Mohon tunggu...
Agoez Perdana
Agoez Perdana Mohon Tunggu... lainnya -

read more article at my personal blog www.agoezperdana.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menulis Itu Panggilan Jiwa, Bukan Soal Honor

16 Desember 2011   05:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:11 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Berapa honor yang kau terima untuk tulisan yang diterbitkan itu?”, begitulah pertanyaan yang sering dilontarkan beberapa teman-teman saya yang berprofesi sebagai penulis, ketika mereka tahu tulisan atau artikel saya diterbitkan di suatu koran, majalah, atau tabloid. Terus terang saya agak gerah dengan pertanyaan itu.

Mungkin bagi sebagian penulis, mendapatkan honor atas tulisan mereka merupakan tujuan. Entah sebagai pendapatan utama atau sekedar uang saku tambahan saja. Tapi bagi saya, bukan honor yang menjadi motivasi saya untuk menulis. Saya menulis karena saya merasa perlu untuk menulis tentang sesuatu peristiwa atau kejadian, berbagi pengetahuan dengan orang lain, berbagi inspirasi, ataupun berbagi imajinasi.

Ketika pertama kali tulisan saya dimuat di sebuah koran lokal di kota asal saya, Medan, saya senangnya bukan main. Saya memberitahu semua teman agar membaca artikel saya di koran itu, dan saya masih menyimpan dengan rapi kliping tulisan-tulisan saya yang dimuat di berbagai media cetak. Bahkan kala itu saya tak tahu kalau ada honor tulisan yang diberikan oleh suratkabar itu bagi pengirim tulisan. Saya baru tahu ketika diberitahu salah satu kawan jurnalis yang kebetulan bekerja di koran itu.

Honor tulisan yang saya terima ketika itu sangat kecil, hanya cukup untuk mentraktir pacar saya makan di rumah makan pinggir jalan yang murah, hehehe… Namun, saya terus menulis, menulis, dan menulis. Tak perduli berapapun honor yang saya terima, atau malah tidak ada honorariumnya sama sekali. Malah terkadang, saya lupa mengambil honor tulisan saya, kalau pihak medianya tidak mentransfer ke rekening. Entah berapa rupiah honor tulisan yang saya terima pun, saya lupa karena tidak pernah menghitungnya.

Saya sudah cukup bangga menulis di suratkabar, dan orang lain membaca tulisan dan pesan yang ingin saya sampaikan, itu sudah cukup bagi saya. Malah terkadang kalau motivasi menulis semata untuk honor, akhirnya menulis puntidak sepenuh jiwa karena seolah kita dituntut agar tulisan kita sempurna. Kita tidak menulis dengan hati disaat seperti itu, kita hanya menulis dengan motivasi materi (mendapatkan honorarium).

Mungkin banyak penulis, atau novelis yang menggantungkan hidupnya dari menulis, ya wajar saja. Tidak ada masalah dengan hal itu. Namun bagi saya yang terpenting, menulis itu bukan soal materi tapi menulis itu adalah panggilan jiwa. Kepuasan batin yang sebaiknya tidak dikonotasikan dengan materi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun