Kehadiran seorang GUSDUR tidak cukup untuk merubah budaya materialistik yang terjadi di masyarakat, apalagi dengan adanya perdagangan bebas sebagai simbol liberalisasi akan semakin menyuburkan budaya materialistik.
Politikus gaya basa-basi, kebohongan tumbuh subur kembali. Masyarakat memilih pemimpin tetap tidak berubah, silau oleh janji, citra, bahkan korupsi meraja lela kembali, bahkan tanpa malu-malu walaupun ditonton oleh jutaan rakyat mengucapkan kata-kata yang kotor pada waktu sidang resmi. Para pemimpin lebih mengutamakan kepentingan sendiri dan kelompoknya dibandingkan kepentingan rakyat, istana menjadi tempat yang angker.
Hal tersebut benar-benar membuat tuhan menangis karena menghadirkan seorang GUSDUR telah gagal merubah watak bangsa ini, bahkan orang-orang tertawa, tidak ada yang melakukan pembelaan , terdiam ketika politikus-politikus picik menhina mahluk yang dicintainya dengan menurunkan dari tahta kepresidenan dengan cara-cara yang memalukan. Dan yang lebih hebat lagi, politikus-politikus picik tersebut paling lantang memuji GUSDUR bahkan menyebut GUSDUR sebagai pahlawan.
Gelar Pahlawan terlalu kecil bagi GUSDUR apalagi datang dari para politikus picik, kerena GUSDUR telah memiliki gelar istimewa dari penciptanya, dan orang-orang yang mencitai, dan mengikuti perjalanan beliau telah membeli gelar beliau sebagai wali, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan gelar pahlawan.
Apa yang akan terjadi dengan bangsa ini kedepan, kerena tuhan sudah terlanjur menangis!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H