Mohon tunggu...
agoeng widyatmoko
agoeng widyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengusaha pengolah cerita untuk beragam media

Saya adalah pemerhati bangsa dan sekaligus praktikan yang peduli pada perubahan diri dan lingkungan. Untuk hidup, saya menulis banyak hal. Dan kini, saya hidup untuk menulis dan menginspirasi dengan cara-cara yang sederhana, namun mudah dimengerti dan dipraktikkan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berhaji dengan Senang Hati (Bagian Delapan - Pahami Kondisi Cuaca)

16 Juni 2022   16:58 Diperbarui: 16 Juni 2022   17:08 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana masih sejuk ketika matahari terbit. Namun, di atas pukul 9 pagi, cuaca cukup terik hingga sore hari.  Dokpri

Sebelum berangkat, biasanya setiap jamaah sudah diwanti-wanti dengan kondisi yang ada di Tanah Suci. Jika jatuh pada musim panas, cuaca bisa sangat terik dan biasanya jamaah diingatkan akan untuk mencegah terjadinya heatstroke atau kepanasan yang berlebih.

Sebaliknya, saat masuk musim yang dingin, jamaah pun diminta untuk membawa perlengkapan untuk menghangatkan badan.

Saat mendampingi orang tua atau lansia, anjuran ini jangan sampai tidak dipahami. Justru ini adalah kunci "bertahan" yang paling harus dimengerti. Sebab, perbedaan suhu di Indonesia dengan di Tanah Suci bisa sangat ekstrem.

Lalu, apa yang harus disiapkan?

  • Coba akses beberapa website perkiraan suhu. Akses selama masa tanggal keberadaan kita di sana. Setidaknya---meski masih perkiraan---ini bisa jadi patokan dasar untuk mengetahui kondisi cuaca saat kita berada di sana.
  • Bekal kacamata penahan panas dan semprotan air jadi andalan. Meski musim dingin sekali pun, saat siang di sana biasanya cuaca tetap terik. Jadi, membawa kacamata hitam agar tidak silau dan semprotan air untuk menyejukkan wajah yang terpapar sinar matahari sangat membantu.
  • Lakukan uji kondisi. Minta orang tua atau lansia untuk keluar sebentar dari tempat tinggal untuk merasakan sendiri cuaca sekitar. Ini penting untuk merasakan apakah akan maju terus atau sementara bertahan di hotel terkait cuaca. Dengan merasakan sendiri, orangtua bisa memutuskan tanpa merasa dilarang-larang.
  • Jangan terjebak dengan kondisi yang merasa baik-baik saja. Biasanya, karena merasa kondisi "aman", kita sering kali merasa bebas melakukan apa saja, terutama mengejar pahala sunnah. Salah satu kebiasaan ini adalah merasa tenang ketika tidak haus. Padahal, suhu yang panas membuat tubuh bisa kehilangan cairan sangat banyak. Biasakan selalu cek suhu di aplikasi atau di pengumuman di sekitar masjid (biasanya ada beserta jam digital, berapa suhu saat itu dan berapa suhu yang dirasakan, dan ini biasanya lebih panas dari suhu aslinya). 
  • Biasakan terus minum air putih (biasanya zamzam) yang bersuhu biasa, meski yang dingin lebih menggoda. Minimal 2 liter per hari. Air ini penting untuk menjaga suhu tubuh agar tetap stabil dan mencegah dehidrasi atau kekurangan cairan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun