Mohon tunggu...
agoeng widyatmoko
agoeng widyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengusaha pengolah cerita untuk beragam media

Saya adalah pemerhati bangsa dan sekaligus praktikan yang peduli pada perubahan diri dan lingkungan. Untuk hidup, saya menulis banyak hal. Dan kini, saya hidup untuk menulis dan menginspirasi dengan cara-cara yang sederhana, namun mudah dimengerti dan dipraktikkan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Beda-beda Awal Puasa, THR Juga Pemersatunya...

12 Maret 2024   23:06 Diperbarui: 12 Maret 2024   23:31 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ai Creation_Freepik

Setiap kali jelang Ramadhan, hampir selalu muncul perbedaan. Mau mulai hari pertama saja sudah ada perdebatan. Mau yang pakai hitungan tanggal, ada pula yang pakai dalil harus melihat hilal. Kadang, masing-masing mengeluarkan dalil dan sejarah. Detail. Masing-masing punya argumen yang kuat. Sudah seperti menentukan pemenang pemilu saja. Tiap kandidat punya data penguat. 

"Woi.. ini omongin puasa. Bukan pemilu yang angka rekapnya bisa direkayasa," celetuk sebuah obrolan di warung pojokan yang masih ributin kapan mau puasa. 

"Ikut aja yang paling banyak..."

"Ikut aja yang paling pendek masa puasanya. Misalnya sahur di Medan, buka puasanya di Papua. Asik itu, puasanya bisa dua jam lebih awal..."

Begitulah, perbedaan lazim terjadi di kalangan umat Islam. Bertahun silam. Bahkan, jadi obrolan, sindiran, tak jarang menjurus adu debat fiqih. Padahal, ada yang modalnya hanya ikutin pengajian satu menitan di Reels, Shorts, atau Tiktok. Seolah-olah sudah paling benar kalau sudah cocok dengan salah satu guru yang membuka kelas ngaji. 

Padahal, kalau mau dikaji lebih mendalam, justru perbedaan itu yang mendatangkan rahmat loh. 

"Beneran... gimana kalo kamu sama binimu nggak beda, mana bisa silaturahmi..."

"Setuju, makanya yang sama sejenis alias eljibiti itu dilaknat oleh agama kita..."

Tapi nanti gimana menghitung pahala puasanya dong? Yang duluan puasa masak pahalanya jadi lebih banyak dari yang puasa belakangan? Belum lagi kalau lebarannya beda. Kan ada dalil, puasa di hari raya lebaran itu hukumnya haram. Masak yang masih puasa jadi berdosa?

Akhirnya perdebatan itu lagi-lagi berujung pada siapa punya dalil apa. Siapa ikut guru ngaji siapa. Masing-masing berusaha menjawab dari perspektif pikiran dan kesukaannya. 

Tiba-tiba ada yang nyeletuk... "Kita sering mikirin yang beda-beda, tapi sering lupa kalau puasa itu suka citanya sama.."

"Maklod so... eh maksud lo?"

"Coba lihat, saat orang berdebat siapa puasa duluan, yang jualan buka puasa udah dapat keuntungan dari bisnis jual takjilan. Bahkan, di mal-mal atau pasar pakaian, belum lebaran saja udah pada laris baju diborong orang..."

"Wah.... Dasar otak bisnis..." timpal lainnya

Tapi bener juga loh.. nih, aku lihat di medsos. Ada satu penjelasan yang menurutku sih masuk akal. Saat ibadah haji, kan ada tuh jam afdol buat lempar jumroh, saat di mana jamaah lemparin setan yang katanya dibelenggu kalo Ramadhan. Nah, jam afdol ini kalau semua dibuat sama, alias jam itu saja, tanpa ada pandangan yang berbeda-beda, bisa jadi numpuk jamaah haji di jam itu. Tubuh haji orang Indonesia yang rata-rata kalah tinggi ama jamaah haji orang Afrika bisa kegencet. "Mak plenyeek... Bisa berabe habis napasnya... Naudzubillah..."

Semua manggut-manggut. Entah setuju atau asal yang penting gak perlu debat lagi. 

"Nah, makanya... yang penting asal jangan mencaci, mencela dan merendahkan orang yang beda pendapat..."

"Yang penting lagi... hilal THR pas Lebaran udah jelas terbit. Alias, meski beda-beda tanggal, tetap harus dibayarkan..."

"Setujuuuu...." Kompak semua mengiyakan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun