Mohon tunggu...
agoeng widyatmoko
agoeng widyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengusaha pengolah cerita untuk beragam media

Saya adalah pemerhati bangsa dan sekaligus praktikan yang peduli pada perubahan diri dan lingkungan. Untuk hidup, saya menulis banyak hal. Dan kini, saya hidup untuk menulis dan menginspirasi dengan cara-cara yang sederhana, namun mudah dimengerti dan dipraktikkan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Money

Ekonomi Loyo? Benar Gak Sih?

4 Januari 2018   17:13 Diperbarui: 4 Januari 2018   17:22 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://etimg.etb2bimg.com/photo/56748500.cms

Lalu, apa hubungannya dengan kelesuan ekonomi? Coba lihat gejala ini. Mungkin absurd, tapi inilah kenyataan yang terjadi. Sevel tutup konon karena yang nongkrong dibanding yang beli sangat jauh perbedaannya. 

Yang nongkrong lima orang, yang jajan hanya satu dua orang. Itu pun hanya kopi atau jus. Tapi, mereka menikmati fasilitas wifi hingga berjam-jam. Lalu, diunggahlah status mereka sedang di Sevel, meski tanpa jajan. 

Atau yang pernah sampai ke Universal Studios di Singapura, pasti tahu persis logo bola dunia itu ada di luar. Hasilnya, bisa berfoto di sana saja sudah cukup bikin eksis di Instagram tanpa harus masuk Universal Studios yang harga tiketnya lebih dari setengah juta rupiah. 

Lalu bagaimana hubungannya dengan tutupnya banyak ritel? Lagi-lagi, mereka ini tak perlu gaya dengan apa yang menempel pada tubuhnya. Tapi, apa yang terlihat di belakangnya. 

Coba cek, lebih banyak mana yang pamer sedang punya baju baru dengan pamer makan kue artis yang sedang hits. Atau, mana status yang lebih banyak di-like orang, yang pamer sedang pakai gadget terbaru atau liburan kekinian, padahal hanya di belakang rumah dengan memainkan angle unik yang jadi menarik. 

Status inilah yang dikejar, status terlihat keren, tanpa harus mengeluarkan budget lebih dalam. Maka jangan heran pula, Uber, Grab Car, dan GoCar laris karena orang bisa ber-selfie di dalam mobil yang berganti-ganti! Bahkan, sering orang meng-cancel pesanan mobil karena yang didapat bukan merek mobil yang diincar untuk selfie!

Pertanyaan lanjutannya, sampai kapan ekonomi ini akan terus lesu? Saya cenderung bertanya dalam pola terbalik. Benarkah saat ini ekonomi sedang lesu? Benarkah tidak belanja artinya ekonomi sedang lesu? Saya tertarik pada sebuah gerakan baru bernama minimalist lifestyle yang konon sedang berkembang. 

Dengan tagline be more with less, banyak orang mulai merasa era minimalis lebih membuat bahagia. Toh, baju yang dipakai itu-itu saja. Toh, punya banyak kendaraan yang dipakai juga hanya satu dua. Intinya, daripada banyak yang tak terpakai, mengapa tidak membatasi? Hal ini sejalan dengan apa yang diungkap sebuah buku berjudul Simple Prosperity: Finding Real Wealth in a Sustainable Lifestyle(2007) tulisan David Wann. 

Ia membuat kita bertanya setidaknya tiga hal: (1) apa tujuan utama dari pola konsumsi kita; (2) apa manfaat dari pola ekonomi (yang kita jalankan); (3) mengapa sering kali kita justru merasa kurang bahagia setelah punya semua dibanding saat sedang mulai mengejar status kekayaan yang kita inginkan? Hmm... bagaimana dengan Anda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun