu diorama terlihat lengang dengan jumlah pengunjung yang terlihat sangat sedikit. Meskipun banyak pengunjung karena museum Vedeburg menjadi tempat terselenggaranya Festifal Kesenian Yogyakarta. Salah satu cara agarmuseum tetap dikunjungi oleh masyarakat adalah pengadaan acara di museum yang dapat memancing masyarakat mengunjungi museum dan dapat mempelajari sejarah. Saat saya mengunjungi museum itu, tepat dengan pertunjukan dari berbagai Taman Kanak-kanak di Yogyakarta yang memperlihatkan kebolehanya dalam gerak dan lagu dalam rangka Festifal Kesenian Yogyakarta.Terlihat para siswa antusias dalam menggerakan badannya mengikuti irama musikdan sebuah kejadian terjadi kecil terjadi..

[caption id="attachment_178568" align="alignleft" width="300" caption="Seorang anak yang meringgis kesakitan ketika tampil bersama teman-temanya di pangung dalam memeriahkan FKY. Ia merasa tidak nyaman karena konde yang ia gunakan terlepas."][/caption]

Puas kita berjalan mengelilingi Museum Vedeburg kita beranjak pada museum yang terletak di selatan Museum Vedeburg yaitu Museum Keraton Ngayogyakarta. Museum dapat menjadi cerminan kita saat ini, saya melihat sebuah perbedaan masa lalu dengan masa kini. Perbedaan itu adalah perbedaan orang yang masih menaati dan menjunjung peraturan yang ada. Tapi orang sekarang yang tidak mengindahkan peraturan yang ada.Seperti seorang abdi dalem keraton yang dengan setia mengabdi sepanjang hidup mereka meski imbalan mereka tidak seberapa. Namun ketenangan dan kedamaian yang mereka dapatkan lah yang dapat membuat mereka bertahan dalam pengabdian. Sedangakan masyarakat masa kini, jangankan peraturan yang tersirat seperti norma atau nilai-nilai dapat dijalankan dengan baik apabila peraturan yang sangat jelas tersurat tidak mereka indahkan.Terlihat jelas jika masyarakat saat ini kurang mengindahkan peraturan yang ada meskipun peraturan itu demi kenyamanan kita semua.

Sepanjangperjalanan saya menyusuri kenangan masa lalu dengan keadaan masa kini saya melihat hal yang bias dikatakan bersebrangan antara kesetiaan dan keegoisan. Kesetiaan yang tergambar dalam diri para abdi dalem yang mengambdikan dirinya untuk keraton dengan tidak memperhitungkan imbalannya. Keegoisan yang terlihat dalam potret masyarakat yang menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan demi kelangsungan hidup mereka tanpa memperhatikan peraturan yang ada. Disamping itu terbumbui dengan kreatifitas yang semakin tumbuh untuk membuat museum dapat terus dikunjungi dan tidak kalah dengan Mall yang besar.Kehidupan museum terdapat sebuat cerita yang terbingkai indah dalam sebuah sejarah perjalanan kehidupan manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun