Mohon tunggu...
agoeng widyatmoko
agoeng widyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengusaha pengolah cerita untuk beragam media

Saya adalah pemerhati bangsa dan sekaligus praktikan yang peduli pada perubahan diri dan lingkungan. Untuk hidup, saya menulis banyak hal. Dan kini, saya hidup untuk menulis dan menginspirasi dengan cara-cara yang sederhana, namun mudah dimengerti dan dipraktikkan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Bukber Sambil Reunian Itu Berat, Awas, Masa Lalu Bisa Menjerat

15 Maret 2024   09:42 Diperbarui: 15 Maret 2024   13:52 1468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ai creation_Freepik

Bukber sambil reuni itu berat...  biar aku saja...

Gimana nggak berat? Status diulik-ulik. Jabatan dikupas habis. Masa lalu dibedah ramai-ramai. Diplocoti, kalau perlu sampai muka merah padam. Antara menahan malu atau sekaligus marah. 

Itulah kenapa, kadang reuni itu berkah bagi sebagian, tapi neraka bagi yang punya masa lalu kelam. Berkah, kadang dimanfaatkan buat cari proyekan dari teman lama yang kebetulan sedang pegang jabatan. Neraka, kalau kemudian yang dibahas adalah melulu masa lalu yang tidak mengenakkan. 

"Hayooo... kowe biyen naksir dan nembak tapi ditolak yo? Kok saiki isin-isin ngono..."

"Wis.. CLBK wae...." Yang lain coba memanasi. 

Itulah kenapa, kadang reuni malah sering jadi ajang dengan S&K, alias syarat dan ketentuan berlaku. Beberapa katanya dilarang membawa pasangan resmi. Alasannya sepele. Daripada memicu kecemburuan. Untungnya, kalau bukber, reunian biasanya hanya sebentar. Dibatasi magrib sampai Isya. Tak tahu kalau yang nyambung di jalur pribadi. Hmm...

Tapi momen bukber memang beda. Suasananya lain. Apalagi kalau yang bukber itu sambil reuni pasca sengitnya pemilu. Teman lama yang dulu sempat musuhan karena beda kubu, bisa akur lagi. Toh, hasilnya apa pun, sepertinya tidak berdampak langsung pada periuk nasi masing-masing. 

"Siapa bilang nggak berdampak? Tuh... PPN udah pasti bakal naik lagi, satu persen jadi 12%...."

"Ealaaah.. Cuma satu persen doang, nggak efek laah..."

"Pantesan matematikamu dulu jeblok. Dari 11 ke 12 emang naik satu angka. Tapi 1 naiknya dari 11 ke 12 itu artinya naik sekitar 9%...."

"Ah, mosok sih?"

"Eh... bener juga ya? Jadi, kalau misal ada proyek senilai 100 juta, pajaknya naik 9 juta sendiri ya?"

Inilah cilakanya bukber disambi ngomongin politik. Bareng teman lama beda kubu pula. Kalau masalah masa lalu saja bisa jadi perang bubat, apalagi kalau urusan sudah ke urusan pajak. Belum lagi kalau yang diomongin soal kecurangan pemilu. Sampai pemilu 5 tahun lagi, sepertinya nggak bakal tuntas dibahas. 

Sudahlah, makanya bukber ya sudah bukber saja. Makan enak, wareg, sambil ngobrolin yang ringan-ringan laah. 

"Apa misalnya?"

"Misal kenapa Manchester United belum sembuh dari hobi kalah..."

"Ealaaah.. ini bikin ribut lagi... mendingan MU lah, udah berkali-kali juara, lah ini Arsenal hanya suka jadi tim nyaris juara..."

Bukber bareng kawan lama memang sering jadi ajang guyonan dan ejekan. Maka, kalau ada yang malas ikut reuni, biasanya karena menghindari hal yang tak mengenakkan. Bukan malas berkawan. Tapi, daripada berujung pada pertikaian. Lah wong grup di WA saja sudah sering saling sikut dan tendang, apalagi ketemu langsung menatap lawan, eh kawan. 

Tapi, kalau bukber itu dilaksanakan di istana negara mungkin beda lagi. Kalau yang datang diundang rakyat kebanyakan, bisa jadi itu ujungnya pencitraan. Tapi kalau yang diundang kawan---atau lawan---lama, bisa jadi ujungnya tawar menawar...

"Proyekan ya?" sahut seorang teman lugas.

"Bukaaan... tawar menawar hati yang terluka oleh kekalahan..."

"Hus... ini bukber reunian. Bukan saatnya omongin politik apalagi soal pacar-pacaran. Ada yang lebih penting..."

"Apa tuh?"

"Harga sembako masih naik... "

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun