"Eh... bener juga ya? Jadi, kalau misal ada proyek senilai 100 juta, pajaknya naik 9 juta sendiri ya?"
Inilah cilakanya bukber disambi ngomongin politik. Bareng teman lama beda kubu pula. Kalau masalah masa lalu saja bisa jadi perang bubat, apalagi kalau urusan sudah ke urusan pajak. Belum lagi kalau yang diomongin soal kecurangan pemilu. Sampai pemilu 5 tahun lagi, sepertinya nggak bakal tuntas dibahas.Â
Sudahlah, makanya bukber ya sudah bukber saja. Makan enak, wareg, sambil ngobrolin yang ringan-ringan laah.Â
"Apa misalnya?"
"Misal kenapa Manchester United belum sembuh dari hobi kalah..."
"Ealaaah.. ini bikin ribut lagi... mendingan MU lah, udah berkali-kali juara, lah ini Arsenal hanya suka jadi tim nyaris juara..."
Bukber bareng kawan lama memang sering jadi ajang guyonan dan ejekan. Maka, kalau ada yang malas ikut reuni, biasanya karena menghindari hal yang tak mengenakkan. Bukan malas berkawan. Tapi, daripada berujung pada pertikaian. Lah wong grup di WA saja sudah sering saling sikut dan tendang, apalagi ketemu langsung menatap lawan, eh kawan.Â
Tapi, kalau bukber itu dilaksanakan di istana negara mungkin beda lagi. Kalau yang datang diundang rakyat kebanyakan, bisa jadi itu ujungnya pencitraan. Tapi kalau yang diundang kawan---atau lawan---lama, bisa jadi ujungnya tawar menawar...
"Proyekan ya?" sahut seorang teman lugas.
"Bukaaan... tawar menawar hati yang terluka oleh kekalahan..."
"Hus... ini bukber reunian. Bukan saatnya omongin politik apalagi soal pacar-pacaran. Ada yang lebih penting..."