Mohon tunggu...
Agoesmiko
Agoesmiko Mohon Tunggu... Foto/Videografer - buka mata lebarkan telinga dan lantangkan suara

jangan lelah untuk berbagi...\r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

5000 Km bersama Si Rena di Jalinsum-Road to Sumatra

7 Juli 2019   22:26 Diperbarui: 12 Juli 2019   08:16 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tapal batas payakumbuh....viewnya seperti poster di warung nasi padang...

Diperbatasan jambi kondisi sudah malam, dan wajib beristirahat. Menepilah di restoran besar.  2 jam sangat cukup dan sudah fresh kembali untuk tancap gas. Entah kenapa malam itu kami jalan sendiri melintas hutan yang medannya menanjak dan turun.  Berkelok dan berkabut pula, sekali jumpa desa hanya di tinggal 3 rumah dan masuk hutan kembali. Ngeriii..

Saat seperti inilah anak anak justru menikmati bukanya takut. "Dim yah. Rem yah awas kiri jurang yah, jangan keluar garis putih yah.. kebut yah,,," begitulah navigator junior berebut memberikan komando.

PESAN. Jangan pernah jalan di atas jam 24 dengan kondisi sendirian, untuk tembus hutan. Tapi kalu suka challenges atau kejar target dan ingin test enggine suspense lanjut broo. Resiko sendiri.jangan lupa konvoi ya

Lanjut cerita. Disaat cemas di jalur hutan Nampak warung kopi dengan keramaian, singgahlah sambil mencari informasi. Masih dengan kondisi siap siaga, scan sekitar, merasa aman, bisa pesan Indomie rebus om, abang rudit telor setengah matang 2. Wuihh yang supir siapa...abang rudit cengar cengir. dan sekalianlah sahur kami. "ini bukit apa om jalurnya ekstreem sekali..." orang sini menyebutnya km 39 jalur merlung pak, ngak usah kawatir, disini aman kok, begitu bapak pemilik warung memberi rasa aman pada kami. Saat banyak jalan rusak, banyak pula penghentian mobil secara paksa. Pengunjung warung saya juga di datangi untuk di minta uang. Hahhh!!!!!  Kami ber empat terdiam saling menatap, Serius om!!!!!, Tapi sekarang aman ngak adalagi pak."

Ini tinggal turunan saja pak, pom bensin di bawah ada, buka 24jam.

Benarlah 20 menit kemudian si rena merapat ke pom bensin yang luas sekali. Tapi tutup. Jleb. Kendaraan berplat B berjejer rapih untuk beristirak. Ngak brani ambil resiko. SETUJU. Kamipun beristirahat juga.

Si rena pagi ini siap untuk gass dan akselerasi

terlelap-5d27c9e80d823047061c5112.png
terlelap-5d27c9e80d823047061c5112.png
.

Sholat subuh dan segarkan badan di masjid Simpang Tempino, dan lanjut perjalanan hingga tembus di Sangeti dan kota Belibis. Hingga sampai jalur ini tidak ada kendala dalam pengisian BBM. Harga naik dikit tak apalah.

Bicara masalah bahan bakar, ada pemandangan ngak nyaman, Antrian bergelombol, tidak beraturan saat di SPBU. Begitu maksa mendekat, rupanya penuh jerigen berjejer berbagai ukuran. Onde mande.  Semoga saja para pengendara mobil linsum tidak kekurangan bahan bakar atas oknum kecil itu. Sudahlah. Positif saja bahwa ini bagian ritual dari journey road to Sumatra.

pandom bbm masih setengah segera geser ke SPBU berikutnya.

Jalur krui sudah kami lalui, lanjut sorek wuzzzz  sobat rena memang woke, kami di buat nyaman dari segala goncangan. Menikmat sekali setiap jengkal aspal legam ini. Rambu rambu lalu lintas tertanam rapih sebagai petunjuk perjalanan. Biar trip ini berkesan dan happy saya selalu azak anak2 untuk tebak tebakan ketika melintasi rambu lalulintas. "Itu rambu depan maksudnya apa "..dll dll sampai bosanlahhh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun