Setelah menunggu jeda dua tahun pasca pandemi, berhaji kini mulai normal lagi. Meski, masih agak dibatasi. Kalau dulu, usia di atas 70-an lebih diutamakan, kini malah maksimal usia yang boleh berhaji 65 tahun. Entah sampai kapan aturan ini.
Tulisan ini sekadar sharing pengalaman. Bagaimana merasakan berhaji bersama orang-orang senior berusia di atas 60-an. Meski sekarang mungkin usia yang berangkat lebih muda, tapi sepertinya orang berisiko penyakit pun masih banyak. Istilahnya risiko tinggi (risti). Nah, semoga pengalaman yang akan saya tuliskan dalam beberapa tulisan ini bisa bermanfaat untuk yang kebetulan mendapat rombongan risti ini.
***
Haji tahun 2017 sangat spesial bagi saya. Selain karena berkaitan dengan masa tunggu yang lama dan merupakan kali yang pertama, ini adalah ibadah yang menurut saya sangat penuh hikmah dan pengalaman. Khususnya, yang berhubungan dengan jamaah usia lanjut. Plus, berisiko sakit atau yang disebut sebagai risti alias risiko tinggi.
Saat ditetapkan sebagai ketua regu yang membawa 9 orang jamaah, begitu banyak pertanyaan yang muncul di kepala. Apalagi, dari keterangan pihak Kementerian Agama, jumlah haji tahun 2017/1438 H lebih dari 60% adalah jamaah risti. Yang muda? Silakan kira-kira sendiri. Apa artinya? 40% persen kurang harus (baca: mau) membantu mereka yang risti. Di regu saya? Yang berusia di bawah 40 tahun hanya kami berdua, saya dan istri. Dan kebetulan lagi, satu jamaah mengalami stroke sehingga harus dibawa dengan kursi roda.
Lantas, saya pun mencoba mencari sumber-sumber di internet, bagaimana cara mudah dan nyaman mendampingi jamaah risti dan usia lanjut? Silakan cek. Jawaban normatiflah yang kebanyakan ditemukan. Tak ada panduan, tak ada pedoman, tak ada pula tips singkat yang memudahkan. Artinya, saya harus menemukan sendiri cara untuk membuat perjalanan ibadah kami semua bisa berjalan dengan lancar, aman, dan nyaman. Dan tentu, in syaa Allah semua jadi haji mabrur dan mabruroh.
Beruntung, di tahun 2012, kami pernah umroh dengan membawa kakek dan nenek kami. Kakek saat itu berusia 82 tahun dan nenek berusia sekitar 70-an. Jadi, menurut pikiran awal kami, mungkin tak jauh berbeda. Perhatikan faktor kesehatan, jangan memaksakan, bawa bekal kesabaran, dan pulang dengan kegembiraan. Normatif bukan? Dan itu jugalah yang kami dapat di website dan panduan lain yang berhubungan dengan mendampingi jamaah lansia.
Padahal... ada banyak pekerjaan rumah alias PR yang sangat perlu diperhatikan. Sejak dari Tanah Air, ketika berangkat, saat sampai, ketika di hotel, di lokasi ibadah, hingga kepulangan. Termasuk soal keuangan. Dari soal beli popok dewasa sampai kursi roda. Dari beli tongkat atau kursi lipat. Dari hmm... banyak hal lain yang mungkin belum terpikir, sehingga harus beli di Tanah Suci.
Itulah mengapa kami mencoba menulis pengalaman ini. Kami ingin, setidaknya ini akan membantu banyak orang atau keluarga yang akan berangkat ke Tanah Suci bersama dengan orangtua atau lansia dalam kondisi yang sakit atau risti. Apalagi, jika itu sedang pergi haji. Jika umroh rata-rata hanya sekitar 9-15 hari, haji antara 25-41 hari. Banyak hal yang perlu dipikirkan dan disiapkan dengan matang. Plus, soal kesabaran. Itu harus jadi bekal yang luar biasa perlu dicukupkan.
Semoga, dengan berbagi pengalaman kecil ini, siapa pun yang hendak meng-umrohkan, menghajikan orangtua atau lansia, akan lebih dimudahkan. Atau sebaliknya, bagi yang kebetulan mendapat tugas sebagai ketua regu, ketua rombongan, atau "jabatan" lainnya yang berhubungan dengan lansia, semoga tulisan ini bisa jadi sedikit persiapan. Bisa jadi belum sempurna, karena pengalaman kami belum seberapa. Namun kami berharap, apa yang kami tuliskan ini bisa memberi manfaat agar ibadah di Tanah Suci bisa maksimal dan tentunya jadi makbul dan mabrur mabruro.
Jika penulisan ini terkesan melompat-lompat, semoga bisa dimaklumi, karena memang ini dibuat dengan aneka ingatan yang sudah bertumpuk dengan banyak agenda. Apalagi, ini pengalaman lima tahun silam. Tentunya kami tetap berharap, semoga ini bisa tetap jadi referensi yang memudahkan. Bismillah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H