Pagi buta masuklah di perbatasan wilayah tebing tinggi. (Konon jalur ini seram dan sering terjadi pemberhentian paksa). Semoga saja pelaku dan keturunannya insyaf dan mencari pekerjaan yang halal),
Udara pagi di tebing tinggi sejuk dan nyaman kali, All jendela kita buka, untuk pergantian sirkulasi udara, AC melulu ngak baik. Â Mata yang sepet dan lelah, berharap bisa diterpa angin di pagi hari tebing tinggi. Begitu masuk kota, tidak ada rasa cemas, apalagi firasat buruk. Â Polis pertama aman see heloo pagi pak, polis dua senyum, polis tiga sedikit jaim, "bisa minggir pak!" sambil menunjuk mengarahkan. menepilah saya...tanpa di minta semua surat saya keluarkan. "ini pak surat bpkb ktp dan sim"..saat itulah anak anak juga nyonya terbangun menyaksikan drama ecek ecek ini. Â tanpa babibu, :bapak saya tilang" sambil bawa surat surat kami, "tunggu, kenapa memangnya pak" penasaran saya. " bapak tidak mengenakan sedball ," Mari ikut saya, Â ajak pak polis jaim" sambil berlalu. Tak begitu lama pak polis balik lagi ayo pak ikut saya....tunggulah, macet ini saya musti menepi cari parkir. "kenapa sih pakai tilang hanya karena lupa pakai sedbell?" perjalanan saya masih panjang ini..."kalao argument di kantor polisi saja pak" begitu pak polis sambil berlalu. Hai tunggu dong...
Dengan khasnya nyonya turun ambil bagian drama ecek ecek ini...berdebatlah mereka berdua hihihihihi saya juga ikutan looo..."Inipak baru saja 8 pengendara mobil tidak mengenakan sidbel, kenapa ngak di tilang?sambil melihatkan foto dari HP.... agak sedikit bingung pak polis menjelaskan...akhirnya kalimat awal di ulang lagi. 1 jam waktu kami tersita oleh drama ngak berkwalitas ini. Setelah bayar, sim di berikan. Bergegaslah kami ke mobil. "beres yah" lama sekali ya..." apanya yang beres ngak sah tanya tanya!!!!
Kamipun lanjut perjalanan menuju lahat.
Pesan untuk Polis daerah
Sebetulnya nggak perlu di tilang, dengan surat surat yang komplit. Pagi itu lebih bijaksana dan elegance kalo meingatkan saja, "sidbellnya silahkan di pakai pak dan silahkan lanjut perjalanan" semoga perjalanan kembali ke Jakarta aman... begitu mustinya, mengayomi. Katanyan mau merubah citra lebih baik!!!!. Susah ya...
Tragedi baru saja di tebing tinggi, membuat sendi sendi bergerak ke seluruh arah, sehingga tidak ada lagi malas, ngantuk, dan juga lapar. Jalur lahat yang tertata rapih  dan sepi, membuat nyaman kami untuk tambah kecepatan. Dan sampailah di Muara Enim. Menepi di SPBU untuk menghilangkan dahaga rena dan Resto Telaga Biru untuk mengisi keroncongan kami.  Serasa semua kebutuhan terpenuhi, perjalanan panjang kami lanjutkan menuju Batu raja.
Batu raja -- Martapura -- Bukit kemuning
Ini merupakan jalur paling kren. Dari siang -- sore hingga masuk malam jalur ini kami selesaikan dengan cukup andrenalin. Ini alasannya, Kenapa truk besar engan lewat jalur ini. Dengan lebar  hanya 7 meteran bayak ganda kelok. membuat sulit untuk bergerak. Sekalipun ada, ngak nyaman pula buat kendaraan seperti rena. Tunggu untuk mendahului butuh kesabaran tingkat tinggi dan baik hati sopir truk. Sebut saja nomor truk berplat BG, BM, BH, BE. (wuiih sampai hafal).
Malam semakin larut, SBPU sebagian sudah tutup.dan kami putuskan untuk ber istirahat di Kota Bumi.
Gerbang TOL Tembanggi Besar.